Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara atau suspensi pada saham PT Pyridam Farma Tbk (PYFA). Penghentian sementara saham PYFA lantaran terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan.
"Sebagai bentuk perlindungan bagi investor, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham PYFA dan Waran Seri I PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA & PYFA-W) pada perdagangan tanggal 1 Oktober 2024,” mengutip pengumuman Bursa, Selasa (1/10/2024).
Advertisement
Penghentian sementara perdagangan saham PT Pyridam Farma Tbk dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai. Tujuannya, yakni untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar dalam mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham PYFA.
Merujuk data RTI, saham PYFA ditutup naik 11,82 persen ke posisi 246 pada Senin, 30 September 2024. Dalam sepekan terakhir, saham PYFA telah naik 29,47 persen. Sedangkan sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), PYFA telah naik 64,26 persen.
Suspensi Saham Lainnya
Selain PYFA, bursa juga melakukan suspensi terhadap saham PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY), PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK), dan PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN). Ketiganya disuspensi lantaran terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan.
Sebelum suspensi, Bursa mengumumkan adanya pergerakan harga saham di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA) pada saham-saham tersebut. Sehubungan hal itu, BEI mengimbau kepada para investor untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat terkait atas permintaan konfirmasi bursa. Selain itu, juga mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.
Investor juga diimbau untuk mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS. Serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
BEI Pelototi Saham MFIN dan RONY, Ini Sebabnya
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah memantau pergerakan saham PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) dan PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY). Hal itu menyusul adanya peningkatan harga saham MFIN dan RONY di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA).
“Sehubungan dengan terjadinya Unusual Market Activity atas saham MFIN dan RONY tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini,” mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (28/9/2024).
Pengumuman unusual market activity tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Melansir data RTI, saham PT Mandala Multifinance Tbk ditutup naik 19,05 persen ke posisi 5.500 pada Jumat (27/9). Dalam sepekan, MFIN naik 76,95 persen dan naik 88,36 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).
Sementara saham RONY naik 9,42 persen ke posisi 302 pada Jumat. Dalam sepekan, RONY naik 51,76 persen, namun masih terkoreksi 1,31 persen ytd.
Sehubungan dengan terjadinya UMA pada saham MFIN dan RONY, Bursa mengimbau kepada para investor untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat terkait atas permintaan konfirmasi bursa. Selain itu, juga mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.
Investor juga diimbau untuk mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS. Serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Advertisement
Setahun Eksis, BEI Beberkan Perkembangan Transaksi Bursa Karbon
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan perkembangan transaksi bursa karbon di Indonesia. Setahun diluncurkan, Direktur Pengembangan BEI mencatat volume transaksi mencapai 613.740 tCO2e. Terdiri dari 3 project dari sektor energi (jumlah SPE-GRK 1.3 jt ton Co2e).
Bursa karbon sendiri diluncurkan pada 26 September 2024. Hingga saat ini terdapat 79 pengguna jasa. dengan retirement sebesar 420.018 tCO2e dari 322 beneficiaries.
"Jika dibandingkan Bursa Regional, perdagangan carbon credit di IDXCarbon lebih besar. Di mana Bursa Malaysia 190.351 tCO2e dan Bursa Jepang 502.811 tCO2e," ungkap Jeffrey kepada wartawan, Jumat (27/9/2024).
Jeffrey mengatakan, IDXCarbon juga terus melakukan pengembangan pasar karbon. Di antaranya melalui serangkaian diskusi, dan sosialisasi, sampai dengan saat ini telah melakukan 185 kali sosialisasi offline maupun online. Pengembangan juga ditandai dengan perolehan fatwa kesesuaian syariah dari DSN-MUI.
Selain itu, IDXCarbon melakukan integrasi sistem dengan kementerian ESDM untuk dapat memperdagangkan PTBAE-PU dalam waktu dekat. Serta memperpanjang insentif untuk pendaftaran sebagai Pengguna Jasa, yang dibebaskan biaya pendaftarannya sampai dengan September 2025.
"BEI juga terus mendorong dekarbonisasi untuk Perusahaan Tercatat, antara lain dengan melakukan sosialisasi berkala," imbuh Jeffrey,
Jeffrey mencatat, IDX Net Zero Incubator saat ini sudah masuk ke modul 3 dan diikuti sebanyak 110 Perusahaan Tercatat. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan awareness dan mengajarkan cara menghitung emisi karbon, termasuk menyediakan tools untuk membantu perhitungan. BEi juga mMengembangkan sistem pelaporan ESG termasuk pelaporan emisi karbon. Mengembangkan indeks terkait karbon (IDX – LQ45 Low Carbon Leaders). Serta melakukan kajian IDX Green Equity Designation.
"BEI terus mendorong aktivitas perdagangan karbon, tetapi tentu saja terdapat banyak faktor di luar aspek perdagangan sekunder yang dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan karbon," pungkas Jeffrey.
Go Green, BEI Godok Indeks Saham Berbasis Iklim
Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana meluncurkan indeks baru sebagai alternatif investasi. Kepala Unit Pengembangan Bisnis Indeks dan ESG BEI, Rony Suniyanto Djojomartono mengatakan, jika ada tematik indeks saham yang akan dirilis, kemungkinan besar terkait ESG.
"Indeks (tematik) ESG) itu salah satu yang sedang kita coba kaji. Karena memang sekarang sedang melakukan edukasi ke perusahaan-perusahaan tercatat terkait dengan perubahan iklim dan membantu memberikan edukasi ke perusahaan-perusahaan terkait dengan penghitungan emisi untuk mencapai target zero emission," kata Rony dalam edukasi wartawan pasar modal, Kamis (13/9/2024).
Menurut Rony, saat ini investor mulai memburu produk-produk yang berkaitan dengan aspek ESG. Sehingga Bursa merasa perlu untuk akomodasi kebutuhan investor akan investasi hijau atau investasi berkelanjutan berbasis ESG.
"Kita masih ada beberapa concept index di pipeline. Kita ada beberapa pilihan seperti indeks yang mendukung sustainability ataupun climate. Atau mungkin indeks yang mengacu pada sisi governance indeks gitu mungkin. Tapi itu masih menjadi kajian," jelas Rony.
Produk investasi pasif bisa menjadi pilihan untuk berburu cuan. Gambaran saja, investasi pasif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meniru kinerja indeks pasar. Strategi ini berdasarkan teori bahwa dalam jangka panjang, pasar cenderung menghasilkan imbal hasil yang positif, sehingga lebih menguntungkan untuk mengikuti pasar daripada mencoba mengunggulinya.
Advertisement