9 Ciri Kamu Sedang Terjebak dengan Pasangan yang Suka Playing Victim

Pasangan yang terus menerus merasa disalahkan mungkin akan merasa frustrasi, tidak dihargai, dan akhirnya mengalami kelelahan emosional.

oleh Miranti diperbarui 17 Okt 2024, 16:11 WIB
Ilustrasi Foto Pasangan Bertengkar (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Hubungan yang sehat didasarkan pada kepercayaan, komunikasi yang efektif, dan tanggung jawab bersama. Namun, terkadang tanpa disadari, kamu bisa saja memainkan peran sebagai korban atau playing victim dalam hubunganmu.

Pasangan yang terus menerus merasa disalahkan mungkin akan merasa frustrasi, tidak dihargai, dan akhirnya mengalami kelelahan emosional. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa menyebabkan perpecahan dalam hubungan.

Playing victim adalah perilaku di mana seseorang selalu merasa diperlakukan tidak adil dan menghindari tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Berikut adalah tanda-tanda yang mungkin menunjukkan bahwa kamu sedang mengalami playing victim dalam hubungan asmaramu. Simak penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Kamis (17/10/2024):


1. Selalu Merasa Dianiaya

ilustrasi pasangan bertengkar/photo created by yanalya - www.freepik.com

Jika kamu terus-menerus merasa bahwa pasanganmu atau orang lain dalam hidupmu selalu tidak adil atau kejam kepadamu, ini bisa menjadi indikasi bahwa kamu sedang memainkan peran korban. Perasaan ini sering kali disertai dengan keyakinan bahwa kamu tidak pernah bersalah.

2. Menghindari Tanggung Jawab

Memainkan peran korban sering kali melibatkan penghindaran tanggung jawab atas tindakan atau kesalahan sendiri. Kamu mungkin cenderung menyalahkan pasanganmu atau faktor eksternal atas masalah yang terjadi, daripada mengakui peranmu dalam masalah tersebut.

3. Mencari Simpati Berlebihan

Orang yang memainkan peran korban sering kali mencari simpati dan perhatian dari orang lain. Kamu mungkin merasa perlu menceritakan betapa buruknya perlakuan yang kamu terima untuk mendapatkan dukungan dan pengertian dari orang lain.


4. Fokus pada Negatif

Ilustrasi pasangan. Credit: pexels.com/Ginnie

Jika kamu lebih sering memperhatikan hal-hal negatif dalam hubungan dan mengabaikan aspek-aspek positifnya, ini bisa menjadi indikasi playing victim. Kamu mungkin merasa bahwa hal-hal baik yang terjadi tidak cukup untuk menutupi perlakuan buruk yang kamu alami.

5. Merasa Tidak Berdaya

Perasaan tidak berdaya dan merasa tidak mampu mengubah situasi adalah tanda umum dari playing victim. Kamu mungkin merasa bahwa tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk memperbaiki hubungan atau mengubah dinamika yang ada.


6. Menggunakan Manipulasi Emosional

Ilustrasi putus cinta, patah hati, bertengkar. (Image by jcomp on Freepik)

Playing victim sering kali melibatkan manipulasi emosional untuk mencapai tujuan tertentu. Kamu mungkin memanfaatkan rasa bersalah atau belas kasihan dari pasanganmu untuk mempengaruhi mereka dan memperoleh keuntungan pribadi.

7. Menghindari Konflik Konstruktif

Jika kamu cenderung menghindari diskusi atau pertikaian yang konstruktif dan lebih suka menyimpan dendam atau mengeluh di belakang pasanganmu, ini bisa menjadi tanda Playing victim. Pertikaian yang sehat adalah bagian penting dari hubungan yang kuat dan saling mendukung.


8. Menyimpan Dendam

Ilustrasi selingkuh, pasangan bertengkar. (Image by Freepik)

Jika kamu terus-menerus mengingat kesalahan pasangan dan menggunakan itu sebagai alasan untuk merasa teraniaya, ini menandakan bahwa kamu tidak melepaskan perasaan negatif. Rasa dendam dapat merusak hubungan dan membuat komunikasi menjadi sulit.

9. Sering Merasa Tidak Didengar

Ketika kamu merasa bahwa perasaan dan pendapatmu tidak dihargai, tetapi tidak berusaha untuk mengomunikasikannya, ini menunjukkan pola victim mentality. Menyampaikan perasaan dengan cara yang konstruktif adalah penting agar pasangan bisa memahami sudut pandangmu.

Mengenali perilaku berperan sebagai korban dalam hubungan adalah langkah awal untuk memperbaiki dinamika yang tidak sehat. Penting untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan kita sendiri dan berusaha untuk berkomunikasi secara jujur dan terbuka dengan pasangan. Dengan demikian, kita dapat membangun hubungan yang lebih sehat dan saling mendukung.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya