Medco E&P Penuhi TKDN 80% di Proyek Konversi FPSO Pertama di Indonesia

Tercapainya target TKDN dalam Proyek FSPO Marlin Natuna milik Medco ini merupakan hasil kolaborasi yang baik antara Industri hulu migas dengan industri dalam negeri.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Okt 2024, 22:40 WIB
Medco E&P berhasil memenuhi target penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada proyek konversi kapal tanker menjadi Floating Production, Storage, and Offloading (FPSO) Marlin Natuna. (Dok Medco)

Liputan6.com, Jakarta -  Pemerintah menargetkan setiap Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) bisa memenuhi target penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Kali ini, Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P) berhasil memenuhi target TKDN di proyek konversi kapal tanker menjadi Floating Production, Storage, and Offloading (FPSO) Marlin Natuna.

Proyek konversi FPSO pertama di Indonesia milik Medco ini dikerjakan oleh PT Hanochem Tiaka Samudera dan PT PaxOcean Batam. Dalam proyek ini tingkat TKDNmencapai 80% dan dikerjakan oleh 1.386 pekerja Indonesia atau 99% dari total tenaga kerja yang terlibat.

Untuk memenuhi memenuhi komitmen penggunaan TKDN sebesar 80%, Hanochem dan PaxOcean bekerja sama dengan berbagai perusahaan lokal untuk menunjang proses pengerjaan proyek ini.

Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo mengapresiasi capaian TKDN dalam pengerjaan Proyek FPSO Marlin Natuna. Menurutnya, pembangunan FPSO Marlin Natuna mampu menciptakan multiplier effect bagi perekonoman nasional dan terutama perekonomian daerah.

Dengan total investasi yang dibutuhkan untuk pengerjaan Proyek Forel-Bronang secara keseluruhan mencapai sekitar USD 236 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun, SKK Migas berharap investasi tersebut tidak hanya berhasil mewujudkan fasilitas produksi hulu migas.

"Tetapi juga mampu menciptakan multiplier effect bagi perekonomian serta terciptanya lapangan pekerjaan,” kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (2/10/2024).

Capaian ini menjadi bukti bahwa industri hulu migas memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan industri dalam negeri  dan terus berkontribusi dan memberikan multiplier effect,’’ ungkap Wahju.

 


Kolaborasi Industri Hulu Migas

Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan mengatakan, tercapainya target TKDN dalam Proyek FSPO Marlin Natuna merupakan hasil kolaborasi yang baik antara Industri hulu migas dengan industri dalam negeri.

’’Keberhasilan mencapai TKDN sebesar 80% dan penyerapan maksimal tenaga kerja dari Indonesia membuktikan bahwa dengan sinergi yang baik, kita dapat membangun industri hulu migas yang mandiri dan berdaya saing. Saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek ini," kata Ronald.

Secara lebih rinci, Juli Indira Wardhana, Contract and Procurement Manager PT Hanochem menjelaskan bahwa kerjasama dengan berbagai perusahaan lokal dilakukan diantaranya untuk memproduksi komponen-komponen kritis seperti kabel, pembakaran gas suar (flaring tip) dan bejana tekan (pressure vessel).

’’Tak hanya itu, seluruh fabrikasi module FPSO ini juga dikerjakan oleh perusahaan lokal di wilayah Batam dengan melibatkan tenaga kerja lokal berpengalaman dan fresh graduate yang diberikan kesempatan berkontribusi di proyek nasional ini,” ujar Juli.

 


Tenaga Kerja

Terkait penyerapan tenaga kerja Indonesia, Managing Director dan Chief Executive Officer PaxOcean Group Tan Thai Yong mengatakan, pengerjaan proyek FPSO Marlin Natuna juga memberi kesempatan kepada para fresh graduate untuk berpartisipasi agar mendapatkan pengalaman yang bernilai.

”Kami berharap mereka juga dapat membagikan ilmu yang didapat dari dalam proyek ini kepada rekan-rekan lainnya, sehingga memicu semangat membangun dan memajukan Indonesia di bidang industri Migas,” jelasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya