Liputan6.com, Jakarta Cuaca merupakan elemen alam yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, memengaruhi aktivitas manusia dalam berbagai cara. Namun, dampaknya tidak hanya terbatas pada aspek fisik atau lingkungan, melainkan juga dapat merambah ke ranah psikologis. Banyak orang melaporkan perubahan suasana hati seiring dengan perubahan cuaca, sebuah fenomena yang dikenal sebagai meteoropati atau meteorosensitivitas.
Konsep ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno, di mana para filsuf dan ilmuwan menyadari bahwa kondisi cuaca tertentu dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional dan mental seseorang. Dari perasaan lesu saat hari mendung hingga kegembiraan saat matahari bersinar cerah, cuaca tampaknya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi mood.
Advertisement
Untuk memahami lebih dalam bagaimana cuaca dapat mempengaruhi kesehatan mental, penting untuk mengeksplorasi hubungan antara kondisi atmosfer dan respons psikologis anda. Penelitian dalam bidang ini terus berkembang, memberikan wawasan baru tentang cara anda dapat mengelola dampak cuaca terhadap kesejahteraan mental anda, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis(17/10/2024).
Dampak Cuaca pada Mood
Cuaca bisa mempengaruhi suasana hati dalam berbagai cara. Berdasarkan sebuah studi pada tahun 2013, faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, tekanan atmosfer, dan curah hujan dapat mempengaruhi suasana hati sehari-hari. Suasana hati yang buruk sering dikaitkan dengan suhu ekstrem di bawah 50°F atau di atas 70°F, kelembapan tinggi, curah hujan, dan kabut. Sebaliknya, suasana hati yang positif biasanya muncul pada suhu antara 50°F dan 70°F, langit cerah, tekanan atmosfer tinggi, dan paparan sinar matahari.
Walaupun cuaca dapat mempengaruhi suasana hati, penyebab pastinya tidak selalu jelas. Faktor-faktor seperti biologi, evolusi, dan budaya juga bisa berperan. Paparan cuaca tertentu, seperti durasi sinar matahari, dapat mempengaruhi proses biologis terkait suasana hati, seperti pola tidur. "Hipotesis kehijauan" menyatakan bahwa manusia merespons warna hijau dengan baik karena hubungannya dengan tanah yang subur dan iklim yang mendukung. Selain itu, budaya juga mempengaruhi persepsi cuaca, orang-orang dari budaya yang mengaitkan hujan, awan, dan dingin dengan kondisi negatif cenderung mengalami kekecewaan dan depresi selama kondisi cuaca tersebut.
Advertisement
Dampak Cuaca yang Berubah pada Kesehatan Mental
1. Gangguan Afektif Musiman (SAD)
Salah satu contoh utama dari dampak cuaca terhadap kesehatan mental adalah Gangguan Afektif Musiman (SAD). SAD adalah kondisi di mana depresi muncul selama periode hujan atau cuaca panas. Penyebab pasti SAD belum diketahui, tetapi diyakini bahwa cuaca memengaruhi proses biologis tertentu dalam tubuh, seperti suasana hati, tidur, dan pengaturan ritme sirkadian.
2. Cuaca Ekstrem dan Stres
Cuaca ekstrem juga dapat menyebabkan stres baik secara mental maupun fisik. Tubuh harus beradaptasi dengan perubahan cuaca. Misalnya, hujan lebat di daerah banjir dapat menyebabkan kecemasan, dan penundaan yang membuat stres dalam rencana perjalanan dapat menambah kecemasan. Sebuah tinjauan literatur tahun 2020 di Inggris menunjukkan bahwa peristiwa cuaca ekstrem dikaitkan dengan peningkatan tantangan kesehatan mental seperti depresi.
3. Hipotesis Panas dan Sifat Agresif
"Hipotesis panas" menyatakan bahwa suhu panas dapat meningkatkan ketidaknyamanan, gangguan fungsi kognitif, dan persaingan untuk mendapatkan sumber daya lokal. Penelitian menemukan bahwa tingkat kekerasan meningkat saat suhu naik, dan suhu yang lebih panas terkait dengan jumlah kematian akibat penyerangan yang lebih besar.