9 Ciri Orang yang Gemar Flexing Kebahagiaan di Medsos tapi Faktanya Berkebalikan

Di balik foto-foto yang menawan dan pencapaian luar biasa yang ditampilkan di media sosial, sering kali tersembunyi rasa tidak bahagia dan ketidakpuasan pribadi.

oleh Miranti diperbarui 04 Okt 2024, 17:09 WIB
Ilustrasi Riya Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Di zaman digital sekarang, pamer telah menjadi fenomena yang semakin sering dilihat. Media sosial menyediakan platform bagi siapa saja untuk memamerkan gaya hidup mereka kepada dunia.

Namun, di balik foto-foto yang menawan dan pencapaian luar biasa yang ditampilkan di media sosial, sering kali tersembunyi rasa tidak bahagia dan ketidakpuasan pribadi. Sering kali, perilaku pamer ini bukanlah cerminan dari kebahagiaan sejati, melainkan upaya untuk menutupi rasa minder dan rendah diri.

Berikut adalah sembilan tanda bahwa seseorang suka pamer tetapi sebenarnya tidak bahagia. Simak penjelasan menariknya di bawah ini sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat (4/10/2024):


1. Selalu Berusaha Menarik Perhatian

Ilustrasi piknik menyenangkan bersama keluarga (pexels/AskarAbayev)

Individu yang gemar memamerkan diri cenderung selalu ingin menjadi sorotan. Mereka sering membicarakan pencapaian mereka, barang-barang mewah yang mereka miliki, atau liburan eksklusif yang baru saja mereka jalani. Meskipun dari luar hal ini mungkin tampak seperti kebahagiaan, namun di dalam diri mereka mungkin terdapat kekosongan yang mereka coba isi dengan perhatian dari orang lain.

Orang yang benar-benar bahagia tidak perlu selalu menjadi sorotan. Mereka merasa puas dengan diri mereka sendiri dan tidak memerlukan validasi terus-menerus dari orang lain untuk merasa berharga.


2. Sering Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Orang yang gemar pamer cenderung sering membandingkan diri dengan orang lain. Mereka merasa harus menunjukkan bahwa mereka lebih unggul atau memiliki lebih banyak dari orang lain. Perilaku ini mencerminkan ketidakbahagiaan, karena individu yang benar-benar bahagia tidak merasa perlu untuk terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain.

Perbandingan ini dapat menjadi sumber stres dan kecemasan yang signifikan, karena selalu ada seseorang yang memiliki lebih atau mencapai lebih banyak. Bukannya menikmati apa yang mereka miliki, mereka terperangkap dalam lingkaran perbandingan yang tiada akhir.

 

 


3. Menghabiskan Uang untuk Barang Mewah yang Tidak Diperlukan

Kebiasaan belanja yang boros sering kali mencerminkan sikap pamer. Mereka mungkin mengeluarkan banyak uang untuk barang-barang mewah yang sebenarnya tidak diperlukan. Ini menunjukkan usaha mereka untuk membeli kebahagiaan, meskipun pada kenyataannya, kebahagiaan sejati tidak bisa dibeli dengan uang.

Orang yang benar-benar bahagia cenderung lebih bijaksana dalam mengelola keuangan mereka. Mereka lebih menghargai pengalaman dan hubungan daripada sekadar barang-barang material.


4. Tidak Bisa Menerima Kritik dengan Baik

Individu yang gemar memamerkan diri biasanya sangat peka terhadap kritik. Mereka merasa terancam saat orang lain memberikan kritik terhadap diri mereka atau pencapaian mereka. Hal ini menunjukkan adanya ketidakamanan dan perasaan rendah diri yang mendasari sikap pamer mereka. Orang yang benar-benar bahagia dan percaya diri mampu menerima kritik dengan hati yang terbuka dan melihatnya sebagai peluang untuk berkembang.

Kemampuan menerima kritik adalah tanda kedewasaan emosional. Orang yang tidak bahagia sering kali memandang kritik sebagai serangan pribadi daripada umpan balik yang membangun.

 

 


5. Mengandalkan Media Sosial untuk Validasi

Media sosial telah menjadi sarana utama bagi banyak individu untuk memamerkan kehidupan mereka. Mereka yang gemar pamer biasanya sangat aktif di platform ini, membagikan setiap detail kehidupan mereka untuk mendapatkan "like" dan komentar positif. Namun, ketergantungan pada validasi eksternal ini menunjukkan adanya ketidakbahagiaan yang mendalam.

Orang yang benar-benar bahagia tidak merasa perlu untuk terus-menerus memamerkan kehidupan mereka di media sosial. Mereka merasa puas dengan diri mereka sendiri dan tidak memerlukan validasi dari dunia maya untuk merasa berharga.


6. Sulit Merasa Puas dengan Kepemilikan Sendiri

ilustrasi wanita stres/Foto oleh Engin Akyurt dari Pexels

Individu yang gemar memamerkan sering kali merasa tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Mereka selalu menginginkan lebih dan lebih, mengira bahwa kebahagiaan terletak pada pencapaian atau kepemilikan berikutnya. Ini mencerminkan ketidakbahagiaan karena kebahagiaan sejati berasal dari rasa syukur dan kepuasan dengan apa yang kita miliki saat ini.

Orang yang benar-benar bahagia memiliki rasa syukur yang mendalam dan mampu menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil dalam hidup mereka. Mereka tidak terjebak dalam siklus keinginan yang tiada akhir.

 

 


7. Sering Membicarakan Orang Lain dengan Nada Negatif

Ilustrasi media sosial, Instagram. (Foto oleh Brian Ramirez: https://www.pexels.com/id-id/foto/smartphone-teknologi-aplikasi-instagram-8886104/)

Untuk menutupi rasa kurang percaya diri, orang yang gemar pamer sering kali merendahkan orang lain. Mereka mungkin berbicara dengan nada negatif tentang orang lain untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka sendiri. Ini mencerminkan ketidakbahagiaan, karena seseorang yang benar-benar bahagia tidak merasa perlu merendahkan orang lain untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri.

Orang yang benar-benar bahagia cenderung memiliki sikap positif terhadap orang lain. Mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan tidak merasa terancam oleh pencapaian atau kebahagiaan orang lain.

 

 


8. Mendramatisasi Masala

Ilustrasi perempuan cantik yang suka pamer namun tak bahagia | copyright unsplash.com/Carlos Macías

Mereka mungkin cenderung mendramatisasi masalah kecil untuk mendapatkan perhatian. Ini menunjukkan bahwa mereka mungkin tidak merasa diperhatikan atau dihargai di kehidupan nyata mereka.


9. Kesulitan Menjalin Hubungan yang Dalam

Ilustrasi wanita nonton film di rumah. (Pexels/Ron Lach)

Meskipun tampak dikelilingi banyak teman, mereka mungkin kesulitan membangun hubungan yang tulus dan dalam. Keterikatan yang dangkal sering kali menjadi tanda ketidakbahagiaan dan kurangnya kedekatan emosional.


Cara Menghindari Sikap Pamer dan Menemukan Kebahagiaan Sejati

Ilustrasi kesepian, diam, sendiri. (Photo by Eutah Mizushima on Unsplash)

Jika kamu mengenali tanda-tanda tersebut dalam dirimu atau orang lain di sekitarmu, penting untuk mencari cara untuk mengatasi kecenderungan pamer dan mencari kebahagiaan yang sejati.

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:

Latih Rasa Syukur: Mulailah dengan menghargai apa yang sudah kamu miliki. Buatlah daftar hal-hal yang kamu syukuri setiap hari dan fokuslah pada hal-hal positif dalam hidupmu.

Kurangi Penggunaan Media Sosial: Batasi waktu yang kamu habiskan di media sosial dan fokuslah pada interaksi di dunia nyata. Ini bisa membantu mengurangi kebutuhan untuk pamer dan mencari validasi dari luar.

Temukan Kebahagiaan dalam Hal-Hal Sederhana: Kebahagiaan sejati seringkali ditemukan dalam hal-hal sederhana seperti waktu bersama keluarga, berjalan-jalan di alam, atau menikmati hobi yang kamu sukai.

Cari Bantuan Profesional: Jika kamu merasa sulit untuk mengatasi rasa minder dan rendah diri, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari psikolog atau konselor. Mereka bisa membantumu mengembangkan rasa percaya diri yang lebih sehat.

Fokus pada Pengembangan Diri: Alihkan energi yang kamu gunakan untuk pamer menjadi energi untuk pengembangan diri. Belajarlah keterampilan baru, baca buku, atau ikuti kursus yang bisa membantu meningkatkan dirimu secara pribadi dan profesional.

Menyadari bahwa sikap pamer bisa menjadi tanda ketidakbahagiaan adalah langkah pertama menuju perubahan positif. Dengan fokus pada rasa syukur, pengembangan diri, dan kebahagiaan sejati, kita bisa menjalani hidup yang lebih memuaskan tanpa perlu pamer.

Pada dasarnya, kebahagiaan sejati datang dari dalam, bukan dari validasi eksternal atau barang-barang material.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya