Jadi Destinasi Utama Wisata Religi Katolik di Indonesia, Flores Luncurkan Peta Perjalanan Wisata

Peluncuran peta perjalanan wisata religi Katolik itu merupakan bagian dari menjadikan Flores sebagai destinasi utama wisata religi Katolik di Indonesia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 02 Okt 2024, 07:00 WIB
Peta perjalanan wisata religi Katolik Pulau Flores. (dok. BPOLBF)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sebelumnya Labuan Bajo merilis peta perjalanan (travel pattern) wisata religi, kini giliran Pulau Flores meluncurkan Peta Perjalanan Wisata Religi Katolik di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Peluncuran dilakukan bersama antara Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF) dan Keuskupan Ruteng, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere, Keuskupan Larantuka, Dinas Pariwisata: Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, dan Flores Timur.

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu, peluncuran dilakukan bersamaan dengan peringatan Hari Pariwisata Dunia yang jatuh pada Jumat, 27 September 2024. Otoritas setempat sepakat menjadikan Pulau Flores sebagai destinasi utama wisata religi Katolik di Indonesia. Pembuatan travel pattern itu merupakan salah satu tindak lanjut dari penyelenggaraan Webinar dan FGD Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Religi Katolik di Pulau Flores yang dilaksanakan pada 17 Mei 2024 dan 5 Juli 2024. 

Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh berharap peta perjalanan itu bisa menyediakan informasi destinasi selain destinasi-destinasi berbasis alam dan budaya di Pulau Flores. Wisata ziarah religi Katolik ini bisa menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan karena dapat memberikan pengalaman spiritual, mengenal lebih dekat tradisi Gereja Katolik Pulau Flores, dan menawarkan aktivitas ziarah berbeda lainnya.

"Launching peta perjalanan ini juga dilakukan untuk mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan tren wisata di masa mendatang. Inisiatif ini tidak hanya akan meningkatkan daya tarik pariwisata Flores sebagai destinasi religi Katolik, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan spiritual Pulau Flores," kata Frans.

 


Memfasilitasi Pengalaman Spiritual

Gua Maria Golo Koe, salah satu destinasi wisata religi Katolik di Labuan Bajo. (dok. BPOLBF)

 

Romo Yakobus Donnisius Migo, Pr., Sekretaris Keuskupan Maumere sekaligus Direktur Politeknik Cristo Re Maumere mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan dalam penyusunan peta wisata religi Katolik itu. Ia menyebut hal itu sebagai salah satu kesempatan untuk membagikan kekayaan iman dan tradisi yang ada di Pulau Flores.

"Saya berharap travel pattern ini dapat memfasilitasi pengalaman spiritual yang mendalam bagi setiap peziarah, sekaligus mendukung perekonomian lokal. Mari kita sambut para peziarah dengan keramahtamahan dan membuka hati kita untuk berbagi kasih dan kebersamaan," kata Romo Donni.

Sementara, Ivan Botha, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ngada juga menyampaikan bahwa kolaborasi dalam penyusunan Travel Pattern ini adalah langkah signifikan untuk memperkenalkan khazanah budaya dan spiritual yang dimiliki Pulau Flores.

"Wisata religi menawarkan kesempatan bagi pengunjung untuk tidak hanya menjelajahi keindahan alam, tetapi juga mendalami nilai-nilai keagamaan dan tradisi lokal. Mari kita bersama-sama mempromosikan Flores sebagai destinasi wisata religi Katolik yang menginspirasi, menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi setiap peziarah," ucap Ivan.

 


Ada 54 Titik Kunjungan

Umat Katolik di Kota Larantuka, Flores Timur saat mencium patung Tuan Ma (Bunda Maria) usai dimandikan dengan air sakral dari sumur keramat (Liputan6.com/Ola Keda)

Travel pattern itu berisi tentang rekomendasi destinasi wisata yang patut dikunjungi umat Katolik saat berkunjung ke Flores. Terdapat 54 titik lokasi yang direkomendasikan, mulai dari gereja, kapela, Gua Maria, taman doa, situs sejarah religi, dan rumah retreat yang tersebar dari Flores bagian Barat, Tengah hingga Timur.

Peta perjalanan wisata itu dapat diunduh oleh para wisatawan atau peziarah melalui berbagai chanel, meliputi https://bit.ly/TravelPatternKatolikPulauFlores, atau melalui Sub Menu Informasi Setiap Saat pada Website labuanbajoflores.id, melalui link yang tertera pada Call Center BPOLBF +62 811-3879-4555, atau melalui Barcode Travel Pattern Pariwisata Religi Katolik yang tersedia di Tourist Information Center (TIC) Kantor BPOLBF (Jln. Soekarno Hatta No.88, Labuan Bajo) dan Media Sosial BPOLBF.

Sebelumnya, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama Kevikepan Labuan Bajo merilis travel pattern alias Peta Perjalanan Ziarah Religi Katolik di Labuan Bajo. Pembuatan peta perjalanan itu sebagai salah satu tindak lanjut dari penyelenggaraan Webinar Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Religi Katolik di Pulau Flores pada 17 Mei 2024 dan Focus Group Discussion (FGD) pada 5 Juli 2024.


Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan

Peta perjalanan ziarah religi Katolik di Labuan Bajo. (dok. BPOLBF)

Frans Teguh saat itu menjelaskan pembuatan peta perjalanan itu sebagai salah satu cara untuk memberikan pengalaman lebih kepada para wisatawan dengan menyediakan informasi destinasi selain destinasi-destinasi yang berbasis alam maupun budaya di Labuan Bajo.

"Pengadaan peta perjalanan ini juga dilakukan untuk mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan dengan tetap memerhatikan tren wisata di masa mendatang, yang cenderung bersifat personalize (pribadi), customize (minat khusus), localize (lokalitas), dan smaller in size (jumlah wisatawan yang tidak terlalu massif)," kata Frans dalam keterangan tertulis kepada Tim Lifestyle Liputan6.com, Sabtu, 10 Agustus 2024.

Perilisan Travel Pattern Ziarah Religi Katolik khusus Labuan Bajo dilaksanakan bersamaan dengan Festival Golo Koe, yakni salah satu event religi Katolik di Flores, NTT, yang masuk dalam Kharisma Event Nusantara 2024. Tujuannya agar para wisatawan, peziarah, maupun pengunjung memiliki alternatif aktivitas selain mengikuti rangkaian event tersebut.

Vikep Labuan Bajo, Romo Rikard Manggu, Pr. meyakini bahwa inisiatif tersebut dapat berkontribusi pada peningkatan kesadaran pelestarian budaya dan peluang besar untuk mempromosikan toleransi sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat Manggarai Barat.

"Ini adalah peluang besar untuk mempromosikan toleransi dan pemahaman lintas agama, serta mendukung perekonomian lokal melalui pariwisata yang bertanggung jawab," ujarnya. 

Infografis Kilas Balik Kunjungan Paus ke Indonesia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya