Liputan6.com, Jakarta - Gelaran pengajian yang diselenggarakan pada Selasa malam 1 Oktober 2024 di Desa Krecek, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim) terpaksa harus dihentikan.
Pengajian dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu terpaksa harus dihentikan usai ratusan jemaah yang hadir diduga keracunan makanan.
Advertisement
Terlihat camilan atau snack dan minuman yang berserakan di sekitar area panggung setelah acara dihentikan. Mereka sengaja membuang karena diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi paket snack yang diberikan oleh panitia.
"Majelis saya hanya diundang untuk mengisi acara. Namun, karena banyaknya jemaah yang diduga mengalami keracunan, maka acara harus segera dihentikan," ujar Juru bicara Majelis Sholawat Subbanus Salimiyah, Taufik Dwi Kusuma, Rabu (2/10/2024).
Ratusan jemaah yang diduga keracunan itu sebagian besar sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Kabupaten Kediri (RSKK).
Lalu, sebagian lainnya harus menjalani rawat inap. Hal itu seperti disampaikan Direktur RSKK Gatut Rahardjo.
"Para jemaah ini menunjukkan gejala keracunan. Mereka yang kondisinya membaik setelah perawatan sudah boleh pulang, tetapi ada beberapa yang masih harus menjalani rawat inap karena kondisinya agak parah," jelas Gatut.
Kapolsek Pare Iptu Siswo pun membenarkan kejadian dugaan keracunan massal tersebut.
Ia juga menyampaikan, saat ini seluruh korban telah dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis usai diduga keracunan snack kedaluwarsa.
"Kami sudah mengevakuasi korban ke dua rumah sakit, yakni Rumah Sakit Kabupaten Kediri dan RS HVA Pare. Saat ini kondisi para korban masih dalam pantauan medis," kata Siswo.
Evakuasi Korban di Dua Rumah Sakit
Siswo juga membenarkan para korban keracunan dibawa ke RSKK dan RS HVA Tulungrejo.
"Kami sudah mengevakuasi korban ke dua rumah sakit, yakni Rumah Sakit Kabupaten Kediri dan RS HVA Pare. Saat ini kondisi para korban masih dalam pantauan medis," ucap dia.
"Evakuasi masih terus berlangsung. Korbannya beragam usia, tetapi yang paling banyak adalah anak-anak," sambung Siswo.
Dia menyebut, jemaah awalnya mengeluhkan gejala seperti mual, pusing, dan bahkan kehilangan kesadaran. Penyebab keracunan, kata Siswo, diduga berasal dari snack yang dibagikan oleh panitia selama pengajian.
"Diduga dari makanan camilan, makanan tersebut tidak memiliki label kadaluarsa yang jelas. Namun, jenis camilan yang menyebabkan keracunan masih dalam penyelidikan," terang dia.
Menurut Siswo, acara pengajian yang awalnya berjalan lancar, maka terpaksa dihentikan oleh pihak kepolisian akibat insiden ini.
"Kami memutuskan untuk menghentikan acara demi keamanan dan keselamatan jamaah. Ini langkah yang harus diambil, mengingat jumlah korban yang terus bertambah," kata dia.
Siswo juga mengaskan pihaknya melakukan penyelidikan terkait asal makanan yang disajikan dalam acara tersebut.
"Kami sedang mendalami lebih lanjut sumber makanan dan siapa pihak yang bertanggungjawab," tegas Siswo.
Advertisement
Pemkab Bantul Gratiskan Biaya Pengobatan Korban Keracunan Massal
Sebelumnya, mengunjungi korban keracunan massal nasi kotak yang dirawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul, DIY terpisah pada Kamis siang 12 September 2024.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih dan Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo memastikan Pemkab Bantul bertanggung jawab pada seluruh pembiayaan pengobatan korban.
Sebelumnya puluhan warga Bantul mengalami keracunan usai memakan nasi kotak yang disediakan panitia saat acara penetapan rintisan desa budaya di Desa Patalan, Kecamatan Jetis pada Selasa (10/9/2024). Acara ini dihadiri Bupati Bantul Abdul Halim Muslih.
Kunjungan pertama dilakukan Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo sekitar pukul 13.00 WIB dengan langsung bertemu dengan tiga pasien yang sejak Selasa dan Rabu 11 September 2024 mendapatkan perawatan di bangsal Parikesit.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menjenguk Kamis sore.
"Banyak warga yang mengalami sakit perut, diare, dan pusing-pusing yang menandakan adanya gejala keracunan. Beruntungnya Dinas Kesehatan, Puskesmas dan pihak desa gercep (gerak cepat) menanggulangi dan melacak warga yang mengikuti acara," kata Joko.
Gejala Keracunan
Dari informasi yang didapatkan dari pihak Dinkes Bantul, ada sebanyak 160 warga yang mengalami gejala keracunan makanan dan beberapa telah mendapatkan penanganan di berbagai rumah sakit di Bantul.
"Di Panembahan ini ada sebanyak lima korban yang tengah mendapatkan perawatan intensif," lanjut Wabup Joko.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Wabup Joko menegaskan Pemkab Bantul seluruhnya akan menanggung biaya pengobatan korban keracunan melalui BPJS Kesehatan atau kalau diperlukan lebih menggunakan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Jamkesda.
Penegasan mengenai pembebasan biaya pengobatan ini juga diucapkan Bupati Bantul Abdul Halim Muslih yang menjenguk pada Kamis sore.
Ia menerangkan ada skema pembiayaan yang rangka tiga. Pertama menggunakan BPJS Kesehatan, jika tidak memungkinkan maka akan memanfaatkan Jamkesda yang memiliki opsi pembiayaan hingga Rp5 juta per orang.
"Jika keduanya tidak bisa, kita akan mengakses pada Jaminan Kesehatan Sosial (Jamkessos) di Pemda DIY," terangnya.
Advertisement