7 Cara Mendidik Anak Tanpa Menimbulkan Trauma, Wajib Dipahami Para Orang Tua

Mendidik anak dengan pendekatan positif bermanfaat bagi kesehatan mental dan fisik mereka, serta menciptakan masa kecil yang bahagia.

oleh Miranti diperbarui 12 Okt 2024, 06:12 WIB
Slow parenting harus dilakukan dengan benar untuk menghindari sisi buruk dari gaya asuhan ini. (Foto: Freepik/Tirachardz)

Liputan6.com, Jakarta Ada masa ketika setiap orangtua merasa kesulitan menemukan metode terbaik untuk mendidik anak-anak mereka. Baik saat menghadapi balita yang berteriak atau remaja yang sedang marah, mengendalikan emosi bisa menjadi tantangan besar. Tidak ada orangtua yang ingin berada dalam situasi seperti ini, apalagi menggunakan kekerasan fisik yang dapat menyebabkan trauma pada anak-anak mereka.

Ketika anak berperilaku sulit diatur atau tidak mau patuh kepada orangtua, ini mungkin karena mereka belum tahu cara mengelola emosinya. Penting untuk memahami bahwa perilaku tersebut bukanlah tanda kenakalan.

Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa anak memerlukan bantuan untuk belajar bagaimana berperilaku dengan baik dan mengatasi emosi dengan cara yang lebih sehat. Simak penjelasan selengkapnya tentang beberapa tips mendidik anak tanpa meninggalkan rasa trauma sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Sabtu (12/10/2024):


1. Berikan contoh yang baik

Contoh yang baik bisa diberikan. (Foto: Freepik)

Orangtua memiliki peran utama dalam membentuk karakter anak yang baik. Ini karena anak-anak belajar dari contoh yang diberikan oleh Ibu dan Ayah, sehingga sangat penting bagi orangtua untuk menunjukkan perilaku positif di hadapan anak-anak mereka.

Ibu bisa mengajarkan anak tentang pentingnya rasa hormat, keramahan, kejujuran, kebaikan, dan toleransi. Salah satu cara yang efektif adalah dengan membiasakan diri mengucapkan terima kasih dan memberikan pujian positif ketika anak melakukan sesuatu yang baik.


2. Ajari anak tentang konsekuensi

Beri tahu anak mengenai dampak tindakan mereka.

Pernah mendengar tentang efek domino? Ini berarti semua kejadian saling berkaitan secara konsekuensial. Singkatnya, ini menunjukkan bahwa setiap tindakan yang kamu lakukan memiliki dampak. Dampak ini bisa positif atau negatif, tergantung pada sifat dari tindakan awal tersebut.

Salah satu metode efektif dalam mendidik anak adalah dengan mengajarkan mereka tentang konsekuensi dari tindakan mereka. Misalnya, jika anak-anak merusak mainan, mereka tidak akan mendapatkan yang baru untuk sementara waktu.

Jika anak-anak sering begadang setelah jam malam untuk bermain ponsel, maka matikanlah internet pada malam hari. Penerapan pendekatan ini akan mengurangi kemungkinan mereka merasa kecewa saat sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan mereka.


3. Batasi akses anak ke internet

Cegah anak mengakses internet secara bebas. (Foto: Freepik/bulltus_casso)

Saat ini, metode paling efektif untuk mendidik anak yang bertingkah adalah dengan menghentikan akses internet mereka. Internet telah menjadi daya tarik besar bagi anak-anak zaman sekarang.

Setiap hari, mereka menghabiskan banyak waktu untuk menjelajahi media sosial dan berbagai platform online. Karena hal ini sangat penting bagi mereka, membatasi akses sementara dapat mendorong anak-anak untuk berperilaku lebih baik dan menghindari mengulangi kesalahan yang sama.


4. Jangan bersikap kasar dan membentak

Hindari sikap kasar dan membentak. (Foto: Freepik/odua)

Mengingat bahwa anak-anak cenderung meniru perilaku yang mereka lihat dari orangtua, sangat penting bagi Ibu untuk memberikan contoh sikap yang positif dan konstruktif. Ibu harus menghindari perilaku kasar untuk mencegah sifat buruk tersebut terbawa hingga anak dewasa nanti. Jadi, selalu ingatlah untuk tidak terburu-buru terbawa emosi dan menghindari penggunaan cara membentak atau kekerasan dalam bentuk apa pun.

Tindakan tersebut dapat menyebabkan anak mengalami trauma dan ketakutan, bahkan membuatnya semakin enggan untuk patuh. Jika Ibu atau Ayah bersikap kasar atau sering berteriak kepada anak, tanpa disadari itu sama saja mengajarkannya untuk melakukan hal yang sama kepada orang lain, dan dapat menyebabkan trauma.

Gunakan cara menasihati yang lebih lembut agar anak mau patuh. Dengan pendekatan yang lembut dan penuh pengertian, Ibu dapat membantu anak belajar nilai-nilai positif tanpa perlu menggunakan tindakan yang kasar atau menyakiti.


5. Sediakan waktu istirahat untuk anak

Izinkan anak memiliki waktu untuk beristirahat. (Foto: Freepik)

Time out merujuk pada situasi di mana seorang anak dipindahkan dari tempat awal di mana mereka berperilaku buruk dan ditempatkan di area yang terisolasi. Selama periode ini, anak tidak diizinkan meninggalkan lokasi yang telah ditentukan atau melakukan aktivitas lainnya.

Waktu ini seharusnya digunakan untuk menenangkan diri dan merenungkan tindakan mereka. Time out sebaiknya tidak berlangsung terlalu lama. Pertimbangkan untuk memberikan anak waktu istirahat hanya beberapa menit. Selain itu, bersikaplah tegas dan hindari menerima alasan apa pun.

Time out biasanya diterapkan pada balita. Namun, ada penelitian yang menunjukkan bahwa time out juga dapat efektif untuk remaja hingga usia 18-19 tahun. Meski demikian, keputusan akhir tetap berada di tangan orangtua, apakah metode ini cocok atau tidak untuk anak mereka.

 


6. Dengarkan dengan penuh perhatian

orangtua mendengarkan anak tanpa mencela copyright/freepik/Lifestylememory

Ketika anak berbicara, berikan perhatian penuh dan dengarkan tanpa menginterupsi. Menunjukkan bahwa kamu menghargai pendapat mereka akan membangun rasa percaya dan mengurangi kecemasan.


7. Terapkan disiplin yang konstruktif

illustrasi zona bebas handphone/layar copyright/freepik

Gunakan disiplin sebagai alat untuk mengajarkan, bukan sebagai hukuman. Misalnya, jika anak berperilaku buruk, diskusikan konsekuensi dari tindakan mereka dan bantu mereka menemukan cara yang lebih baik untuk berperilaku di masa depan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya