Rupiah Loyo Dekati 15.300 per Dolar AS Imbas Rudal Iran Serang Israel

Posisi Rupiah terhadap Dolar AS diperkirakan fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.15.250 - Rp.15.320 Kamis besok (3/10).

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 02 Okt 2024, 20:34 WIB
Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah lanjut melemah di awal bulan pada Rabu, 2 Oktober 2024.

Rupiah ditutup melemah 62 point terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada p1erdagangan Rabu sore (2/10), setelah sebelumnya sempat melemah 65 point dilevel Rp.15.268 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.206.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.15.250 - Rp.15.320," ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Pelemahan Rupiah juga terhadi di tengah kekhawatiran konflik di Timur Tengah dapat berubah menjadi perang yang lebih luas setelah Iran menembakkan rudal balistik ke Israel.

Laporan S&P Global menunjukkan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia masih terkontraksi di bawah 50 yakni berada di level 49,2 pada September 2024, meskipun indeks aktivitas manufaktur tersebut mengalami peningkatan tipis dari bulan sebelumnya 48,9. 

Ibrahim menyoroti, lesunya kondisi manufaktur tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain. Seperti China dan Australia yang juga masuk di zona kontraksi. 

"Negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga ambruk. PMI manufaktur Vietnam misalnya, yang anjlok dari 52 ke 47. Tak hanya Vietnam, beberapa negara di Eropa juga mengalami keadaan yang serupa, meski tak separah Vietnam," bebernya.

Meski PMI manufaktur Indonesia masih di zona kontraksi, kondisinya mulai membaik.

"Hal ini menunjukkan optimisme pelaku usaha dalam negeri mulai tumbuh dibandingkan beberapa bulan lalu. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada optimisme di kalangan pelaku usaha bahwa ada banyak potensi saat manufaktur kembali membaik," jelas Ibrahim.

Ia menjelaskan, sektor manufaktur RI yang lesu disebabkan kondisi makro ekonomi global yang sedang lesu pada September, sehingga perusahaan tentunya menanggapi dengan mengurangi aktivitas pembelian dan memilih menggunakan inventaris guna menjaga biaya serta efisiensi pengoperasian dengan sangat ketat.

Laporan S&P Global juga mengungkapkan bahwa pengoperasian di perekonomian sektor manufaktur Indonesia masih pada laju penurunan pada September yang menggambarkan penurunan lebih lanjut pada output dan permintaan baru. 

"Inventaris gudang pun terlihat sedikit naik, sementara perusahaan mengurangi aktivitas pembelian menanggapi permintaan pasar yang turun," imbuh Ibrahim.

 

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


Pedagang Global Amati Perkembangan Isu Perburuhan di Pelabuhan AS

Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Fokus pasar saat ini beralih ke data penggajian swasta AS yang akan dirilis pada hari Rabu, dengan para pedagang juga waspada terhadap perselisihan perburuhan di pelabuhan AS," kata Ibrahim.

Pekerja dermaga di Pantai Timur dan Gulf Coast memulai aksi mogok berskala besar pertama mereka dalam hampir 50 tahun pada hari Selasa, yang menghentikan arus sekitar setengah dari pengiriman laut negara itu.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya