PON 2024 Carut Marut, 2028 Bakal Dipegang Kemenpora?

PON 2028 diharapkan bisa berada dalam kendali penuh pemerintah pusat dalam hal ini Kemenpora.

oleh Thomas diperbarui 02 Okt 2024, 19:14 WIB
Closing ceremony PON XXI Aceh-Sumut 2024

Liputan6.com, Jakarta- Pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional atau PON 2024 menuai kritik tajam karena banyak masalah yang terjadi di dalam dan luar arena. Berkaca dari kejadian di PON 2024, mulai marak usulan agar pesta olahraga empat tahunan itu selanjutnya dikendalikan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga atau Kemenpora.

Profesor dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Tandiyo misalnya mengusulkan agar PON 2028 yang akan berlangsung di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur bisa berada dalam kendali Kemenpora agar tidak terulang lagi beragam masalah di PON 2024.

“Apabila PON berikutnya ada di NTB/NTT ada sisi positifnya karena mereka bisa belajar untuk menyelenggarakan multievent sebesar ini. Pemerintah pusat tidak boleh lepas karena menurut saya ada sisi positif, artinya SDM olahraga NTB dan NTT memiliki kesempatan yang besar untuk belajar. Namun, kendali sepenuhnya adalah dari Kemenpora,” ucap Prof Tandiyo, Selasa (1/10/2024).

Menurut Tandiyo, memang KONI yang bertanggung jawab. Namun, sumber pendanaan terbesar berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).

“Oke itu KONI, tetapi tetap uangnya dari Kemenpora RI. Artinya, Kemenpora harus memegang kendali utama dan persiapannya tidak bisa kurang tiga bulan baru heboh. POIN itu butuh waktu yang sangat panjang, untuk persiapan SDM,” katanya.


Jembatan Menuju Olimpiade

Suasana penutupan PON Aceh-Sumut 2024. (Dok KONI Pusat)

PON harus menjadi ajang pembinaan atlet nasional dengan target Olimpiade. Sehingga, ada kesinambungan antara pembinaan di PON dengan event olahraga Internasional.

Dia mengkritik cabang olahraga yang digelar di PON XXI lalu terlalu banyak. Banyak cabor yang tidak dipertandingkan di Olimpiade tapi dipertandingkan pada PON.

“Untuk cabor yang diperlombakan juga terlalu berlebih-lebihan dan super berlebihan. Lebih banyak cabang non-olympic daripada cabang Olympic itu sendiri. Sehingga PON sebagai mata rantai untuk ke Olympic jadi kurang pas,” katanya.


Cabor Olimpiade di PON

Dia memberi saran, untuk cabor di luar Olimpiade, pemerintah mencari waktu khusus untuk perlombaan tingkat nasional. Sehingga, PON dikhususkan untuk cabor yang dipertandingkan pada Olimpiade.

“Saya pribadi selalu mengemukakan bahwa PON itu cabor Olympic saja dan memang harus begitu. Cabor lain ya dipikirkan momentum lainnya. Jaraknya yang diatur, Olympic ini dibikin serius dan fasilitasnya keren. Kemudian cabor yang non Olympic, dibuatkan semacam PON,” kataya.

Soal waktu penyelenggaraan, sudah tepat digelar selama empat tahun sekali. Tak masalah jika PON digelar pada tahun yang sama dengan Olimpiade.

“Untuk penyelenggaraan yang siklus 4 tahunan sudah pas, jangan bertambah dan jangan dikurangi. Balik lagi, tahunnya bersamaan dengan Olympic gapapa kalau PON itu sebagai mata rantai. Tahun ini PON, juara PON untuk sampai ke Olympic perlu proses yang artinya mereka yang juara PON belum berarti langsung ke Olympic,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya