6 Penyebab Anak Berpikir Lambat dan Cara Mengatasinya, Wajib Diperhatikan

Dalam beberapa kasus, anak mengalami keterlambatan dalam berpikir. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus dan perlu segera diatasi.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 16 Okt 2024, 13:55 WIB
Daya pikir anak perlu dikembangkan sejak dini, dan jika ada keterlambatan, harus segera ditangani. (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Kemampuan berpikir adalah alat yang digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencapai keberhasilan. Otak anak berkembang sangat pesat saat mereka masih kecil.

Oleh karena itu, orang tua harus mengawasi dengan baik agar anak dapat tumbuh secara optimal. Dalam beberapa kasus, anak mengalami keterlambatan dalam berpikir. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus dan perlu segera diatasi.

Anak yang berpikir lambat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Apa saja faktor tersebut? Simak informasi lengkapnya dalam artikel berikut ini beserta cara mengatasinya, sebagaimana dilansir Liputan6.com dari iccomipe.org dan parents.com pada Rabu (16/10/2024).


Penyebab anak berpikir lambat

Setiap anak punya kemampuan kognitif yang bervariasi. (Foto: Freepik)

1. Perbedaan Kognitif

Seperti halnya beberapa mobil yang memiliki mesin yang bervariasi, anak-anak juga dapat memiliki kemampuan berpikir yang berbeda. Beberapa orang mungkin memiliki IQ yang lebih rendah atau mengalami kesulitan dalam mengingat sesuatu dengan cepat, mirip dengan prosesor komputer yang lebih lambat. Orangtua dapat mengenali hal ini dan menawarkan metode pembelajaran yang sesuai.

2. Pengaruh Lingkungan 

Lingkungan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kognitif anak. Misalnya, keadaan rumah yang tidak teratur, masalah keuangan keluarga, atau kurangnya interaksi sosial di sekolah dapat menghambat proses belajar si kecil. Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting dalam memberikan dukungan dan pendampingan yang konsisten agar anak dapat berkembang secara maksimal. 

3. Hambatan Bahasa 

Memiliki anak yang mahir dalam bahasa asing memang sangat menyenangkan, sehingga beberapa orangtua memilih untuk mengajarkannya sejak dini. Namun, sebaiknya ajarkan bahasa ibu terlebih dahulu agar mereka dapat berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya dengan lebih mudah. Hal ini tidak hanya membantu anak dalam berkomunikasi lebih lancar dengan teman-temannya, tetapi juga mengurangi kemungkinan hambatan dalam proses berpikir mereka. 

Ketika mereka mempelajari bahasa baru yang berbeda dari bahasa ibu mereka, anak-anak mungkin mengalami kesulitan dalam memahami dan mengekspresikan ide-ide mereka dengan cepat dan efektif. Ini dapat memperlambat proses berpikir mereka karena mereka harus terus menerjemahkan dan memproses informasi dari satu bahasa ke bahasa lainnya.

Selain itu, keterbatasan kosakata dan struktur kalimat dalam bahasa baru juga dapat menghambat kemampuan anak untuk menyampaikan pemikiran mereka dengan jelas dan lancar.


Penyebab anak berpikir lambat

Seringnya emosi muncul pada anak dapat menyebabkan ia berpikir dengan lambat. (Foto: Freepik/lookstudio)

4. Faktor Emosional

Beberapa faktor emosional dapat menyebabkan anak mengalami penurunan dalam kecepatan berpikir. Misalnya, jika anak merasa cemas atau kurang percaya diri, hal ini bisa menghambat proses pemrosesan informasi mereka. Ketidakpastian diri dan keraguan dapat membuat anak ragu dalam mengambil keputusan atau mengekspresikan ide-ide mereka secara efektif.

Selain itu, kesadaran diri yang berlebihan juga dapat mengganggu fokus mereka pada tugas yang sedang dikerjakan, memperlambat kemampuan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan efisien.

5. Pola Makan yang Tidak Sehat 

Mengonsumsi makanan yang tidak sehat dapat menjadi salah satu alasan mengapa anak mengalami penurunan dalam kecepatan berpikir. Anak-anak yang sering makan makanan tinggi gula, makanan cepat saji, dan minuman bersoda cenderung menghadapi risiko gangguan dalam fungsi kognitif mereka.

6. Disleksia atau ADHD 

Kesulitan belajar seperti disleksia atau ADHD bisa menjadi penyebab mengapa anak cenderung berpikir lambat. Anak dengan ADHD sering melamun, bergerak lambat, dan sulit mempertahankan fokus, yang mempengaruhi kecepatan kognitif mereka. Sementara itu, anak-anak dengan disleksia mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis dengan lancar, karena mereka kesulitan mengenali huruf dan menghubungkannya dengan suara. Kedua gangguan ini memerlukan pendekatan pendidikan yang khusus untuk membantu anak-anak mengatasi tantangan mereka. Oleh karena itu, orangtua harus selalu memantau perkembangan anak mereka.


Cara mengatasi anak berpikir lambat

Orangtua harus segera bertindak jika anak berpikir lambat agar perkembangan si kecil tetap optimal. (Foto: Freepik/pvproductions)

1. Biarkan Anak Tahu Apa yang Diharapkan 

Anak-anak akan lebih cepat belajar dan beradaptasi jika mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. Salah satu cara untuk membantu mereka adalah dengan menggunakan kalender rumah yang menunjukkan jadwal harian. Setiap pagi, ulangi jadwal tersebut dan berikan mereka cukup waktu untuk beralih dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya. Selain itu, ada berbagai aplikasi yang dirancang khusus untuk anak-anak dengan kecepatan pemrosesan yang lambat. Orangtua bisa memilih aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 

2. Bersikaplah Lebih Spesifik

Ubah bahasa instruksi dari yang umum menjadi lebih jelas dan spesifik. Misalnya, daripada mengatakan "bersihkan kamarmu," cobalah memberikan arahan yang lebih rinci seperti, "Mari kita ke kamarmu dan mulai dengan merapikan tempat tidurmu."

Instruksi yang lebih spesifik membantu anak memahami tugas yang harus mereka lakukan dan memberikan langkah-langkah yang jelas untuk diikuti. Ini tidak hanya membuat tugas lebih mudah dipahami tetapi juga mengurangi kebingungan dan meningkatkan efisiensi dalam menyelesaikan tugas. 

3. Cari Bantuan Eksternal Jika Diperlukan

Jika orangtua dan anak mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah kecepatan pemrosesan yang lambat, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari luar. Misalnya, jika orangtua kesulitan mengatur jadwal keluarga karena keterbatasan waktu atau tantangan lainnya, mereka dapat mempertimbangkan untuk meng-outsourcing beberapa tugas.

Ini bisa mencakup mempekerjakan tutor untuk membantu anak dengan pelajaran mereka, atau menggunakan jasa pengasuh yang dapat membantu mengelola rutinitas harian. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya