Syekh Ali Jaber Beberkan Tajamnya Lisan, Gara-Gara Satu Ucapan Terjadi Perang Suku 40 Tahun

Syekh Ali Jaber juga mengajak umat Islam untuk lebih bijaksana dalam menggunakan lisan. Menjaga lisan tidak hanya akan menjaga diri sendiri, tetapi juga melindungi orang lain dari dampak negatif perkataan yang tidak sepatutnya diucapkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Okt 2024, 13:30 WIB
Syekh Ali Jaber saat berdakwah. (Yayasan Syekh Ali Jaber via YouTube Syekh Ali Jaber)

Liputan6.com, Jakarta - Perkataan memiliki kekuatan yang luar biasa. Bagi Syekh Ali Jaber, menjaga lisan bukanlah sekadar soal sopan santun, melainkan juga tentang menghindari dampak negatif yang bisa sangat berbahaya.

Dalam salah satu ceramahnya, Syekh Ali Jaber mengingatkan tentang bagaimana satu kata bisa memicu konflik yang berkepanjangan.

Dalam sebuah ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @Abichannel2, Syekh Ali Jaber menuturkan bahwa di masa lalu, satu ucapan saja bisa menyebabkan perang suku.

"Gara-gara satu ucapan di bangsa Arab, terjadi perangan antara dua suku sampai 40 tahun," ungkap Syekh Ali Jaber. Konflik yang berlangsung selama empat dekade itu dipicu hanya oleh satu kata yang terlontar tanpa pertimbangan.

Ucapan tersebut menggambarkan betapa pentingnya menjaga kata-kata, terutama dalam situasi yang sensitif. Syekh Ali Jaber mengingatkan bahwa ucapan yang tidak dijaga bisa merusak hubungan antarindividu, antarbangsa, bahkan antarumat.

"Hati-hati ucapannya, gara-gara satu ucapan, 40 tahun perang gara-gara satu ucapan," lanjutnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Syekh Ali Jaber Pilih Diam

Menjaga lisan / Sumber: iStockphoto

Bukan hanya di masa lalu, pesan ini relevan dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Syekh Ali Jaber menekankan pentingnya berpikir sebelum berbicara.

Menurutnya, setiap kata yang diucapkan harus dipertimbangkan dengan baik agar tidak menimbulkan keburukan. "Barang siapa yang iman kepada Allah dan hari akhir, berkatalah yang baik atau diam," pesannya.

Syekh Ali Jaber lebih memilih untuk diam daripada berbicara tanpa manfaat.

"Wallahi, saya milih lebih baik banyak diam daripada bicara," tegasnya. Diam, menurutnya, sering kali menjadi pilihan terbaik ketika seseorang merasa tidak yakin apakah perkataannya akan membawa kebaikan atau justru sebaliknya.

Dalam ceramahnya, Syekh Ali Jaber juga mengajak umat Islam untuk lebih bijaksana dalam menggunakan lisan. Menjaga lisan tidak hanya akan menjaga diri sendiri, tetapi juga melindungi orang lain dari dampak negatif perkataan yang tidak sepatutnya diucapkan.

Kata Syekh Ali Jaber, perang yang terjadi di kalangan bangsa Arab akibat satu ucapan menjadi contoh nyata bahwa perkataan bisa menjadi pemicu konflik yang berkepanjangan.

Syekh Ali Jaber mengingatkan bahwa menjaga lisan adalah bagian dari keimanan dan tanda ketakwaan seseorang kepada Allah SWT.


Menjaga Lisan Lebih Penting

Jaga sikap dan ucapanmu/Copyright unsplash/Kristina Flour

Tak jarang, kata-kata yang tidak dipikirkan dengan matang bisa menimbulkan salah paham dan memperburuk hubungan. Itulah sebabnya, Syekh Ali Jaber selalu menekankan pentingnya berhati-hati dalam berbicara, terutama di tengah masyarakat yang mudah tersulut oleh isu-isu sensitif.

Lisan yang tidak dijaga bisa merusak lebih dari sekadar hubungan antarpribadi. Syekh Ali Jaber mencontohkan bagaimana dalam sejarah, ucapan yang keliru bisa memicu perang antar suku dan bangsa.

Oleh karena itu, setiap orang harus memiliki kesadaran penuh tentang tanggung jawab dari setiap perkataan yang mereka ucapkan.

Menurut Syekh Ali Jaber, kesadaran ini sangat penting untuk menghindari fitnah, perselisihan, atau konflik yang lebih besar. Sebagai umat Islam, menjaga lisan adalah salah satu cara untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat.

Dengan diam, seseorang bisa menghindari banyak permasalahan yang mungkin muncul akibat salah bicara. Syekh Ali Jaber mengingatkan bahwa jika kita tidak yakin apakah perkataan kita akan membawa manfaat, lebih baik untuk tidak berkata apa-apa.

Pesan Syekh Ali Jaber ini sangat relevan di era modern, di mana informasi dan opini sering kali disebarluaskan tanpa pertimbangan yang matang.

Dalam ceramahnya, dia mengajak umat untuk lebih banyak merenung sebelum berbicara agar tidak menyesal di kemudian hari.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya