Liputan6.com, Jakarta - Komitmen PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) untuk mendukung industri dalam negeri diwujudkan dengan penggunaan produk dalam negeri. Salah satunya pada proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan.
Di proyek terbesar yang dikelola oleh PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), anak perusahaan KPI itu, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) telah mencapai 35%. "Pengunaan produk dalam negeri pada proyek RDMP Balikpapan merupakan bentuk dukungan KPI untuk juga mengembangkan industri dalam negeri," kata Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen, seperti dikutip dari keterangan resmi,
Advertisement
Proyek RDMP Balikpapan merupakan proyek strategis nasional yang paling kompleks serta nilai investasi terbesar yang dikelola Pertamina saat ini. Nilai investasi untuk proyek ini mencapai USD 7,4 miliar. Penggunaan produk dalam negeri dalam proyek ini, menurut Hermansyah, tentunya akan memberikan multiplier efek bagi industri dalam negeri.
"Tujuan proyek RDMP Balikpapan salah satunya adalah meningkatkan kompleksitas kilang. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatan teknologi pengolahan dan pemrosesan dalam kilang. Namun, KPI juga berkomitmen menggunakan produk dalam negeri. Dengan demikian proyek ini juga menimbulkan dampak langsung bagi industri dalam negeri," jelas Hermansyah.
Layaknya proyek-proyek di industri migas lainnya, proyek ini juga melibatkan material dan peralatan berteknologi tinggi. Walaupun demikian, KPI menurut Hermansyah juga tetap memprioritaskan penggunaan produk-produk dalam negeri dalam proyek tersebut.
"Jika produk tersebut telah dapat diproduksi dan memiliki kualitas setara bahkan lebih baik serta harga yang kompetitif, tentunya penggunaan produk dalam negeri akan menjadi opsi yang utama," kata Hermansyah.
Di proyek RDMP Balikpapan, produk-produk dalam negeri yang utama dipergunakan utamanya pada welding carbon steel pipe & fittings, pompa, kabel, trafo dan manual valve.
Pedoman Internal
Untuk memastikan penggunaan produk-produk dalam negeri pada pengadaan barang dan jasa di lingkungan perusahaan, KPI juga menurut Hermansyah telah memiliki pedoman dan tata kelola yang mengatur ketentuan penggunaan produk dalam negeri.
Pedoman internal perusahaan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 29 tahun 2018 perihal Pemberdayaan Industri dan peraturan-peraturan turunannya.
"Tata kelola ini adalah juga menjadi bentuk kepatuhan perusahaan terhadap regulasi Pemerintah," ujar Hermansyah.
KPI merupakan anak perusahaan Pertamina yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai dengan prinsip ESG (Environment, Social & Governance).
KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG.
KPI akan terus menjalankan bisnisnya secara profesional untuk mewujudkan visi nya menjadi Perusahaan Kilang Minyak dan Petrokimia berkelas dunia yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta memiliki tata kelola perusahaan yang baik.
Advertisement
Kilang Pertamina Internasional Rilis Inisiatif Stratejik USD 321 Juta
Sebelumnya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menutup semester I 2024 dengan meluncurkan 34 inisiatif stratejikz dengan target nilai tambah setara USD 321 juta.
Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman optimistis, Kilang Pertamina Internasional mampu mengawal inisiatif stratejik. Dengan beberapa fokus utama yakni optimasi intake dan produk yang fokus pada peningkatan efisiensi dalam pengelolaan intake dan optimasi dalam penjualan produk.
"Inisiatif lainnya optimasi operasi kilang, yakni meningkatkan efektivitas operasional kilang untuk mengoptimalkan hasil produksi, optimasi aspek keuangan dengan menjaga kestabilan keuangan dan memastikan pengelolaan keuangan yang efisien, serta berbagai upaya strategis lainnya yang dirancang untuk meningkatkan kinerja finansial secara menyeluruh," paparnya dalam keterangan resmi, Rabu (21/8/2024).
Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen menambahkan, sejalan dengan tantangan trilemma energi yang dihadapi, pihaknya terus berupaya mempertahankan kinerja operasional yang optimal di semester I 2024.
"Di tengah-tengah dinamika yang ada, di semester I ini kami mencatat kenaikan Yield Valuable Product sebesar 0,5 persen, dengan realisasi sebesar 81,8 persen dari target volume 81,3 persen," terangnya.
Sinergi Antar Unit
"Ke depannya sinergi antara unit operasi kilang maupun afiliasi di bawah supervisi KPI mutlak dijalankan untuk terus mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja perusahaan," ujar Hermansyah.
Adapun trilemma energi merupakan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan energi, yang mencakup tiga isu utama: Ketahanan Energi (Energy Security), Ekuitas/Keterjangkauan Energi (Energy Equity/Affordability), dan Keberlanjutan (Sustainability).
Ketahanan energi berarti kemampuan untuk memenuhi permintaan energi saat ini dan masa depan. Equity/Affordability berarti akses terhadap energi dan energi yang terjangkau. Keberlanjutan berarti rencana transisi energi yang ramah lingkungan guna mitigasi perubahan iklim.
"Kami menyadari bahwa menjalankan bisnis secara sustainable merupakan salah satu aspirasi stakeholder terhadap KPI yang telah lama diintegrasikan dalam Pilar Sustainability Perusahaan kami. Salah satu proyek terbesar yang dikelola KPI Green Refinery saat ini tengah memasuki fase ke-2 dan akan meningkatkan kapasitas pengolahan saat ini 3 KBPD menjadi 6 KBPD serta kemampuan untuk meningkatkan komponen nabati pada SAF dari 2,4 persen menjadi 100 persen," tutur Hermansyah.
Advertisement