Liputan6.com, Jakarta Kehilangan sahabat atau bestie di tempat kerja dapat pengaruhi psikis pekerja yang ditinggalkan.
Hal ini disampaikan psikolog Pramudika R Hapsari, sahabat atau bestie di tempat kerja bisa saja resign, dimutasi, atau pindah kerja.
Advertisement
“Tadinya makan siang bareng, ada apa-apa di kantor curhatnya sama dia, sebetulnya yang jadi kekhawatiran adalah ‘nanti saya curhat sama siapa’ jadi apa bisa berdampak? Bisa, terutama jika kita punya ikatan yang kuat dengan bestie tersebut,” kata psikolog yang akrab disapa Vivi dalam temu media bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Rabu (2/10/2024).
Lantas, bagaimana cara agar kembali semangat bekerja meski tak ada bestie?
“Kita perlu menata hati menata diri kita supaya bisa tetap profesional melakukan tugas-tugas itu, di awal kita bisa identifikasi, kita mengenali apa sih rasa yang muncul ketika bestie ini pergi? Biasanya emosi yang muncul ini sedih, ya diterima saja ‘oke sekarang tidak bersama bestie ini, enggak apa-apa’ kita beri waktu diri kita untuk memroses rasa kehilangan itu,” jelas Vivi.
Setelah itu, lanjutnya, baru kita pelan-pelan mengubah kebiasaan kerja sehari-hari. Bisa dengan mencari teman lain supaya relasi sosial di tempat kerja tetap terjaga.
“Dan dengan bestie ini, walaupun dia udah resign atau udah pindah kan bukan yang kayak kita enggak akan bisa ketemu lagi, tetap bisa sesekali bertemu,” tambahnya.
Kehilangan Teman Ghibah atau Tim Kerja?
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis okupasi Palupi Agustina mengatakan, perlu didefinisikan terlebih dahulu kehilangan seperti apa yang terjadi.
“Hilangnya itu apakah hilang teman ber-ghibah, maksudnya kebersamaan sehari-hari, atau terkait dengan kolaborasi saat bekerja. Artinya ketika kerja sama dia tuh chemistry-nya udah oke,” kata perempuan yang akrab disapa Lulu.
Jika kehilangannya merujuk pada poin pertama, maka komunikasi masih bisa dilakukan di luar kantor baik secara langsung maupun dalam jaringan (daring).
“Tapi kalau pada poin kehilangan tim kerja yang akhirnya memengaruhi hasil kerja, mungkin bisa diusulkan ke superior (atasan) kita ‘saya butuh orang yang seperti beliau’ misal orang itu jago gambar, maka kualifikasi yang sama dapat disampaikan.”
Advertisement
Skrining Kesehatan Jiwa Gratis
Pertemuan ini juga dihadiri oleh Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Imran Pambudi.
Dia menyampaikan, kesehatan mental termasuk bagi para pekerja adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Maka dari itu, program skrining kesehatan mental sudah sepatutnya masuk dalam program pemerintah seperti yang direncanakan presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Ada skrining tiap tahun, setiap tahun itu kita buat sesuai dengan umurnya. Jadi kalau anak-anak, dia harus skrining apa, kalau dewasa seperti apa. Nah, salah satu skrining yang dilakukan itu terkait skrining kesehatan jiwa,” ujar Imran dalam temu media di Jakarta, Rabu (2/10/2024).
Kemenkes Susun Apa Saja yang Tercakup dalam Program Skrining Kesehatan Gratis
Imran menambahkan, Prabowo sendiri baru mengatakan akan diadakan skrining kesehatan. Sementara, Kemenkes mulai menyusun apa saja yang tercakup dalam skrining kesehatan itu.
“Beliau (Prabowo) menyampaikan dilakukan skrining kesehatan, tapi kita (Kemenkes) sekarang mulai menyusun, yang dimaksud dengan skrining kesehatan itu apa saja. Mulai skrining fisik, kalau anak-anak skrining tumbuh kembang, dewasa skrining penyakit tidak menular (PTM), juga ada skrining jiwa,” jelas Imran.
Dia menambahkan, jenis gangguan jiwa yang paling banyak dialami di tengah masyarakat adalah anxiety (gangguan kecemasan), depresi, dan skizofrenia.
“Dan ini (masalah kesehatan jiwa) memang bervariasi tiap-tiap daerah, justru yang saya ingat tahun 2023 gangguan paling banyak di provinsi Yogyakarta,” ujar Imran.
Advertisement