Liputan6.com, Jakarta - Lapar adalah kondisi saat tubuh membutuhkan asupan makanan. Lapar juga bisa dialami oleh orang yang sedang melakukan diet ataupun berpuasa.
Bahkan saat bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk menahan lapar selama lebih dari 10 jam setiap harinya selama satu bulan penuh. Namun, bagi sebagian orang menahan lapar mungkin terasa sangat sulit apalagi jika tidak terbiasa.
Dampak yang bisa dirasakan adalah tubuh lemas, sulit berkonsentrasi dan banyak lainnya. Hal tersebut sangatlah wajar, karena setiap aktivitas yang dilakukan berasal dari makanan yang dikonsumsi.
Baca Juga
Advertisement
Namun, bagi sebagian lainnya yang tidak terlalu sering makan atau pun terbiasa berpuasa, menahan lapar sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan, tidak lagi menjadi penghalang dalam melakukan berbagai aktivitas.
Mengutip dari islami.co, terdapat 5 manfaat lapar bagi seseorang menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin.
Saksikan Video Pilihan ini:
1. Membersihkan Hati dan Meningkatkan Kecerdasan
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa ketika seseorang merasa kenyang, justru hal tersebut dapat membutakan hati dan mengepulkan asap-asap di otak seseorang seperti halnya mabuk. Hal ini dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih lambat dalam memahami sesuatu.
2. Membuat Hati menjadi Lembut dan Bersih
Manfaat dari merasa lapar adalah dapat membuat hati menjadi lebih bersih dan lembut sehingga seseorang akan lebih mudah untuk merasakan nikmatnya tekun dalam berzikir serta beribadah.
Imam Al-Ghazali menyebutkan kondisi ini adalah sebuah keistimewaan. Karena, banyak ditemui orang-orang yang berzikir dan menyebut nama Allah secara lisan, namun hatinya keras.
3. Menyingkirkan Kesombongan
Tidak hanya dapat meningkatkan nikmat dalam beribadah, lapar juga dapat menjauhkan seseorang dari kesombongan, perasaan bahagia berlebihan serta kekufuran yang menjadi awal dari perbuatan zalim serta lalai dari melaksanakan ketetapan-ketetapan Allah.
Bagi Imam Al-Ghazali, tidak ada yang lebih efektif dalam membuat seseorang menaklukkan hal-hal negatif dibandingkan rasa lapar.
Advertisement
4. Membuat Seseorang Tidak Melupakan Cobaan dan Azab Allah
Menurut pandangan Imam Al-Ghazali, lapar dapat membuat seseorang tidak melupakan cobaan yang diberikan oleh Allah. Seringkali seseorang yang kenyang dan perutnya penuh oleh makanan akan lupa terhadap nasib saudaranya yang sedang diuji dengan kelaparan.
Orang yang memiliki empati tinggi serta cerdas dalam bertindak, ketika ia melihat orang lain yang kesusahan, ia akan ingat betapa susahnya nasib seseorang di akhirat seperti hausnya di padang mahsyar atau laparnya penghuni neraka.
5. Mampu Menaklukkan Syahwat Maksiat
Manfaat lainnya dalam menahan lapar menurut Imam Al-Ghazali adalah ia dapat menaklukkan syahwat serta maksiat dan mampu dalam mengontrol nafsunya.
Menurut pandangan Imam Al-Ghazali, akar dari perbuatan maksiat adalah syahwat dan kekuatan untuk memenuhinya, keduanya itu bersumber dari makanan. Sehingga dengan mengurangi makanan, otomatis seseorang sedang melemahkan syahwatnya.
Mengutip dari bincangmuslimah.com, makna merasa lapar yang disebutkan oleh Imam Al-Ghazali merujuk pada tidak makan terlalu kenyang. Rasulullah pun memberikan batasan-batasan menahan makan ini agar tidak terjerumus ke dalam menganiaya diri sendiri.
Jika sampai melampaui batas dalam menahan rasa lapar, ini termasuk ke dalam kategori lalai dan tercela.
Nasihat Imam Al-Ghazali dalam Menahan Lapar
Seperti halnya nasihat dari Imam Al-Ghazali yang dikutip dari Abu Sulaiman,
“Apabila timbul selera makanmu, padahal engkau sedang berusaha untuk meninggalkannya, maka ambillah sedikit saja dari makanan yang ada. Jangan terlalu perturutkan keinginan nafsumu supaya engkau tidak dikendalikan olehnya. Engkau akan berhasil menekan selera makanmu jika engkau tidak memperturutkan keinginannya. Dengan demikian, engkau telah melawan dan berhasil menentangnya.”
Hal ini juga disampaikan oleh Ja’far as-Shidiq bin Muhammad yang berkata,
“Ketika timbul selera makanku, maka aku perhatikan benar-benar apa yang menjadi keinginan nafsuku itu. Jika kesukaan nafsuku itu terasa sangat menggebu, maka aku pun makan sekedarnya, di mana hal itu lebih baik daripada mencegah atau menolaknya sama sekali. Akan tetapi, jika kesukaannya tidak seberapa, maka aku akan menghukumnya dengan menolak dan tidak memberikan keinginannya. Inilah cara terbaik dalam mendidik nafsu atau selera makan.”
Advertisement