Manfaat Membiarkan Anak Menangis dan Mengekspresikan Emosinya Bagi Kesehatan

Menangis bisa bermanfaat bagi kesehatan mental dan emosional anak-anak.

oleh Miranti diperbarui 07 Okt 2024, 13:15 WIB
Ilustrasi Anak Menangis Tantrum Marah / Freepik by fwstudio

Liputan6.com, Jakarta Menangis merupakan bagian penting dalam perkembangan anak. Seringkali, orang tua cenderung meminta anak yang menangis untuk segera tenang, padahal sebaiknya Anda memberikan mereka ruang aman untuk mengekspresikan perasaan dengan penuh penerimaan. Ketika anak-anak mulai tumbuh besar, banyak anggapan yang menyatakan bahwa mereka tidak seharusnya menangis karena sudah beranjak dewasa. 

Pemikiran tersebut seolah menunjukkan bahwa saat seseorang mencapai usia tertentu, mereka diharapkan tahu cara mengontrol air mata dan menganggap menangis hanya untuk bayi. Kenyataannya, menangis memiliki banyak manfaat bagi kesehatan emosional dan mental seseorang.

Berdasarkan informasi dari Edutopia, ada beberapa alasan mengapa penting membiarkan anak menangis untuk mendukung perkembangan kecerdasan emosional mereka. Simak penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari Edutopia pada Senin (7/10/2024):


1. Tidak apa-apa untuk menangis

Menangis bisa meredakan stres dan membantu anak mengekspresikan emosinya. (Foto: Pexels/Pavel Danilyuk)

Air mata memiliki berbagai dasar biologis dan psikologis yang telah diidentifikasi melalui banyak penelitian.

  • Air mata bisa mencerminkan gaya keterikatan seseorang. Individu yang merasa nyaman dalam mengekspresikan emosinya cenderung menangis dengan cara yang sehat dan normal, sementara mereka yang merasa tidak aman dalam mengungkapkan emosi mungkin menangis dengan cara yang kurang tepat.
  • Air mata berfungsi sebagai alat komunikasi yang penting. Ini karena keluarnya air mata dapat menandakan bahwa seseorang memerlukan dukungan dari orang lain.
  • Menangis adalah proses eksokrin dan dianggap mampu meredakan stres dengan cara mengeluarkan bahan kimia berbahaya yang berpotensi menyebabkan stres dari dalam tubuh.

Air mata sering menjadi cara utama bagi seseorang—pada tahap perkembangan tertentu—untuk mengekspresikan emosi seperti kesedihan, kemarahan, hingga kebahagiaan. Air mata adalah respons alami dan otentik ketika seseorang merasakan emosi.


2. Bagaimana cara mengatasi anak yang menangis?

Sediakan lingkungan yang aman untuk anak agar ia dapat mengekspresikan perasaan dan mengungkapkan apa yang dirasakannya. (Foto: Pexels/Ketut Subiyanto)

Memberikan kesempatan kepada anak untuk menangis tanpa memaksanya untuk berhenti adalah cara mendukung mereka dalam mengekspresikan perasaan yang dialami. Ini juga merupakan bentuk kasih sayang antar manusia, mengingat kita adalah makhluk emosional dan setiap orang berhak memiliki ruang aman untuk menyelesaikan persoalan emosionalnya.

Sediakan Ruang

Anak-anak memerlukan waktu dan tempat untuk merasakan dan menjalani proses emosional mereka. Berikanlah kesempatan kepada mereka untuk memahami perasaan yang sedang dialami tanpa harus menyelesaikannya dengan tergesa-gesa.

Lebih Terbuka dan Menerima

Meminta anak untuk tidak menangis bertentangan dengan cara alami mereka dalam mengelola emosi. Daripada memaksanya berhenti atau menahan tangis, cobalah untuk lebih terbuka, sabar, dan menerima emosi yang mereka alami.

Berikan Perhatian

Anak yang menangis sering kali ingin berbagi alasan di balik tangisnya. Namun, ada kalanya mereka belum mampu atau enggan mengungkapkan perasaannya. Dengarkan cerita mereka dengan penuh perhatian dan berikan kasih sayang.

Ciptakan Lingkungan yang Aman

Sesuaikan dengan usia anak, Anda dapat membangun lingkungan yang aman untuk mengekspresikan diri, tentunya tanpa merugikan orang lain. Sampaikan kepada anak bahwa menangis itu wajar dan tidak ada yang salah dengan merespons sesuatu dengan tangis.

Namun, jelaskan juga bahwa menangis secara berlebihan tidak diperlukan. Bangunlah komunikasi yang baik agar semua orang dapat mengelola dan menunjukkan emosinya dengan baik. Dengan demikian, anak-anak akan belajar bagaimana saling bertoleransi dan berempati satu sama lain.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya