WHO: Serangan Israel ke Lebanon Sebabkan Puluhan Tenaga Kesehatan Meninggal Dunia

Lalu, ada 65 nakes dilaporkan terluka, 14 transportasi rumah sakit terdampak, dan 11 serangan pada pusat kesehatan akibat serangan Israel ke Lebanon.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Okt 2024, 10:00 WIB
Puluhan tenaga kesehatan tewas dalam serangan Israel ke Lebanon. (JOSEPH EID/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Serangan Israel ke Lebanon menyasar berbagai titik termasuk fasilitas kesehatan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 17-28 September 2024 setidaknya ada 38 tenaga kesehatan (nakes) yang terbunuh sejak 8 Oktober 2023.

Sementara, 65 nakes dilaporkan terluka, 14 transportasi rumah sakit terdampak, dan 11 serangan pada pusat kesehatan.

Sementara, Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan 41 tenaga kesehatan tewas, 111 tenaga kesehatan luka-luka, 26 transportasi terdampak dan 11 fasilitas kesehatan terdampak selama periode pelaporan.

“Ini termasuk layanan kesehatan yang terkena dampak saat di luar jam kerja,” mengutip Lebanon Health Emergency Response Situation update #1 yang diluncurkan WHO per 28 September 2024.

Laporan juga menjelaskan bahwa sistem kesehatan Lebanon terus terkena dampak dan kewalahan akibat meningkatnya serangan baru. Rumah sakit mencapai target kapasitas mereka untuk mengelola insiden korban massal.

Ada 11 petugas kesehatan tewas dan 10 luka-luka selama periode pelaporan ini. Sementara, 37 puskesmas ditutup, dan 3 rumah sakit yang merawat sebagian besar jumlah pasien di daerah yang terkena dampak dievakuasi.

Banyak petugas kesehatan yang dirumahkan, khususnya di daerah Selatan, Bekaa, dan Beirut Selatan.

Sementara, Kementerian Kesehatan setempat sedang mengembangkan strategi untuk merekrut tambahan petugas kesehatan untuk mengisi kesenjangan di rumah sakit prioritas.


Persiapkan Tim Medis Darurat

Di sisi lain, Tim Medis Darurat (EMT) sedang dipertimbangkan untuk memperluas kapasitas pelayanan trauma dan bedah di rumah sakit.

Kementerian Kesehatan telah meningkatkan satelit layanan kesehatan primer dari 20 menjadi 50 unit dengan rencana untuk diperluas kembali menjadi 80.

Selama beberapa hari terakhir, Lebanon telah menyaksikan lonjakan besar-besaran perpindahan permanen warga sipil dari daerah yang diserang ke daerah stabil lainnya di Gunung Lebanon, Bekaa, bagian utara, dan Beirut.


Peningkatan Angka Pengungsi

Diperkirakan terdapat 118.466 pengungsi baru selama 23 hingga 27 September. Sebanyak 43.600 pengungsi diperkirakan tinggal di tempat penampungan, dan 60.530 pengungsi tinggal di rumah dengan komunitas tuan rumah.

Sekitar 40.000 orang telah pindah ke perbatasan Suriah pada 27 September. 80 persen di antara individunya adalah warga Suriah, sedangkan 20 persen sisanya adalah warga Lebanon.

Pengungsian dan kondisi kehidupan yang buruk di tempat penampungan kemungkinan besar akan meningkatkan risiko penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan melalui udara dan dapat dicegah dengan vaksin.

Saat ini, Kementerian Kesehatan sedang melakukan vaksin influenza seraya dengan kampanye nasional menjelang musim influenza.


Tantangan yang Dihadapi Layanan Kesehatan Lebanon

WHO juga menemukan beberapa tantangan yang dihadapi Lebanon terkait layanan kesehatan, yakni:

  • Penutupan fasilitas kesehatan dan kekurangan tenaga kesehatan.
  • Terus meningkatnya jumlah pengungsi dengan kondisi tempat berlindung yang buruk.
  • Terbatasnya kapasitas korban massal di rumah sakit rujukan di beberapa wilayah.
  • Rujukan pasien dibatasi karena masalah keamanan.
  • Kesulitan mempertahankan petugas kesehatan di rumah sakit garis depan, dan tenaga kesehatan pun mengalami kelelahan.
  • Kekurangan dana untuk mitra sektor kesehatan.
Infografis Israel Mulai Serbu Lebanon Lewat Darat. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya