Penanganan Ablasio Retina Sangat Mahal, Adakah Solusi yang Lebih Ekonomis?

Data dari Poliklinik Vitreoretina RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan, setiap tahun tercatat sekitar 1.500 kasus ablasio retina regmatogen di Indonesia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 08 Okt 2024, 08:00 WIB
Penanganan Ablasio Retina Sangat Mahal, Apa Ada Solusi yang Lebih Ekonomis? Foto: Ade Nasihudin (9/9/2020).

Liputan6.com, Jakarta - Ablasio retina adalah sebuah kondisi medis yang menyebabkan disabilitas netra mendadak dan permanen apabila tidak segera ditangani. Prevalensinya di dunia mencapai 6,3 hingga 18,2 kasus per 100.000 penduduk per tahun.

Data dari Poliklinik Vitreoretina RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan, setiap tahun tercatat sekitar 1.500 kasus ablasio retina regmatogen di Indonesia. Mayoritas pasien berusia produktif dan memiliki risiko kebutaan permanen.

“Ablasio retina adalah salah satu kondisi medis paling berbahaya bagi penglihatan. Ketika retina terlepas dari lapisan di bawahnya, pasien bisa mengalami kebutaan mendadak,” ujar dokter spesialis mata Andi Arus Victor, mengutip laman UI, Jumat (4/10/2024).

Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) itu juga menjelaskan soal faktor risiko ablasio retina yang mencakup:

  • Miopia;
  • trauma pada mata; dan
  • riwayat operasi katarak.

Meskipun prosedur operasi seperti vitrektomi, pneumatic retinopexy, dan scleral buckle bisa mengatasi kondisi ini, tapi teknologi operatif yang diperlukan sangat mahal dan tidak merata distribusinya di Indonesia. Keterbatasan alat fotokoagulasi laser, misalnya, hanya tersedia di 25 provinsi. Namun, ada solusi yang lebih efisien dan preventif.

“Upaya laser pada area degenerasi lattice di retina perifer terbukti mampu menurunkan risiko ablasio retina hingga 80 persen. Ini adalah pilihan yang lebih ekonomis dan lebih mudah dilatih bagi tenaga medis dibandingkan dengan tatalaksana operatif,” jelas Andi dalam pidato pengukuhannya pada Sabtu, 28 September 2024 di Jakarta.


Perlu Perkuat Edukasi Gejala Awal

Andi menegaskan, peran pemerintah dan tenaga medis sangat penting dalam memperkuat edukasi mengenai gejala awal, serta meningkatkan akses terhadap pemeriksaan mata rutin.

“Investasi dalam kesehatan mata, terutama dalam penyediaan fasilitas laser preventif dan pelatihan tenaga medis, harus ditingkatkan. Dengan upaya terpadu, kita bisa mengurangi kasus ablasio retina dan meningkatkan kualitas penglihatan masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Melansir Klikdokter, ablasio atau ablasi retina tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, tanda dan gejalanya hampir selalu muncul sebelum penyakitnya terjadi atau memasuki tingkat lanjut.

Tanda-tanda ablasio retina, di antaranya:

  • Muncul bintik-bintik hitam yang mengapung di lapangan penglihatan.
  • Muncul kilatan cahaya pada satu atau kedua mata.
  • Penglihatan kabur.
  • Ada semacam tirai yang menutupi sebagian pandangan mata.
  • Kondisi terparah yang dapat dialami oleh pasien ablasio retina adalah hilangnya kemampuan penglihatan atau kebutaan.

Apa Penyebab Ablasio Retina?

Penyebab utama dari ablasio retina adalah:

  • Vitreus yang mengerut, ini adalah cairan kental bening yang mengisi bagian dalam mata.
  • Diabetes.
  • Luka atau peradangan.
  • Risiko ablasio retina semakin meningkat jika:
  • Berusia lebih dari 50 tahun.
  • Pernah mengalami ablasio retina sebelumnya.
  • Memiliki anggota keluarga pengidap ablasio retina
  • Mengalami rabun jauh (miopia).
  • Pernah mengalami cedera mata.
  • Pernah mengidap penyakit mata lainnya atau peradangan.

Cegah Ablasio Retina dengan Lasik

Melansir National Eye Center, pencegahan ablasio retina juga dapat diupayakan dengan lasik.

Salah satu faktor yang berkontribusi mengakibatkan kelainan bagian mata ini adalah miopia dengan minus tinggi, yakni di atas -4.00 D. Minus tinggi ini bisa dikoreksi secara permanen dengan lasik.

Lasik adalah singkatan dari Laser Assisted In-Situ Keratomielusis. Sebenarnya, Lasik adalah salah satu metode dari Laser Vision Correction (LVC), yakni prosedur operasi laser untuk mengoreksi kelainan refraksi sehingga terbebas dari kacamata dan lensa kontak. LVC sendiri ada tiga metode yakni PRK, Femto Lasik, dan Relex Smile. Namun masyarakat umum sering menyebut ketiganya dengan istilah yang sama yaitu Lasik.

Ketika mata minus tinggi telah terkoreksi secara permanen, maka risiko ablasio di retina menjadi berkurang, atau dengan kata lain bisa dicegah, yakni dengan mengobati mata minus yang terlampau tinggi.

Infografis 5 Cara Jaga Kesehatan Mata Era Daring Selama Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya