Sri Mulyani Sebut Deflasi 5 Bulan Beruntun Bukti Keberhasilan Pemerintah, Kok Bisa?

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menilai deflasi yang dialami Indonesia secara 5 bulan berturut-turut merupakan hal yang positif.

oleh Tira Santia diperbarui 04 Okt 2024, 13:44 WIB
Menkeu Sri Mulyani Dampingi Presiden Jokowi Serahkan Daftar DIPA & TKD APBN 2024 Secara Digital/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menilai deflasi yang dialami Indonesia secara 5 bulan berturut-turut merupakan hal yang positif.

"Jadi, kalau deflasi ini lima bulan terutama dikontribusikan oleh penurunan harga pangan, itu menurut saya merupakan suatu perkembangan yang positif," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (4/10/2024).

Menkeu menjelaskan, jika dilihat dari sisi komposisi inflasi. Pemerintah memang berupaya menjaga inflasi tetap rendah karena itu menentukan daya beli. Pasalnya, dilihat ke belakang inflasi itu banyak dipengaruhi oleh volatile food.

“Kenaikan inflasi yang tinggi semenjak tahun lalu itu karena banyak sekali dipengaruhi oleh food atau makanan,” ujarnya.

Jika volatile food tidak ditangani dengan baik, maka akan sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat, terutama kepada masyarakat konsumen kelompok menengah bawah. Pasalnya kelompok ini banyak menggunakan uangnya untuk makanan.

“Jadi kalau harga pangan stabil atau bahkan menurun karena waktu itu memang sempat meningkat, itu adalah hal yang positif,” ujarnya.

Keberhasilan Pemerintah

Sri Mulyani mengatakan, deflasi yang dialami Indonesia selama 5 bulan berturut-turut ini merupakan keberhasilan Pemerintah dalam mengendalikan volatile food.

“Di satu sisi penurunan yang berasal dari volatile food, itu adalah memang hal yang kita harapkan bisa menciptakan level harga makanan di level yang stabil rendah, itu baik untuk konsumen di Indonesia yang terutama menengah bahwa mayoritas belanjanya adalah untuk makanan,” katanya.

Bendahara Negara ini menegaskan, dengan menekan volatile food, ia menilai daya beli masyarakat dapat terjaga, dan itu merupakan hal baik bagi perekonomian.

“Jadi dalam hal ini kita menyikapi sebagai hal yang positif, terutama juga kalau dari sisi fiskal kan kita menggunakan APBN fiskal itu pertama untuk menstabilkan harga belanja kita untuk makanan dalam hal ini bantuan dalam bentuk bantuan bansos dalam bentuk pemberian ayam, telur, beras, waktu itu itu adalah tujuannya untuk menurunkan beban,” pungkasnya. 


Apa Itu Deflasi?

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers: PDB Kuartal III 2023 serta Stimulus Fiskal , Senin (6/11/2023). Tasha/Liputan6.com)

Seiring deflasi terjadi berturut-turut dalam lima bulan, ia juga khawatir daya beli sudah dalam kondisi melemah. Hal ini dinilai perlu perhatian khusus untuk dorong daya beli.

David melihat, daya beli masyarakat sudah melemah seiring faktor global karena permintaan global dan harga komoditas yang stagnan. Seiring hal itu, ia menilai perlu mendorong penyerapan tenaga kerja dan investasi di sektor yang dapat mendorong penyerapan tenaga kerja yakni jasa, manufaktur, pertanian dan perikanan.

David menuturkan, deflasi yang terjadi dapat menganggu harapan harga jangka panjang dan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Ia prediksi, hingga akhir tahun, inflasi di Indonesia di bawah 2 persen.

Seiring deflasi yang terjadi tersebut menarik untuk diketahui, pengertian deflasi, penyebabnya, bahaya, hingga dampak deflasi seperti dikutip dari berbagai sumber, ditulis Kamis (3/10/2024):

Pengertian Deflasi

Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, di mana terjadi penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu perekonomian. Ini berarti daya beli uang meningkat, karena dengan jumlah uang yang sama, konsumen dapat membeli lebih banyak barang dan jasa.

Meskipun sekilas terlihat menguntungkan bagi konsumen, deflasi sebenarnya dapat menimbulkan berbagai masalah ekonomi yang serius.

Deflasi sering diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) atau indeks harga produsen (IHP). Ketika indeks ini menunjukkan penurunan yang konsisten, maka dapat dikatakan bahwa ekonomi sedang mengalami deflasi. Fenomena ini biasanya terjadi ketika ada penurunan permintaan agregat atau peningkatan pasokan barang dan jasa yang tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan.

 


Penyebab Deflasi

Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berikut penyebab deflasi yakni:

1. Penurunan Permintaan Agregat:

Salah satu penyebab utama deflasi adalah penurunan permintaan agregat. Ketika konsumen dan bisnis mengurangi pengeluaran mereka, permintaan terhadap barang dan jasa menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain penurunan pendapatan, peningkatan pengangguran, atau ketidakpastian ekonomi.

2. Peningkatan Produktivitas:

Kemajuan teknologi dan peningkatan efisiensi produksi dapat menyebabkan peningkatan pasokan barang dan jasa. Jika peningkatan ini tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan, harga-harga akan cenderung turun.

3. Kebijakan Moneter yang Ketat:

Kebijakan moneter yang ketat, seperti peningkatan suku bunga, dapat mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan penurunan permintaan dan berkontribusi terhadap deflasi.

4. Penurunan Harga Komoditas:

Penurunan harga komoditas penting, seperti minyak atau logam, dapat menyebabkan penurunan harga barang dan jasa secara umum. Hal ini dapat memicu deflasi, terutama di negara-negara yang bergantung pada ekspor komoditas tersebut.

5. Penguatan Mata Uang:

Mata uang yang kuat dapat membuat barang impor menjadi lebih murah, sehingga menekan harga barang dan jasa di dalam negeri.

 


Bahaya Deflasi

Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

1. Pengangguran:

Deflasi dapat menyebabkan peningkatan pengangguran. Ketika harga-harga turun, perusahaan mungkin mengalami penurunan pendapatan, yang dapat memaksa mereka untuk mengurangi produksi dan memberhentikan karyawan.

2. Beban Utang yang Meningkat:

Dalam kondisi deflasi, nilai riil dari utang meningkat. Ini berarti bahwa peminjam harus membayar kembali utang dengan uang yang lebih berharga, yang dapat meningkatkan beban utang dan menghambat konsumsi serta investasi.

3. Penundaan Konsumsi:

Ketika harga-harga diperkirakan akan terus turun, konsumen cenderung menunda pembelian dengan harapan mendapatkan harga yang lebih murah di masa depan. Hal ini dapat memperburuk penurunan permintaan agregat.

4. Resesi Ekonomi:

Deflasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan resesi ekonomi. Dengan penurunan permintaan, produksi melambat, pengangguran meningkat, dan perekonomian secara keseluruhan mengalami kontraksi.

 


Dampak Deflasi

Pada Juli 2023, inflasi Indonesia mencapai 3,08 persen (year on year/yoy), turun dibandingkan 3,52 persen pada bulan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

1. Dampak terhadap Konsumen:Meskipun harga yang lebih rendah dapat menguntungkan konsumen dalam jangka pendek, dampak negatif jangka panjang, seperti pengangguran dan penurunan pendapatan, dapat mengurangi daya beli mereka.

2. Dampak terhadap Bisnis:

Bisnis mungkin menghadapi penurunan pendapatan dan keuntungan karena harga jual yang lebih rendah. Ini dapat mengakibatkan pengurangan investasi dan inovasi, serta peningkatan PHK.

3. Dampak terhadap Pemerintah:

Pemerintah mungkin mengalami penurunan pendapatan pajak karena aktivitas ekonomi yang melambat. Hal ini dapat membatasi kemampuan pemerintah untuk membiayai program sosial dan infrastruktur.

4. Dampak terhadap Sistem Keuangan:

Deflasi dapat meningkatkan risiko gagal bayar utang, baik di tingkat individu maupun perusahaan. Ini dapat membebani sistem keuangan dan memperburuk krisis ekonomi.

5. Dampak terhadap Investasi:

Deflasi dapat mengurangi insentif untuk berinvestasi, karena ekspektasi keuntungan menurun. Investor mungkin lebih memilih menyimpan uang tunai daripada menginvestasikannya dalam proyek yang berisiko.

 

Kesimpulan

Deflasi adalah fenomena ekonomi yang kompleks dan dapat menimbulkan berbagai tantangan bagi perekonomian. Meskipun harga yang lebih rendah tampak menguntungkan, dampak negatif dari deflasi, seperti peningkatan pengangguran dan beban utang, dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan otoritas moneter untuk memantau dan mengelola risiko deflasi dengan hati-hati guna menjaga stabilitas ekonomi.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya