Liputan6.com, Jakarta Tidak semua orang beruntung hidup dalam lingkugan keluarga yang sehat, ada juga orang-orang yang hidup dalam lingkaran keluarga yang toxic. Tak jarang, kondisi yang tidak baik ini menyebabkan depresi.
Dalam kesempatan bincang-bincang dengan Inara Rusli di YouTube, Marshanda menuturkan soal cara bangkit dari depresi dalam keluarga toxic. Pertama, caranya adalah memulihkan diri sendiri dengan cara mengakui adanya indikasi sakit hati.
Advertisement
“Karena ada orang yang takut mengakui kalau dirinya tuh sudah sakit hati. Ada orang yang takut untuk menerima kenyataan bahwa gue korban abuse, atau mengakui bahwa yang dia alami itu abuse,” ujar Marshanda dalam konten video yang dikutip pada Jumat (4/10/2024).
“Karena untuk bisa survive dia harus bisa hidup dengan abuse yang berlangsung terus menerus, jadi dia menganggapnya normal, bukan abuse, ini normalnya hidup gue kayak gini, hidup ya kayak gini, padahal dia mengalami pelecehan atau apa. Itu supaya dia tetap hidup,” sambungnya.
Tak Bisa Bertahan
Tahap itu rasanya memang tidak mudah. Sebab, banyak orang tidak bisa bertahan saat mengakui bahwa dirinya telah menjadi korban. “Bisa mati gitu, kayak dia merasa kayak zombie, atau lebih parahnya suicidal,” paparnya.
Cara berikutnya adalah introspeksi. Penting untuk mengenali diri sendiri lebih dekat. Karena boleh jadi, tanpa sadar diri sendiri juga sudah melakukan hal toxic pada lingkungan sekitar.
Advertisement
Mengoreksi Diri Sendiri
“Gue toxic juga nggak ya? bisa loh kita ada di lingkungan toxic tapi kita juga toxic ke mereka. Bisa terpengaruh lingkungan atau bagi mereka justru kita yang toxic, nah,” ungkap ibu satu anak tersebut.
Mengakui kesalahan juga menjadi poin penting,“Kita punya nggak ruang untuk introspeksi bahwa, ‘Oke yang bagian itu memang gue salah, gue coba benerin deh’, rendah hati juga bahwa mungkin kita juga punya andil dalam kedisfungsionalan ini."
Bukan Kesalahan Satu Pihak Saja
Terakhir, Marshanda menekankan bahwa sebuah kegagalan dalam hubungan apa pun itu, tidak murni disebabkan oleh kesalahan salah satu pihak. Pasti ada andil dari keduanya.
“Dalam hubungan yang ada kegagalan, itu dua belah pihak, entah keluarga, anak, bapak dan ibu, suami dan istri, itu yang punya andil kesalahan dalam hubungan yang gagal itu tuh kedua pihak, andilnya sama besar,” ia mengakhiri.
Advertisement