Alami Krisis Demografi, China Naikkan Batas Usia Pensiun

Kini, China punya rencana untuk menaikkan batas usia pensiun. Hal ini terjadi di tengah fenomena menyusutnya jumlah tenaga kerja dan kekurangan anggaran pensiun.

Oleh DW.com diperbarui 05 Okt 2024, 11:05 WIB
Warga mengunjungi pasar malam di Jalan Baocheng di Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, pada 1 Juni 2020. Kehidupan perkotaan di Wuhan, wilayah yang sempat terdampak parah oleh COVID-19, telah berangsur kembali normal. (Xinhua/Xiong Qi)

Liputan6.com, Beijing - Untuk pertama kalinya sejak tahun 1950-an, China berencana menaikkan batas usia pensiun di tengah fenomena menyusutnya jumlah tenaga kerja dan kekurangan anggaran pensiun.

Usia pensiun untuk pria akan dinaikkan dari 60 menjadi 63 tahun. Sedangkan wanita yang bekerja di pekerjaan kerah biru atau yang melakukan pekerjaan kasar akan mengalami peningkatan dari 50 menjadi 55, dan mereka yang bekerja di pekerjaan kerah putih atau pekerja kantoran dari 55 menjadi 58, dikutip dari laman DW Indonesia, Sabtu (5/10/2024).

Pihak berwenang mengatakan bahwa perubahan ini akan dilakukan secara bertahap setiap beberapa bulan selama 15 tahun ke depan, dimulai pada awal 2025. Pensiun dini tidak akan diizinkan, meskipun individu dapat memilih untuk menunda pensiun mereka hingga tiga tahun, menurut kantor berita pemerintah Xinhua.

Aturan yang Terlambat?

Usia pensiun di China saat ini adalah salah satu yang terendah di dunia, dan bahkan dengan kebijakan yang mulai berlaku tahun depan, usia tersebut masih di bawah ambang batas pensiun dibandingkan sebagian besar negara maju, termasuk Jerman.

Yi Fuxian, seorang ahli demografi China dan ilmuwan senior di University of Wisconsin-Madison, mengatakan kepada DW bahwa di tahun-tahun mendatang, China mungkin akan menghadapi tantangan besar dalam hal proporsi masyarakat yang menua dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya.

"China telah mempertahankan batas usia pensiun dan tidak berubah sampai sekarang, dan penundaan baru-baru ini masih belum cukup," kata Yi, menekankan bahwa jika kebijakan ini telah diterapkan 20 tahun sebelumnya, "masalah saat ini mungkin dapat dihindari."

Tahun lalu, angka kelahiran di China mencapai rekor terendah yaitu 6,39 kelahiran per 1.000 orang. Total populasi juga turun lebih dari 2 juta, dan terjadi selama dua tahun berturut-turut.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah China telah menerapkan kebijakan untuk mendorong pernikahan dan kelahiran anak. Namun, banyak wanita muda masih belum yakin untuk memiliki anak, terutama karena kondisi pertumbuhan ekonomi China yang melambat.

Eli Friedman, seorang pakar politik tenaga kerja China di Cornell University, Amerika Serikat, menjelaskan kepada DW bahwa menaikkan usia pensiun tidak akan banyak membantu kontraksi tenaga kerja. "Jika ada, hal itu mungkin akan mendorong ke arah lain," katanya.

Friedman menjelaskan, kakek dan nenek biasanya memainkan peran penting dalam berbagi pekerjaan untuk merawat banyak anak di masyarakat China. Jika generasi yang lebih tua ini diharuskan untuk menunda masa pensiun mereka, maka akan lebih sedikit yang akan tersedia untuk membantu tanggung jawab pengasuhan anak.

 


Sistem Jaminan Sosial China yang Kekurangan Dana

Seorang pemudik duduk di atas kopernya di luar pintu masuk Stasiun Kereta Api Beijing di Beijing, China, Sabtu (14/1/2023). Jutaan warga China diperkirakan akan melakukan perjalanan selama periode liburan Tahun Baru Imlek tahun ini. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Selain itu, kebijakan baru China akan mengharuskan karyawan untuk berkontribusi lebih banyak pada sistem jaminan sosial untuk menerima uang pensiun mulai 2030. Pada 2039, masyarakat di sana harus bekerja setidaknya selama 20 tahun untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan uang pensiun mereka.

Perubahan ini terjadi karena dana pensiun Beijing diyakini akan segera habis. Pada 2019, lembaga penelitian negara, Chinese Academy of Social Sciences, telah memperingatkan tentang potensi menipisnya dana pensiun pada tahun 2035 - perkiraan yang dibuat sebelum adanya dampak ekonomi dari pandemi COVID-19.

"Pemerintah tidak memiliki banyak pilihan karena kekurangan yang signifikan dalam sistem jaminan sosial," kata Yi. Namun, ketidakmampuan untuk mendukung populasi yang menua "secara serius merusak kredibilitas pemerintah."

Meskipun menaikkan usia pensiun dapat membantu meringankan beban pensiun dalam waktu dekat, "sulit untuk mengatakan berapa lama hal itu bisa bertahan," kata Yi.

"Ini seperti menunda bom waktu," tambahnya.

 

 


Diperlukan Perubahan Struktural

Warga yang memakai masker melintasi persimpangan di Beijing, China, Jumat (2/12/2022). Lebih banyak kota melonggarkan pembatasan, memungkinkan pusat perbelanjaan, supermarket, dan bisnis lainnya dibuka kembali menyusul protes akhir pekan lalu di Shanghai dan daerah lain di mana beberapa orang menyerukan Presiden Xi Jinping untuk mengundurkan diri. (AP Photo/Ng Han Guan)

Untuk mengatasi kekurangan anggaran pensiun, Friedman mengatakan bahwa perubahan struktural dalam sistem kesejahteraan jauh lebih diperlukan daripada sekadar penyesuaian batas usia pensiun.

Sistem pensiun di China saat ini sangat terdesentralisasi, dengan masing-masing daerah memiliki variasinya sendiri-sebuah situasi yang diperingatkan oleh para ahli kemungkinan besar akan memperlebar jurang ketimpangan di tingkat regional.

Bagi pemerintah daerah yang menghadapi penurunan pendapatan pajak, "akan semakin sulit bagi mereka untuk memenuhi kewajiban finansial mereka," tambah Friedman.

Ia menyarankan agar pemerintah China membentuk "sistem pensiun nasional", yang umum dilakukan di banyak negara, untuk menanamkan kepercayaan yang lebih besar pada sistem pensiun publik.

Dengan kepercayaan diri seperti itu, orang akan merasa lebih aman untuk membelanjakan uang mereka di masa sekarang, karena masalah utamanya bukan hanya usia pensiun, tetapi apakah orang akan memiliki dana pensiun yang cukup untuk "mempertahankan masa pensiun yang bermartabat."

 


Pengangguran Kaum Muda Masih Tinggi

Sejumlah warga mengibarkan bendera AS dan China di sekitar lokasi KTT APEC, Selasa (14/11/2023). (AP/Evan Vucci)

Dampak lain dari peningkatan usia pensiun secara bertahap di China akan sangat dirasakan oleh mereka yang baru memasuki dunia kerja.

Penundaan masa pensiun berarti lebih sedikit orang yang akan meninggalkan pasar tenaga kerja, "yang berarti lebih sedikit lapangan pekerjaan yang terbuka bagi kaum muda," kata Friedman.

Hal ini terjadi pada saat tingkat pengangguran di China untuk rentang usia 16 hingga 24 tahun terus meningkat, bahkan setelah pemerintah menyesuaikan metode penghitungannya untuk mengecualikan mereka yang masih bersekolah.

Pada September 2024, Biro Statistik Nasional China menunjukkan pengangguran kaum muda mencapai 18,8% - tingkat tertinggi sejak sistem pencatatan baru dimulai pada bulan Desember.

"Ini menyoroti dilema yang dihadapi oleh pemerintah China," kata Yi, mencatat bahwa Beijing menghindari perubahan drastis karena kekhawatiran atas potensi kerusuhan sosial.

Setiap "perubahan signifikan yang tiba-tiba" pada usia pensiun, jelasnya, akan menimbulkan keresahan.

Infografis Pertemuan Menhan Prabowo dengan Presiden China Xi Jinping. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya