5 Oktober 1991: Pesawat Hercules TNI Jatuh di Condet Tewaskan 135 Orang, Hanya 1 Penumpang Selamat

Pesawat angkut Hercules milik TNI Angkatan Udara (AU) Indonesia jatuh di kawaan Condet, Jakarta Timur hari ini 33 tahun yang lalu.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 05 Okt 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi pesawat Hercules. (Ilustrasi Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah mencatat sebuah petaka menimpa pesawat angkut Hercules milik TNI Angkatan Udara (AU) Indonesia yang membawa 132 tentara dan personel militer lainnya. Pesawat jatuh beberapa menit setelah lepas landas pada hari Sabtu 5 Oktober 1991.

Pesawat Hercules C-130 milik Skadron 31 tersebut membawa 120 personel militer dan 12 awak ketika jatuh sekitar tiga menit setelah lepas landas di Bandara Militer Halim, Jakarta, sekitar pukul TNIwaktu setempat, kata pihak berwenang kala itu.

Laporan awal tentang jatuhnya pesawat tersebut, yang dibuat oleh perusahaan AS Lockheed, tidak jelas dan para pejabat enggan memberikan informasi terperinci.

"Yang saya dengar dari tim kami di tempat kejadian adalah bahwa hampir 90 persen tentara di dalamnya tewas," kata seorang pejabat, yang menolak disebutkan namanya, kepada United Press International (UPI).

Sumber lain mengatakan bahwa semua tentara dan awak tewas dalam kecelakaan tersebut, yang terjadi di Condet, Jakarta Timur.

"Semua penumpang di dalam pesawat tewas," kantor berita resmi Antara mengutip pernyataan seorang pejabat.

Pejabat itu menolak memberikan keterangan lebih lanjut.

Penyebab kecelakaan pesawat diselidiki. Para pejabat mengatakan hampir dapat dipastikan tidak ada pejabat tinggi militer di dalam pesawat itu.

Pejabat bandara mengatakan cuaca cerah saat kecelakaan terjadi, karena Jakarta dan banyak wilayah lain di negara itu sedang mengalami kekeringan parah.

Pesawat Hercules itu sejatinya hendak membawa tentara ke markas mereka di Bandung, Jawa Barat, sekitar 125 mil di tenggara Jakarta, setelah mereka menghadiri peringatan HUT ke-46 angkatan bersenjata negara itu pada hari sebelumnya.

Saksi mata mengatakan salah satu baling-baling pesawat tidak berfungsi setelah lepas landas, sementara api terlihat keluar dari baling-baling lainnya.

Para pejabat mengutip saksi mata yang mengatakan pesawat itu jatuh dan api berkobar. Puing-puingnya membakar sebuah gedung milik balai tenaga kerja.


1 Orang Selamat

Satu-satunya penumpang yang selamat dalam tragedi jatuhnya Pesawat Hercules adalah Pembantu Letnan Satu atau Peltu Bambang Subandi.

Sebanyak 132 anggota Pasukan Khas atau Paskhas TNI Angkatan Udara meninggal dunia dalam musibah kecelakaan Pesawat Hercules C130 di Condet, Jakarta Timur, pada 5 Oktober 1991. Saat itu anggota Paskhas TNI usai mengikuti upacara HUT ABRI.

Mengutip informasi dari tayangan Liputan 6 Siang SCTV, Jumat (8/7/2016), satu-satunya penumpang yang selamat dalam tragedi tersebut adalah Pembantu Letnan Satu atau Peltu Bambang Subandi, yang dikabarkan masih aktif menjadi prajurit TNI Angkatan Udara.

Kisah jatuhnya Pesawat Hercules hingga kini masih membekas di benaknya. Bagi pria kelahiran Ngawai 7 Maret 1966, peristiwa yang terjadi 25 tahun lalu itu menyisakan banyak cerita. 

Setelah kejadian itu, julukan "Hercules" pun selalu melekat dalam namanya.

Selama dua tahun lamanya Bambang menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Sebanyak 60 kali dirinya melakukan operasi rekonstruksi tubuh akibat luka bakar 70 persen yang diderita.

 "Saya 9 bulan tidak pakai baju. Kulit saya semua terbakar, kondisinya infeksi," ungkap Bambang.

Buat Bambang, dukungan orang terdekat dan rasa tanggung jawab sebagai anak sulung di keluargalah yang menjadi semangat hidupnya.

Kini Peltu Bambang yang bertugas di Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) pada Satuan Komunikasi dan Elektronik menjadi inspirasi para rekannya dan keluarga.

Menurut informasi yang beredar, 133 orang prajurit termasuk awak tewas. Sementara itu, dua orang di darat juga dilaporkan meninggal dunia. Jadi total korban tewas 135. Hanya satu orang yang selamat yakni Bambang Subandi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya