Liputan6.com, Jakarta - Oktober kerap disebut sebagai bulan yang kuat bagi harga Bitcoin (BTC). Hingga mendapat julukan Uptober, lantaran tren bullish biasanya terjadi di paruh kedua bulan ini, bukan di awal.
Dibuktikan dengan harga Bitcoin yang bertengger di kisaran USD 61.000, turun 6 persen dari pekan lalu. Ini merupakan awal yang mengecewakan memasuki kuartal IV 2024.
Advertisement
Sinyal penguatan bitcoin ke depan muncul dari inisiasi lembaga keuangan di seluruh Amerika Utara, Eropa dan Asia. Mereka akan memulai uji coba langsung transaksi aset dan mata uang digital di jaringan Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) pada 2025.
Uji coba ini bertujuan untuk memfasilitasi transaksi lintas batas (crossborder) yang lancar antara mata uang digital dan tradisional. Memanfaatkan platform global SWIFT untuk meningkatkan interoperabilitas dan memenuhi permintaan yang meningkat atas aset digital dan mata uang digital bank sentral (CBDC).
Dikutip dari laman Yahoo Finance, Minggu (6/10/2024), langkah tersebut menandai tonggak penting dalam adopsi keuangan global. Pengumuman ini mengikuti langkah China untuk menghentikan penggunaan dolar AS.
Selain itu, SWIFT mencatat bahwa sekitar 90 persen bank sentral tengah menjajaki CBDC. Menggarisbawahi urgensi untuk merangkul keuangan digital.
Di sisi lain, adopsi Bitcoin global terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya pemimpin politik dan negara yang terlibat dengan mata uang kripto ini. Wakil Presiden Argentina baru-baru ini bertemu dengan Presiden El Salvador untuk membahas bitcoin.
Berkembang di Afrika
Pangeran Serbia telah menyuarakan dukungan kuat terhadap potensi mata uang kripto ini. Bhutan juga menjadi berita utama lantaran operasi penambangan bitcoin bertenaga hidro yang ramah lingkungan, menekankan pendekatan inovatif negara tersebut terhadap aset digital.
Di seluruh Afrika, komunitas bitcoin berkembang pesat di negara-negara seperti Nigeria, Senegal, Ghana, hingga Afrika Selatan. Mencerminkan meningkatnya minat terhadap keuangan terdesentralisasi.
Ketidakstabilan ekonomi, kebutuhan pengiriman uang, dan lonjakan inovasi blockchain mendorong tren global ini. Kelompok individu, bisnis, dan pemerintah seluruhnya mengeksplorasi potensi Bitcoin sebagai mata uang yang transformatif dan disruptif.
Laporan terbaru oleh ConsenSys dan HarrisX pada 1 Oktober 2024 mengungkapkan, 92 persen pemilik kripto Amerika Serikat berencana untuk memberikan suara dalam pemilu 2024. Artinya, pemilih yang pro kripto dapat sangat memengaruhi hasil.
Hampir setengah dari semua pemilih menganggap sikap pro kripto penting, menciptakan peluang bipartisan yang langka karena para pemilih masih terpecah tentang partai mana yang mereka percayai untuk mengatur industri tersebut.
Advertisement
Demokrat yang Dukung Cadangan Bitcoin
Dengan hanya empat negara bagian yang tidak menawarkan pemungutan suara awal, para kandidat di negara bagian penting seperti Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin dapat memanfaatkan platform pro kripto untuk menarik demografi pemilih yang terus bertambah.
Anggota DPR Ro Khanna (D-CA) menarik perhatian besar sebagai demokrat pertama yang secara terbuka mendukung cadangan bitcoin strategis. Ia mengusulkan penggunaan bitcoin yang disita oleh Pemerintah AS untuk mendanai inisiatif tersebut.
Sikapnya membuatnya mendapatkan peringkat A dari kelompok Stand with Crypto, yang memuji dukungannya yang kuat terhadap inovasi kripto.Perkembangan ini menjadi signifikan jelang Pilpres AS 2024, dengan kejelasan regulasi tentang bitcoin perlahan menjadi isu non partisan.
Sementara Partai Republik saat ini menunjukkan dukungan yang lebih kuat untuk Bitcoin di AS, langkah Khanna menandakan potensi pergeseran dalam Partai Demokrat karena kripto menjadi topik utama di arena politik.