Liputan6.com, Jakarta - Terik matahari masih mentereng saat ratusan tamu undangan pembukaan Art Jakarta 2024 tergesa-gesa berjalan menghindari cuaca panas pada Jumat sore, 4 Oktober 2024. Satu demi satu, mereka memasuki ruang pamer, bersiap terpapar ragam stimulasi dari setiap karya seni yang dipajang.
Layout Art Jakarta edisi ke-14 ini tetap terasa akrab, namun karena diekspansi menempati tiga hall JIExpo Kemayoran: C1, C3, dan B3, kesan lapang instan terasa. Fair Director Art Jakarta, Tom Tandio, mengatakan bahwa pameran seni itu telah berkembang, tidak hanya secara ukuran, namun juga substansi.
Advertisement
"Kami senang sekali bisa mengumpulkan semua pemain utama dunia seni, mulai dari seniman, galeri, kolektor, museum, sampai penggemar seni," katanya saat pembukaan Art Jakarta 2024 di bilangan Jakarta Utara, Jumat. "Kami berusaha menawarkan pendekatan kreatif baru bagi para seniman, platform unik untuk mempersembahkan kreasi terbaru mereka demi memantapkan posisi Indonesia di dunia seni regional dan internasional."
Ya, pengunjung memang akan tetap menemukan karya-karya seni, seperti lukisan, patung, dan instalasi. Namun, rangkaian karya itu tidak semata membawa cerita sarat makna yang berbeda antara satu dengan yang lain, karena terdapat berbagai aktivasi anti-mainstream.
Yang membuat para pengunjung mau-tidak mau menoleh adalah Roca Indonesia "Naked Tone" oleh .this/PLAY. Instalasi itu mengajak orang menemukan kembali kegembiraan sederhana saat mandi dengan bernyanyi.
"Dibalut warna-warna hangat yang terinspirasi dari matahari terbenam, stan kami menawarkan pengalaman sensorik yang mendalam di mana kepala pancuran canggih Roca jadi pusat perhatian," bunyi keterangan karya seni tersebut. "Biarkan kreativitas Anda mengalir dan rasakan hubungan antara musik, air, dan emosi."
Bawa Konsep Unik
Tidak kalah menarik, ada pula "Leaving Room" oleh Vertical Submarine yang diboyong A+ Works of Art, ke Art Jakarta 2024. Alih-alih terbuka seperti yang lain, pengunjung harus menyelipkan tubuh di antara jeruji untuk bisa masuk ke ruang pamer galeri asal Kuala Lumpur, Malaysia tersebut.
Leaving Room dijelaskan sebagai permainan kata "meninggalkan" dan "hidup" yang menunjukkan bahwa Room merupakan tempat keberangkatan dan tempat kehidupan terbentang. "Karya-karya Vertical Submarine saat ini menggemakan instalasi tahun 2010, 'The Garden of Forking Paths,' yang terinspirasi kisah penulis Argentina, Jorge Luis Borges," bunyi keterangan stan mereka.
Karya-karya ini, sebut pihaknya, mengeksplorasi kemungkinan dan realitas yang terpecah-pecah, mengubah interior yang familiar jadi ruang-ruang terasing dan surealis. Barang-barang sehari-hari dan pengalaman-pengalaman umum dikontekstualisasikan ulang untuk mencerminkan pikiran sebagai sebuah jebakan.
Setelah terpukau cukup lama, saya melanjutkan berjalan ke arah pintu masuk untuk mendapati patung "gempal" karya Adi Gunawan yang telah jadi pemandangan familiar di sejumlah edisi Art Jakarta. Sankhara Art jadi pemboyong patung beragam refleksi tersebut.
Advertisement
73 Galeri Seni
Karya patung di ruang pamer Sankhara Art salah satunya menggemakan "bisikan kenangan yang terjalin dengan masa kini." "Setiap refleksi, sebuah cerita tersembunyi. Apa yang membentuk jiwanya, dan apa yang tetap terungkap dalam keheningan?" bunyi keterangan karya tersebut.
Sementara karya seni berukuran cukup besar sebenarnya bisa ditemui di banyak stan galeri, Art Jakarta mendedikasikan AJ SPOT untuk presentasi instalasi seni istimewa berukuran besar. Karya tersebut telah "disesuaikan khusus untuk Art Jakarta."
AJ SPOT memuat karya seni Iwan Yusuf (Nadi GalleryJakarta), Timoteus Anggawan Kusno (Kohesi Initiatives Yogyakarta), Syaiful Garibaldi (ROH Projects Jakarta), dan Tisna Sanjaya (Art Sociates Bandung). Total, ada 73 galeri yang menyajikan karya seni terbaik dari koleksi mereka, sambil meningkatkan keseluruhan pengalaman audiens.
Sementara 39 galeri seni berasal dari Indonesia, 34 lainnya merupakan galeri internasional yang berbasis di Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, China, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Rusia, dan Australia. Direktur Arstistik Art Jakarta, Enin Supriyanto, menyebut bahwa kebanyakan partisipan tahun ini merupakan "para pemain lama."
"Art Jakarta itu tentang menjalin kerja sama berkelanjutan, karena sebenarnya tidak semudah itu mengganti galeri peserta pameran. Kami tidak bisa asal pilih kalau ada satu-dua (galeri seni) yang sedang berhalangan ikut (pameran). Hanya sekitar lima persen partisipan baru di Art Jakarta tahun ini," katanya saat jumpa pers di bilangan Jakarta Pusat, Rabu, 11 September 2024.
"Galeri-galeri seni ini punya kebebasan 100 persen untuk membawa siapa (seniman dan karya terkurasi ke Art Jakarta)," ungkap Enin. "Tentu saja ketika memilih galeri-galeri itu, kami menimbang bahwa mereka adalah galeri-galeri yang aktif memamerkan karya-karya seniman Indonesia atau seniman di negara masing-masing, setidaknya dalam setahun terakhir."
Ragam Agenda Selama Art Jakarta 2024
Melengkapi seluruh rangkaian, ada AJ SCENE, segmen bagi kolektif seniman, studio, dan proyek untuk mempresentasikan merchandise dan publikasi mereka. Lokasinya berdekatan dengan Manual Food Market yang tahun ini menempati lahan lebih luas. Selain, terdapat pula sudut penerbit, Jogja Art+Books Fest, di mana pengunjung bisa pilah-pilih buku.
Tidak ketinggalan, terdapat pula AJ TALK, platform untuk dialog antara pakar, pengamat, seniman, kolektor, dan kurator. Penyelenggaraannya bermaksud menyediakan peluang bagi mereka untuk membagikan pengalaman dan pengetahuan dengan audiens.
Tahun ini, AJ Talk menghadirkan antara lain Hyphen–, Galeri Nasional, Penerbit Gang Kabel, Indonesian Visual Art Archive (IVAA), dan UOB Indonesia. Sementara itu, Julius Baer, UOB Indonesia, Bibit & Stockbit, dan Treasury merupakan empat mitra utama pameran seni tersebut.
Masih berlangsung sampai Minggu, 6 Oktober 2024, tiket Art Jakarta bisa dibeli di artjakarta.com. "Harganya masih sama, Rp150 ribu," ungkap Enin, seraya mengungkap bahwa pihaknya menargetkan 40 ribu pengunjung selama tiga hari pameran Art Jakarta 2024.
Advertisement