Lewat Gasifikasi, PLN Bidik Efisiensi Biaya Bahan Bakar Pembangkit hingga Rp 7,2 Triliun per Tahun

Subholding PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menghadirkan energi bersih untuk mendukung transisi energi bersih di wilayah Baubau, Sulawesi Tenggara, dengan menajalankan program gasifikasi pembangkit listrik di kawasan tersebut.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Okt 2024, 22:10 WIB
Petugas PLN dalam keadaan bertegangan melakukan pemeliharaan tenaga listrik jaringan 20 kiloVolt tanpa padam di Indramayu, Jawa Barat. (Dok PLN)

Liputan6.com, Jakarta Subholding PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menghadirkan energi bersih untuk mendukung transisi energi bersih di wilayah Baubau, Sulawesi Tenggara. Hal ini dilakukan dengan menjalankan program gasifikasi pembangkit listrik di kawasan tersebut.

Direktur Gas dan BBM PLN EPI, Rakhmad Dewanto mengatakan, PLN EPI telah menjalkn kerja sama dengan Pemerintah Baubau untuk pengembangan infrastruktur gas yang akan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) dan menghadirkan gas alam cair (LNG) sebagai sumber energi utama.

"Dengan adanya terminal konsolidasi gas, kami berharap kota Baubau dan wilayah sekitarnya akan mendapatkan pasokan energi yang lebih bersih dan efisien. Ini juga akan membuka peluang bagi pengembangan industri lokal," kata Rakhmad Dewanto, Jumat (4/10/2024).

Melalui program ini, diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sebesar 1,45 juta ton per tahun dan meningkatkan efisiensi biaya bahan bakar hingga Rp 7,2 triliun per tahun. Langkah ini wujud komitmen PLN EPI mendukung program Pemerintah dalam mencapai target nasional Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Program gasifikasi ini meliputi lebih dari 22 pembangkit yang sebelumnya menggunakan BBM, yang akan beralih ke gas alam cair. Tahap pertama dari proyek ini diproyeksikan akan selesai pada tahun 2025 dengan dukungan penuh dari Pemerintah Daerah dan mitra bisnis internasional.

Pertumbuhan Industri

Selain mendukung sektor energi, program gasifikasi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri lain di Baubau, apalagi dengan penggunaan LNG sebagai sumber energi yang lebih murah dan ramah lingkungan. PLN EPI terus berkomitmen untuk menyediakan solusi energi primer yang terintegrasi, serta mengembangkan rantai pasok energi yang berkelanjutan di Indonesia Timur.

"Kerjasama antara PLN EPI dan Pemerintah Kota Baubau menjadi bukti nyata dari sinergi antara sektor publik dan swasta dalam menghadapi tantangan energi di masa depan, serta komitmen bersama untuk menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi generasi mendatang," katanya.

Pj. Wali Kota Baubau, Muhammad Rasman Manafi yang hadir dalam penandatanganan menyampaikan apresiasi atas kerja sama program gasifikasi tersebut. Ia meyakini, program ini akan memberikan multiplier effect bagi masyarakat Kota Baubau.

"Kami menyambut baik inisiatif dari PLN EPI. Program ini tidak hanya akan mendukung ketahanan energi kota Baubau, tetapi juga membuka peluang pengembangan ekonomi lokal, terutama di sektor perikanan dan industri pengolahan ikan melalui implementasi teknologi cold storage pemanfaatan energi dingin LNG " ujarnya.


PLN Jamin Pasokan Biomassa untuk Cofiring PLTU Cukup

PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)

PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) memastikan ketersediaan biomassa sebagai bahan baku cofiring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Masyarakat pun dilibatkan dengan memanfaatkan lahan kritis untuk ditanami tanaman energi.

Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menjelaskan bahwa pihaknya telah menargetkan pemanfaatan biomassa untuk co-firing sebesar 2,2 juta ton pada tahun 2024. Jumlah ini direncanakan akan meningkat menjadi 10,2 juta ton pada tahun 2025 guna memenuhi kebutuhan biomassa di 52 PLTU yang dimiliki oleh PLN.

"Biomassa yang selama ini digunakan oleh PLN EPI sebagian besar berasal dari limbah pertanian dan perkebunan. Karena kebutuhannya terus meningkat, kami melihat adanya peluang bagi masyarakat untuk memanfaatkan potensi ini guna mendongkrak pendapatan ekonomi lokal," kata Iwan, Kamis (3/10/2024).

Iwan Agung menambahkan, pengembangan biomassa tidak hanya penting untuk menyediakan energi bersih, tetapi juga berpotensi menciptakan efek ganda dalam menggerakkan ekonomi masyarakat melalui program Pertanian Terpadu yang memanfaatkan lahan kritis.

 


Tanaman Indigofera

PT PLN (Persero) melalui sub holding PT PLN Energi Primer Indonesia akan menyulap 1,7 juta hektare dari 14 juta hektare lahan kritis yang tersebar di seluruh tanah air menjadi lebih hijau dan produktif. Ini merupakan upaya pengembangan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu.

"Kami akan mengembangkan tanaman Indigofera, atau dikenal juga sebagai Tarum, yang dapat dijadikan sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku biomassa. Dengan sistem tumpang sari, tanaman ini juga berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah," jelas Iwan.

Iwan menekankan bahwa melalui program ini, PLN berharap dapat membangun ekosistem biomassa yang berkelanjutan sekaligus mendukung upaya pengurangan emisi karbon.

Selain itu, program ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. "Batang dan ranting dari tanaman akan digunakan sebagai bahan baku biomassa, sementara daunnya dapat dimanfaatkan oleh peternakan lokal," tutup Iwan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya