Saham Maersk Anjlok Dampak Mogok Pekerja Pelabuhan AS

Saham Maersk ditutup lebih dari 5% lebih rendah, sementara Hapag-Lloyd Jerman berakhir 15% lebih rendah.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 05 Okt 2024, 15:01 WIB
Ilustrasi Kapal Kontainer Maersk (Photo by Bernd Dittrich/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Saham raksasa logistik asal Denmark, Maersk anjlok lebih dari 8% pada pembukaan pasar hari Jumat 4 Oktober 2024, karena kerugian yang dialaminya imbas pemogokan pelabuhan di Amerika Serikat (AS).

Pemogokan di pelabuhan AS kini telah selesai, dengan serikat pekerja utama pekerja pelabuhan AS dan Aliansi Maritim AS menengahi kesepakatan sementara mengenai upah dan memperpanjang kontrak mereka untuk memberikan waktu merundingkan perjanjian baru.

Pemogokan yang berkepanjangan akan memberikan dorongan bagi pengirim barang Eropa untuk mengambil bagian yang lebih besar dari permintaan rantai pasokan global.

Melansir CNBC International, Sabtu (5/10/2024), pada perdagangan Jumat saham Maersk ditutup 5% lebih rendah, sementara saham Hapag-Lloyd Jerman berakhir 15% lebih rendah.

Saham perusahaan logistik asal Swiss, Kuehne + Nagel juga turun 1,48% tetapi mengakhiri sesi perdagangan sedikit lebih tinggi, naik 0,6%.

Ini mengikuti penurunan untuk pengirim barang Asia selama sesi hari Jumat, dengan Nippon Yusen dan Kawasaki Kisen Jepang turun masing-masing 9,48% dan 9,65%.

Saham Pan Ocean dari Korea Selatan juga turun 4,77%, sementara HMM turun 5,06% dan Yang Ming Marine Taiwan turun 9,08%.

Rantai pasokan AS mengalami gangguan yang signifikan bahkan selama aksi mogok singkat itu, dengan barang-barang bernilai miliaran dolar berlabuh di lepas pantai menjelang periode belanja liburan yang sibuk.

Hapag-Lloyd mengatakan hari Jumat (4/10) bahwa perlu waktu sekitar tiga hingga empat pekan untuk membersihkan tumpukan kapal di pelabuhan AS.

Menjelang penutupan pembicaraan pada hari Kamis, analis di TD Securities telah memperingatkan dalam sebuah catatan bahwa gangguan apa pun yang berlangsung lebih dari sepekan akan menciptakan tantangan yang jauh lebih besar dan akan sangat mengganggu rantai pasokan secara keseluruhan.

Pemogokan tersebut, yang pertama dalam hampir 50 tahun oleh serikat buruh International Longshoremen’s Association berdampak pada operasi di 14 pelabuhan dan melibatkan sekitar 50.000 dari 85.000 anggota serikat tersebut.


Saham Nike Anjlok di Tengah Pergantian CEO dan Kinerja yang Lesu

Ilustrasi Toko Nike. (Photo credit: GETTY IMAGES NORTH AMERICA/AFP/File / Drew Angerer)

Saham Nike (NKE) anjlok sekitar 5% pada Selasa malam waktu setempat, karena perusahaan melaporkan pendapatan kuartal pertama yang meleset dari perkiraan. Perusahaan juga merevisi target tahun ini di tengah transisi CEO.

Raksasa sepatu itu melaporkan laba kuartal pertama sebesar USD 0,70, per saham, lebih tinggi dari estimasi Wall Street sebesar USD 0,52 dan penurunan 26% dari periode tahun sebelumnya.

Sementara pendapatan Nike sebesar USD 11,59 miliar, lebih rendah dari estimasi analis sebesar USD 11,65 miliar dan menandai penurunan 10% dari periode tahun sebelumnya. Nike mengalami penurunan penjualan baik pada bisnis penjualan langsung ke konsumen maupun divisi grosirnya.

Pendapatan Nike Direct mencapai USD 4,7 miliar, turun 13% dari kuartal yang sama tahun lalu. Pendapatan wholesale mencapai USD 6,4 miliar, turun 8% dari periode yang sama tahun lalu.

"Kembalinya ke skala ini butuh waktu, dan meskipun ada beberapa kemenangan awal, kami belum mencapai titik balik," kata Kepala Keuangan Nike Matthew Friend, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (2/10/2024).

Nike memperkirakan pendapatannya turun dalam kisaran 8% hingga 10% untuk kuartal saat ini. Lebih lemah dari ekspektasi awal Wall Street yang memperkirakan penurunan sebesar 6,7%.

"Ekspektasi pendapatan telah menurun sejak awal tahun, mengingat tren lalu lintas di Nike, tren penjualan ritel digital di seluruh pasar, dan buku pesanan akhir untuk musim semi," kata Friend.

 


Sesuai Harapan

Analis ekuitas Morningstar David Swartz mengatakan, laporan Nike hampir sesuai dengan apa yang diharapkan orang. Menurut dia, Nike telah memberi sinyal sejak akhir tahun lalu, pasar pakaian olahraga tidak terlalu kuat dan siklus inovasinya juga tidak terlihat bagus pada awal tahun fiskal 2025.

"Saat ini, Nike berada dalam situasi di mana tidak banyak produk baru yang diluncurkan, dan mereka mengurangi beberapa produk lainnya," kata Swartz.

Laporan kuartalan ini merupakan laporan pertama Nike sejak perusahaan mengumumkan pergantian CEO di tengah lesunya pertumbuhan penjualan. Elliott Hill, mantan eksekutif Nike yang pensiun pada tahun 2020, akan menggantikan John Donahoe sebagai CEO pada 14 Oktober.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya