Liputan6.com, Jakarta - Alkisah, ada seorang sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Alqamah. Ia dikenal sebagai seorang yang rajin dan taat beribadah kepada Allah.
Selain tidak pernah meninggalkan sholat ia juga senantiasa melaksanakan ibadah lainnya seperti puasa dan bersedekah. Namun, tak disangka di penghujung hayatnya, ia justru susah untuk mengucapkan kalimat syahadat.
Setelah dilaporkan dan ditelusuri oleh Rasulullah SAW, ternyata Alqamah masih memiliki seorang ibu yang sudah tua dan hatinya pernah terluka karena sikapnya.
Menurut ibunya setelah 'Alqamah menikah, ia lebih perhatian dan mementingkan istri daripada ibunya. Itulah sebabnya, saat sakaratul maut, lidah 'Alqamah kelu tak bisa mengucap kalimah thayyibah, termasuk syahadat.
Berikut kisah selengkapnya.
Baca Juga
Advertisement
Saksikan Video Pilihan ini:
Tersiksa Saat Sakaratul Maut
Ketika melihat kondisi 'Alqamah tersebut akhirnya sang istri mengirim utusan kepada Rasulullah untuk memberitahukan kepada beliau akan keadaan 'Alqamah.
Untungnya, Rasulullah SAW segera memintakan ampunan kepada sang ibunda untuk 'Alqamah. Demi membuka pintu maaf sang ibunda, beliau sempat meminta para sahabat mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Alqamah.
Rasulullah pun kemudian mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi, dan Bilal bin Rabah untuk melihat keadaannya. Beliau bersabda,
“Pergilah ke rumah 'Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan La Ilaha Illallah ”
Akhirnya mereka berangkat ke rumahnya. Ternyata saat itu 'Alqamah sudah dalam keadaan naza’, maka segeralah mereka mentalqinnya. Namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan "La ilaha illallah".
Advertisement
Balasan bagi Anak yang Durhaka
Rasulullah SAW segera memintakan ampunan kepada sang ibunda untuk ‘Alqamah. Namun, sang ibu keukeuh tak mau memaafkan.
Demi membuka pintu maaf sang ibunda, beliau sempat meminta para sahabat mengumpulkan kayu bakar untuk membakar ‘Alqamah.
Mendengar demikian, hati ibunda ‘Alqamah pun luluh. Ia merasa tidak tega jika harus melihat jasad sang anak dibakar hidup-hidup di depan mata. Hingga akhirnya ia rela memaafkan ‘Alqamah daripada melihat jasadnya hangus terbakar api. Rasulullah SAW menyampaikan kepada sang ibunda,
“Duhai ibu, api akhirat jauh lebih pedih ketimbang api dunia.”
Setelah dimaafkan, ‘Alqamah pun dengan mudahnya mengembuskan napas terakhir seraya mengucap kalimah "Lā ilāha illallāh".
Seorang ‘Alqamah saja yang taat ibadah kepada Allah, berada di ambang kematian su’ul khatimah, bagaimana dengan orang yang durhaka kepada Allah dan orang tua? Bagaimana orang yang terus membangkang dan selalu menyakiti perasaan orang tua?
Sungguh ini pelajaran berharga bagi siapa pun yang masih memiliki sikap buruk kepada orang tuanya. Sekaligus pelajaran bagi siapa pun yang menginginkan kematian husnul khatimah.
Hikmah Kisah
1. ‘Alqamah ialah gambaran seorang yang mementingkan istri tapi lalai memenuhi hak orang tua.
2. ‘Alqamah seorang yang taat beribadah. Shalat, puasa, dan sedekah, tak luput ditunaikannya. Namun, sikap buruknya pada sang ibunda membuatnya terhalang dan berat mengucap syahadat saat sakaratul maut.
3. Tidak ada manfaatnya amal shalat, puasa, sedekah dan amal baik seseorang jika ia durhaka dan suka melukai hati orang tua kecuali ia bertobat dan perbaiki sikap.
4. Kecintaan seseorang terhadap istri jangan sampai mengabaikan hak orang tua sendiri, terutama ibu.
5. Betapa besarnya kasih sayang seorang ibu. Walau hati sudah tergores luka, ia tetap terbuka memaafkan karena tidak tega melihat anaknya sengsara. Demikian yang tergambar dari sikap ibunda ‘Alqamah. Ia memilih maafkan ‘Alqamah daripada melihat tubuh anaknya hangus terbakar api. Siksaan akhirat lebih berat dan lebih kekal dibanding siksaan dunia.
6. Siksaan api dunia tak seberapa dibanding siksa api neraka di akhirat. Demikian tutur pesan Rasulullah.
Advertisement