Cegah Kasus Bunuh Diri, Pakar Sebut Perlu Kelanjutan Pembangunan Kesehatan Jiwa

Seiring peningkatan kasus bunuh diri, Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Dr Nova Riyanti Yusuf mengatakan penting ada kelanjutan pembangunan kesehatan jiwa pada pemerintahan Prabowo-Gibran

oleh Tim Health diperbarui 06 Okt 2024, 11:57 WIB
Ilustrasi pita hijau kesehatan jiwa. Foto: freepik

Liputan6.com, Jakarta - Guna mencegah kasus bunuh diri, Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Dr Nova Riyanti Yusuf mengatakan perlu ada kelanjutan pembangunan kesehatan jiwa pada pemerintahan Prabowo-Gibran. Menurutnya hal tersebut sangat mendesak seiring meningkatnya kasus bunuh diri.

“Hal ini sangat urgen seiring dengan peningkatan kasus bunuh diri. Untuk itu penting melakukan intervensi sejak pencegahan, penanganan, dan postvention bunuh diri,” ujar Nova di Jakarta, Sabtu, dilansir ANTARA.

Dalam kesempatan tersebut, Nova menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan berbagai organisasi dunia praktisi kedokteran jiwa, yakni World Psychiatric Association (WPA), Asian Federation of Psychiatric Association (AFPA), dan SAARC Psychiatric Federation (SPF).

Bersama pakar dunia lainnya, Nova menjadi Steering Committee sebuah inisiatif bersama Task Force Initiative for the Advancement of Child and Adolescent Mental Health Services for Lo-Middle Income Countries (JIA - CAMHS).

Salah satu bentuk Steering Committee tersebut yaitu Child and Adolescent Suicide Prevention Guidelinse atau Panduan Pencegahan Bunuh Diri Anak dan Remaja yang secara resmi diluncurkan pada Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 10 September 2024.

Panduan tersebut, jelasnya, akan diterjemahkan dan dilatihkan kepada Jejaring Pengampuan Rumah Sakit Layanan Kesehatan Jiwa. Pelatihan Panduan Pencegahan Bunuh Diri melibatkan yang terdiri dari berbagai tim pencegahan bunuh diri lintas disiplin yakni dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater, psikolog, perawat, dan dokter umum.

 


Instrumen Deteksi Dini Faktor Risiko

“Bahaya dari bunuh diri ini adalah efek Werther atau menular sehingga terjadi imitasi. Sehingga, pencegahan menjadi sangat krusial,” kata dia.

Adapun berbagai upaya yang dilakukan diantaranya membuat instrumen deteksi dini faktor risiko ide bunuh diri yang telah digunakan cukup luas oleh para peserta didik dalam tugas ilmiah penelitian.

Lalu penandatanganan nota kesepahaman antara PKJN RSMM dengan FEMA IPB berupa Program Barcode Pakai Kemeja (Periksa Kesehatan Mental Remaja). Barcode ini tersebar di dinding kampus dengan program skrining dan edukasi tentang cara tindak lanjut hasil skrining dengan tetap mengedepankan hak asasi manusia.


KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya