Romantisme Tak Selalu Indah, Ini 5 Alasan Romantis Berlebihan dapat Merusak Hubungan Anda

Jangan sampai sikap romantis yang berlebihan merusak hubunganmu sebelum terlambat!

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 10 Okt 2024, 15:49 WIB
Gambar pasangan. (Hak Cipta Unsplash/Transly Translation Agency)

Liputan6.com, Jakarta Cinta sering kali digambarkan sebagai perasaan yang indah dan menggebu-gebu, penuh dengan momen-momen manis dan kejutan yang mengesankan. Bagi banyak orang, romantisme menjadi elemen penting dalam hubungan, memberikan warna dan kehangatan yang membuat ikatan semakin erat. Namun, di balik segala keindahan tersebut, ada sisi lain dari romantisme yang perlu diwaspadai.

Ketika romantisme berlebihan, atau yang sering disebut sebagai hopeless romantic, menjadi landasan utama dalam suatu hubungan, dampaknya bisa berbalik menjadi tidak sehat dan merugikan. Mempunyai ekspektasi tinggi dalam cinta memang wajar, namun ketika harapan tersebut tidak realistis, seseorang bisa terjebak dalam dinamika yang merugikan.

Memahami dampak negatif dari sifat hopeless romantic menjadi penting agar anda dapat menjaga hubungan tetap seimbang dan harmonis. Berikut adalah lima alasan mengapa romantisme berlebihan dapat merusak cinta Anda, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (10/10/2024).


1. Melampaui Kendala Pribadi

Gambar pasangan. (Hak Cipta Unsplash/JD Madson)

Romantis yang putus asa sering kali rela mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi demi menjaga kelangsungan hubungan. Mereka mungkin merasa bahwa setiap pengorbanan berharga selama hubungan tetap berjalan, meskipun itu berarti melanggar batasan diri sendiri. Akibatnya, mereka bisa kehilangan identitas dan tidak lagi memahami apa yang sebenarnya mereka inginkan atau butuhkan dalam hubungan, karena terlalu fokus pada keinginan pasangan.

Dalam jangka panjang, perilaku ini dapat menghabiskan emosi dan energi. Hubungan yang sehat seharusnya memiliki keseimbangan antara memberi dan menerima. Namun, romantis yang putus asa sering kali terlalu banyak memberi tanpa mendapatkan imbalan yang sepadan. Ketidakmampuan untuk menetapkan batasan yang jelas membuat mereka rentan terhadap manipulasi atau bahkan kekerasan emosional.


2. Keterikatan Perasaan

Gambar pasangan. (Hak cipta Freepik/scorpiries2004)

Individu yang memiliki sifat hopeless romantic sering kali menggantungkan kebahagiaan mereka sepenuhnya pada pasangan. Ketergantungan semacam ini dapat menciptakan dinamika hubungan yang tidak seimbang, di mana satu pihak merasa perlu terus-menerus menyenangkan pihak lain agar hubungan tetap harmonis. Sikap ini dapat mengakibatkan hilangnya kemandirian emosional, karena mereka merasa tidak bisa bahagia tanpa kehadiran atau persetujuan dari pasangan mereka.

Dalam situasi semacam ini, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan atau konflik dalam hubungan, karena takut kehilangan orang yang dianggap sebagai sumber kebahagiaan. Ketergantungan emosional juga membuat seseorang lebih sulit untuk meninggalkan hubungan yang tidak sehat, meskipun sudah terlihat jelas bahwa hubungan tersebut tidak lagi berjalan dengan baik.


3. Mengabaikan Perilaku Buruk

Gambar pasangan. (Hak Cipta Freepik/syda_productions)

Romantis yang putus asa cenderung mengabaikan atau memaafkan perilaku buruk pasangan, seperti sikap kasar, kurang hormat, atau minimnya perhatian. Mereka lebih mementingkan keinginan untuk mempertahankan hubungan daripada menghadapi kenyataan bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima. Keyakinan bahwa pasangan akan berubah atau bahwa cinta dapat menyelesaikan semua masalah sering menjadi ilusi yang mereka pertahankan dengan kuat.

Jika tidak dikendalikan, sifat ini dapat merusak hubungan secara signifikan. Mengabaikan atau terus memaafkan tindakan negatif dapat membentuk pola hubungan yang tidak sehat, di mana satu pihak selalu dirugikan. Lebih parah lagi, sikap ini dapat memperkuat perilaku negatif pasangan, karena mereka merasa tindakannya selalu diterima tanpa konsekuensi.


4. Tidak Memperhatikan Sinyal Peringatan

Gambar pasangan. (Hak Cipta Freepik/pressfoto)

Ketika seseorang terlalu idealis dalam urusan cinta, mereka mungkin mengabaikan sinyal-sinyal peringatan dalam hubungan. Misalnya, kurangnya komunikasi yang baik, ketidakseimbangan dalam peran, atau bahkan indikasi manipulasi. Orang yang terlalu romantis cenderung menempatkan pasangan mereka di atas segalanya, sehingga kesalahan atau kekurangan pasangan sering kali diabaikan. Mereka lebih berfokus pada keyakinan bahwa hubungan akan selalu berakhir dengan kebahagiaan.

Ketidakmampuan untuk menyadari sinyal-sinyal peringatan ini dapat membuat mereka terjebak dalam hubungan yang tidak sehat lebih lama dari yang seharusnya. Mengabaikan masalah-masalah ini tidak hanya merugikan secara emosional, tetapi juga dapat berdampak buruk pada kesejahteraan mental dan fisik. Sangat penting untuk tetap realistis dan mampu mengenali kapan sebuah hubungan tidak berjalan dengan baik.


5. Mudah Merasa Kecewa dan Depresi

Gambar pasangan. (Hak Cipta Freepik/penulis/freepik)

Memiliki harapan yang terlalu tinggi dan tidak realistis dalam sebuah hubungan sering kali berujung pada kekecewaan. Seorang hopeless romantic mungkin merasa telah memberikan segalanya untuk hubungan tersebut, namun ketika kenyataan tidak sejalan dengan harapan, mereka merasa sangat terpukul. Kekecewaan ini dapat menimbulkan perasaan putus asa atau bahkan depresi, terutama jika mereka terus-menerus gagal mencapai gambaran cinta yang sempurna.

Ketika hubungan tidak berjalan seperti yang diharapkan, hopeless romantic sering kali merasa bahwa diri merekalah yang menjadi sumber kegagalan, bukan masalah dalam hubungan itu sendiri. Perasaan ini dapat memperburuk kondisi mental mereka, karena merasa bahwa cinta sejati yang mereka impikan terlalu sulit untuk diwujudkan atau mungkin tidak ada sama sekali.

Inilah dampak negatif yang dapat muncul dari sifat hopeless romantic, sadari dari awal dan akhiri hubungan yang tidak sehat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya