Jangan Dibiarkan, Begini Tips Mengatasi Anak yang Suka Menyela Pembicaraan Orang Tua

Menurut seorang psikolog anak di Australia, cara terbaik adalah dengan menetapkan aturan yang jelas mengenai waktu berbicara dan mendengarkan.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 09 Okt 2024, 10:07 WIB
ilustrasi anak bandel.

Liputan6.com, Jakarta Sering kali, anak yang kerap menyela pembicaraan melakukannya karena dorongan alami untuk mendapatkan perhatian. Namun, kebiasaan ini dapat mengganggu interaksi yang sehat dalam keluarga atau lingkungan sosial.

Menurut para psikolog anak, penting untuk mengajarkan anak cara yang tepat untuk mendapatkan perhatian. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan memberitahu anak kapan waktu yang tepat untuk berbicara, misalnya setelah orang dewasa selesai berbicara.

Mengajarkan anak untuk tidak menyela bisa dimulai dengan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Menurut seorang psikolog anak di Australia, cara terbaik adalah dengan menetapkan aturan yang jelas mengenai waktu berbicara dan mendengarkan. Orang tua perlu menunjukkan perilaku mendengarkan yang baik agar anak dapat menirunya. Selain itu, pastikan anak merasa bahwa mereka didengarkan dengan baik, sehingga mereka tidak merasa perlu menyela.

Selain itu, penting untuk memastikan anak memahami pentingnya menghormati pembicaraan orang lain. Mengajarkan anak tentang kesabaran dan menghormati giliran berbicara dapat membantu mereka belajar menunda keinginan untuk berbicara di saat yang kurang tepat. Dengan cara ini, anak dapat mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik sejak dini.

Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut ini tips cara mengatasi anak yang suka menyela pembicaraan orang tua, Rabu (9/10/2024).


Mengatur Gangguan dan Menjaga Konsentrasi

Ajarkan aturan komunikasi dasar untuk mengatasi kebiasaan anak yang suka menyela saat berbicara.

Sering kali, anak menyela ketika orang tua sedang sibuk atau fokus pada aktivitas lain. Berdasarkan artikel di Not Consumed, salah satu metode efektif untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan memberikan anak tanda isyarat. Contohnya, jika anak ingin berbicara, mereka bisa menyentuh lengan Anda sebagai sinyal bahwa mereka memiliki sesuatu untuk disampaikan, tanpa harus langsung menyela percakapan.

Selain menggunakan isyarat, orang tua juga dapat memberikan waktu khusus bagi anak untuk berbicara. Tentukan saat-saat di mana anak dapat menyampaikan pendapat atau perasaan mereka, seperti saat makan malam atau setelah pekerjaan rumah selesai. Dengan cara ini, anak belajar bahwa ada waktu dan tempat yang tepat untuk berbicara.

Memuji anak ketika mereka berhasil menunggu giliran untuk berbicara juga dapat memperkuat perilaku positif ini. Ini menunjukkan kepada anak bahwa kesabaran dan penghormatan mereka terhadap orang lain dihargai. Dengan begitu, anak lebih terdorong untuk mempertahankan kebiasaan tersebut.


Strategi Jangka Panjang Membantu Anak Memahami Kesabaran

Orangtua dapat menetapkan konsekuensi yang tegas. Foto: Freepik

Mengajarkan anak untuk tidak menyela memerlukan waktu serta konsistensi. Salah satu langkah penting yang direkomendasikan oleh Child Psychologist di Australia adalah menetapkan aturan yang jelas dan memberikan konsekuensi yang konsisten bila aturan tersebut dilanggar oleh anak. Sebagai contoh, jika anak terus menyela, berikan mereka pengingat dengan lembut tentang aturan yang telah disepakati.

Kesabaran adalah keterampilan yang harus terus-menerus dilatih. Orang tua dapat melibatkan anak dalam permainan atau aktivitas yang membutuhkan giliran, seperti bermain papan atau permainan kelompok. Dengan cara ini, anak belajar secara praktis tentang konsep menunggu giliran dan pentingnya kesabaran.

Terakhir, jangan lupa untuk menyediakan waktu khusus di mana anak benar-benar menjadi pusat perhatian. Menurut Not Consumed, hal ini dapat mengurangi keinginan anak untuk menyela, karena mereka tahu bahwa ada saat di mana mereka dapat didengarkan sepenuhnya. Keseimbangan antara aturan yang konsisten dan perhatian yang memadai akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang lebih sabar dan penuh empati dalam berkomunikasi.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya