Lewat Mekaar, PNM Kejar Inklusi Keuangan ke Perempuan Prasejahtera

Hadirnya inklusi keuangan dari PNM khususnya holding UMi diharapkan mampu mendukung turunnya angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga subsisten.

oleh Arthur Gideon diperbarui 07 Okt 2024, 10:30 WIB
PNM berpartisipasi dalam Financial Expo sekaligus kick off Bulan Inklusi Keuangan 2024 bersama OJK di Balikpapan, Kalimantan Timur. (Dok PNM)

Liputan6.com, Jakarta - PT Permodalan Nasional Madani (PNM) ikut berpartisipasi dalam Financial Expo sekaligus kick off Bulan Inklusi Keuangan 2024 di Balikpapan, Kalimantan Timur. Gelaran ini diinisiasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diikuti sejumlah lembaga keuangan dan juga pemerintah pusat dan daerah.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menjelaskan, OJK berkomitmen untuk terus berfokus pada peningkatasan aktivitas, akses, pertumbuhan, perluasan dan penguatan sektor jasa keuangan.

"Kolaborasi bersama dengan industri jasa keuangan (IJK) dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan produk dan layanan jasa keuangan oleh masyarakat," ujar Mahendra dikutip Senin (7/10/2024).

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengingatkan kepada IJK untuk turut memperluas akses dan layanan jasa keuangan di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Perempuan Prasejahtera

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menyatakan apa yang dilakukan PNM sejalan dengan tujuan besar OJK. Melalui pemberian modal usaha dari program PNM Mekaar, kelompok perempuan prasejahtera di pelosok negeri telah terlayani produk pembiayaan yang aman dan terjangkau.

"Persebaran unit pelayanan PNM hadir di 35 provinsi mulai dari perkotaan, pedesaan, hingga wilayah 3T seperti unit Mekaar Natuna, Kepulauan Riau, yang baru diresmikan minggu lalu. Ini ikhtiar kami untuk pemerataan inklusi keuangan dalam hal akses permodalan," ungkap Arief.

Apalagi, sejak terbentuknya holding ultra miko (UMi) nasabah PNM Mekaar yang mayoritas unbankable telah dibantu memiliki rekening Tabungan Simpedes UMi. Mereka kini memiliki akses layanan perbankan dasar untuk dapat meningkatkan taraf hidup ke depannya.

“Hadirnya inklusi keuangan dari PNM khususnya holding UMi diharapkan mampu mendukung turunnya angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga subsisten," tambahnya.

Menurut Arief, unsur yang berperan dalam inklusi keuangan adalah akses, ketersediaan produk dan layanan jasa keuangan, penggunaan, serta kualitas.

"Karena itu, PNM berkomitmen bukan hanya memberikan produk keuangan dalam bentuk materil tetapi juga pedampingan usaha dengan tiga modal utama PNM yaitu finansial, intelektual, dan sosial," pungkas Arief.


OJK Ajak Generasi Muda Pahami Literasi Keuangan untuk Hindari Kejahatan Finansial

Kepala Eksekutif Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (5/10/2024). (Arief/Liputan6.com)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya generasi muda memahami berbagai aspek keuangan guna menghindari kejahatan finansial seperti penipuan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, mengajak generasi Zoomers (Gen Z) untuk memanfaatkan produk dan layanan keuangan dengan bijak sebagai bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang.

“Literasi keuangan yang baik serta inklusi keuangan yang bijaksana akan menjadikan generasi muda lebih cerdas dalam mengelola keuangan, terhindar dari kejahatan finansial, dan mampu menjadi agen literasi di tengah masyarakat,” ujar Friderica dalam acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) di Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu (6/10/2024).

Menurut Friderica, literasi keuangan sangat penting bagi Gen Z, terutama karena kelompok ini mendominasi populasi Indonesia dengan persentase 27,94% dari total penduduk.

Ia juga mengungkapkan bahwa Gen Z dihadapkan pada berbagai fenomena sosial seperti you only live once (YOLO), fear of missing out (FOMO), dan fear of other people's opinions (FOPO), yang dapat mempengaruhi gaya hidup konsumtif dan berdampak negatif pada pengelolaan keuangan.

Selain itu, fenomena doom spending, yang merupakan kebiasaan belanja impulsif tanpa mempertimbangkan penting atau tidaknya barang yang dibeli, juga marak terjadi di kalangan Milenial dan Gen Z.

Friderica menekankan pentingnya perilaku delayed gratification, yakni menunda pemenuhan keinginan saat ini demi masa depan yang lebih baik, untuk mengimbangi instant gratification, yaitu perilaku yang menginginkan kepuasan segera.

“Generasi muda diimbau untuk lebih bijak dalam menggunakan produk dan layanan jasa keuangan. Kemampuan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan harus dimiliki agar terhindar dari gaya hidup konsumtif,” tambah Friderica.


Kolaborasi Antarlembaga untuk Tingkatkan Literasi Keuangan

Kepala Eksekutif Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (5/10/2024). (Arief/Liputan6.com)

OJK menyelenggarakan acara LIKE IT seri kedua di Kota Balikpapan dengan tema “GENCARKAN Investasi bagi Generasi Muda Menuju Indonesia Maju”. Program LIKE IT merupakan kolaborasi OJK dengan Kementerian Keuangan RI, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK).

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya literasi keuangan serta mendorong budaya investasi melalui pemanfaatan produk dan layanan keuangan, baik konvensional maupun syariah. Rangkaian acara LIKE IT 2024 akan berlangsung dalam tiga seri dan diselenggarakan secara bergiliran oleh anggota FK-PPPK.

  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya