'Hujan Kucing' di Langit Malaysia Bantu Basmi Invasi Tikus pada 1960

Sekitar 64 tahun yang lalu, populasi tikus yang tak terkendali di Malaysia membuat Angkatan Udara Britania Raya membantu dengan cara menerjunkan prajurit kucing-kucing berparasut di Sarawak.

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 08 Okt 2024, 20:42 WIB
Ilustrasi kucing menangkap tikus. (Pixabay/rihaij)

Liputan6.com, Sarawak - Pada Maret 1960, 'hujan kucing' melanda Malaysia.

Kucing-kucing berjatuhan dari langit pedesaan Bario di Sarawak, Malaysia. Populasi kucing ini dengan selamat mendarat di desa itu dan berujung menyelamatkan wilayah tersebut dari invasi tikus.

Kucing-kucing tersebut tentunya tidak berjatuhan secara alami atau tanpa alasan. 

Melansir dari Force News Selasa (8/10/2024), pada bulan Maret tahun itu, Royal Air Force (RAF) atau Angkatan Udara Britania Raya mengirimkan kucing-kucing tersebut ke Sarawak dalam sebuah operasi yang dinamakan Operation Cat Drop untuk membantu masyarakat Desa Bario mengatasi masalah tikus yang berada di mana-mana.

Para prajurit berbulu tersebut diturunkan dari pesawat menggunakan peti-peti yang terpasang parasut, sehingga mereka dapat dengan aman mendarat dan melakukan operasi mereka untuk membantu membasmi tikus. 

Jumlah kucing setempat yang menurun menyebabkan populasi tikus dapat meningkat dengan cepat. Untuk mencegah kerusakan parah pada tanaman-tanaman penting oleh tikus dan untuk mengurangi kemungkinan manusia terjangkit infeksi yang ditularkan oleh hewan pengerat tersebut, maka RAF mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan berupa peti-peti berisi kucing. 

Sebuah permintaan untuk kucing diterbitkan di The Straits Times, surat kabar Singapura berbahasa Inggris, pada tanggal 9 Maret 1960. Di situ tertulis, "WANTED: 30 flying cats to rout rats (DICARI: 30 ekor kucing terbang untuk membasmi tikus)." 

Masyarakat Kuching, ibu kota Sarawak yang dikenal sebagai Kota Kucing, mengumpulkan 23 ekor kucing untuk membantu masyarakat Bario.  

Dipiloti oleh Penerbang Nimmo, dia dan krunya menerbangkan Blackburn B-101 Beverley, sebuah pesawat yang dirancang untuk mengangkut pasukan terjun payung atau perlengkapan melalui pintu pemuatan belakang dengan parasut.

Pilot menjatuhkan 7.000 pon barang termasuk rol getar seberat 800 pon yang digunakan untuk memadatkan tanah dan benih sayuran dalam jumlah besar. Selain itu paket berisi lebih dari "20 kucing untuk berperang melawan tikus yang mengancam tanaman". 

Setelah menerima kiriman tersebut, RAF menerima pesan dari Tuan McSpomran asal Bario. "Terima kasih banyak kepada RAF dan semua yang bertanggung jawab atas pengaturan penerjunan dari udara; juga kepada para donor kucing dan pembuat keranjang kucing," katanya.

"Semua kucing selamat dan kami menghargainya," lanjut McSpomran dari Bario.

Mengutip dari The Rakyat Post (7/10), sejatinya tidak diketahui berapa banyak kucing yang dikirim selama Operation Cat Drop. Rumor menyebutkan terdapat sekitar 20 hingga 14.000 kucing dengan berbagai warna dan ukuran yang "jatuh" dari langit Sarawak.

Misi ini dianggap sukses dan keseimbangan alam telah dipulihkan.


Bagaimana Invasi Tikus dapat Terjadi?

Ilustrasi kucing membersihkan dirinya (Pexels/Pixabay/Brigitta Bellion)

Melambungnya populasi tikus di Sarawak pada saat itu sebenarnya disebabkan oleh upaya membasmi nyamuk pembawa penyakit.

Hal ini bermula dari Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) ke-8 yang diadakan di Mexico City pada bulan Mei 1955, di mana para pejabat kesehatan dari seluruh dunia menyetujui perlunya program pemberantasan malaria. 

Nyamuk dengan cepat menyebarkan penyakit mematikan tersebut kepada masyarakat melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi dan tindakan drastis diperlukan untuk mencegah kematian lebih lanjut. 

Rencananya adalah untuk menyemprotkan DDT yang murah dan efektif ke dalam bangunan besar yang menampung 100 keluarga, sehingga setiap nyamuk yang hinggap akan terbunuh sebelum dapat menyebarkan penyakit lebih jauh. 

Namun, satu hal yang tidak diperkirakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah konsekuensi rencana ini terhadap populasi kucing.

Kucing terkenal suka membersihkan diri mereka sendiri dengan cara menjilati tubuh mereka.  Jadi, kucing-kucing tersebut secara tidak sengaja menelan DDT beracun saat menjilati bulu mereka yang dilapisi zat kimia itu. DDT secara fatal mempengaruhi sistem saraf serangga atau hewan yang mengonsumsinya. 

Oleh karena itu, dengan matinya pengendali hama alami, yaitu kucing, karena kontak dengan permukaan yang tertutup DDT, populasi tikus yang tidak lagi berhadapan dengan kucing pada akhirnya tumbuh dengan cepat.

Tikus-tikus ini kemudian memakan hasil panen penduduk desa dan membawa sejumlah penyakit. Karena situasi genting ini, RAF menerjunkan kucing-kucing untuk membantu melawan invasi tikus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya