Bankir Ini Senang Lihat Kondisi Industri Perbankan Indonesia Saat Ini

Indonesia dinilai bisa menjadi contoh di kawasan regional tentang upaya membentuk perbankan yang kokoh.

oleh Nurmayanti diperbarui 07 Okt 2024, 23:01 WIB
Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung di Jogjakarta. Foto: Nurmayanti

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengaku senang melihat perkembangan perbankan di Indonesia dibandingkan puluhan tahun silam. Perbankan lokal kini bisa lebih berkembang bahkan bisa dibilang mampu menggeser dominasi perbankan asing.

"Perbankan Indonesia kalau kita lihat kita harus bangga karena selama 25 tahun ini ada beberapa kali global krisis di mana 2008 sampai kolaps. Kemudian Covid segala macam dan perbankan bisa survive," jelas dia di Yogyakarta, pekan lalu.

Dia mengatakan kondisi ini terjadi karena beberapa hal terbangun di industri perbankan nasional, seperti risk management, dukungan pemerintah, hingga permodalan yang kuat.

Dengan berbagai kondisi tersebut bahkan Indonesia dinilai bisa menjadi contoh di kawasan regional tentang upaya membentuk perbankan yang kokoh.

Perbankan Indonesia dinilai justru kini bisa menguasai industri melalui berbagai inovasi maupun perubaan yang terjadi. 

Dia juga tetap optimis industri perbankan di tahun ini masih baik berlanjut hingga ke tahun depan. Meski, kewaspadaan tetap harus dilakukan. 

"Kita beruntung tetapi juga tetap harus waspada supaya pertumbuhan yang baik bisa tetap berjalan," kata dia.

Adapun mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga di tengah outlook kinerja perekonomian global yang menurun.

"Pada Agustus 2024, pertumbuhan kredit masih melanjutkan catatan double digit growth sebesar 11,40 persen yoy menjadi Rp7.507,7 triliun," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae.

Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 13,08 persen, diikuti oleh Kredit Konsumsi 10,83 persen, sedangkan Kredit Modal Kerja 10,75 persen. 

Ditinjau dari kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 13,13 persen yoy.

Berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 16,51 persen, sementara kredit UMKM juga tetap tumbuh meskipun lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 4,42 persen.

Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh sebesar 7,01 persen yoy (Juli 2024: 7,72 persen yoy) menjadi Rp8.650 triliun, dengan giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 10,06 persen, 6,14 persen, dan 5,37 persen yoy. 

 


Siasat Bank Jago

Bank Jago dikembangkan sebagai bank berbasis teknologi untuk nasabah segmen pasar Ritel, Usaha Kecil dan Menengah, serta Mass Market. (Dok Bank Jago)

Arief Harris mengatakan pada tahun ini, Bank Jago cukup terkejut melihat hal yang terjadi. Pencapaian kinerja yang awalnya ditargetkan tumbuh 30 persen, ternyata sudah terlampaui dalam 9 bulan pertama di 2024. "Karena saya merasa 30 persen itu saja sudah tumbuh tapi seems kita bikin better," jelas dia.

Dia mengatakan pencapaian itu terjadi dengan upaya Bank Jago membangun kolaborasi, seperti dengan GoTo dan Bibit (Stockbit). Kolaborasi dinilai sudah menjadi jalur yang tepat membantun ekosistem.

Kolaborasi dengan ekosistem merupakan kunci dari pertumbuhan bagi Bank Jago. Dalam rentang 3,5 tahun dan hanya 5 cabang, Bank Jago sudah mempunyai 13 juta nasabah per semester I 2024. "Kalau dilihat orang berpikir Jago sudah lama tapi flashback kita baru tiga setengah tahun," tutur dia.

Arief mengatakan, pertumbuhan itu itu tidak akan cepat tercapai bila dilakukan sendiri. Tercatat, dari 13 juta nasabah, 50 persen berasal dari kolaborasi terutama dengan GoTo dan Bibit.

"Jadi siginifikan, saya rasa kalau kita tidak punya model kolaborasi dengan ekosistem, tidak mungkin Bank Jago punya lebih dari 10 juta costumer hari ini," kata dia.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya