Tak Terima Disebut Bendahara Negara Pelit, Ini Respons Sri Mulyani

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, sikap yang tegas dan ketat terhadap APBN sebagai upaya kehati-hatian dalam menjaga APBN.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Okt 2024, 13:16 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati merespons pernyataan Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita yang menyebut dirinya sebagai bendahara negara “yang pelit”. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati merespons pernyataan Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita yang menyebut dirinya sebagai bendahara negara “yang pelit” dalam memberikan anggaran.

Hal itu disampaikan Mantan Mendag Enggartiasto Lukita dalam BNI Investor Daily Summit 2024, di JCC, Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2024.

Mantan Mendag ini bercerita dulu ketika menjabat sebagai Mendag sangat sulit mendapatkan anggaran dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Enggar pun paham Sri merupakan sosok yang sangat tegas dan ketat dalam menghitung pengeluaran negara. Jika Menkeu tidak tegas, APBN bisa jebol.

"Sebagai Bendahara Negara, ketat betul beliau. Beliau lebih memilih tidak disukai termasuk oleh koleganya yaitu saya sendiri, ya agak-agak sulit kepada Ibu Sri Mulyani karena setiap saya minta uang, sebelum saya bicara, beliau sudah menyatakan 'tidak dulu'. Tetapi kita bisa bayangkan kalau Bendahara Negara mengiyakan semua, maka jebol lah APBN ini,” kata Enggar.

Dalam kesempatan yang sama, Sri Mulyani mengklarifikasi dirinya bukan sosok bendahara negara yang pelit. Sri selalu menjadi pendengar yang baik jika kementerian dan lembaga (K/L) meminta anggaran.

"Kalau tadi Pak Enggar memberikan persepsi dan membangun reputasi bahwa Menteri Keuangan selalu bilang 'tidak dulu', padahal tidak begitu. Saya ini termasuk pendengar yang baik, seluruh permintaan selalu saya dengarkan sehingga kemudian bisa didudukkan. Kalaupun ada ruangan fiskal kita selalu memberikan afirmasi terhadap program-program yang memang solid dan bisa dijalankan dengan baik,” ujar Sri Mulyani.

Bendahara negara ini menegaskan, sikapnya yang tegas dan ketat terhadap APBN adalah sebagai upaya kehati-hatian dalam menjaga APBN agar dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

 

 

 


Jaga APBN

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

"Jadi, jangan sampai nanti saya ditempelin dengan tulisan Mrs. No, karena tidak. Kalau saya no, berarti tidak ada pembangunan dalam hal ini, buktinya ada. Jadi, ini masalah selektivitas dan kualitas. Tentu ini juga menunjukkan bahwa kita semuanya menggunakan uang rakyat secara responsible," tegasnya.

Apalagi pada waktu pandemi covid-19, pihaknya berusaha untuk menjaga pengeluaran APBN. Lantaran pada saat itu APBN menjadi andalan untuk memitigasi dampak pandemi.

Oleh karena itu, Kementerian Keuangan bersinergi dengan Bank Indonesia melakukan komunikasi secara hati-hati, konstruktif dan transparan kepada seluruh pelaku pasar dan masyarakat, termasuk kepada politisi agar pemerintah bisa mendesain dan mengkonstruksikan sebuah usaha yang luar biasa, guna menjaga APBN agar penggunaannya tetap bijak.

“Indonesia termasuk negara yang sedikit sekali negara di dunia ini yang mampu melakukan konsolidasi fiskal pasca pandemi hanya dalam waktu dua tahun, itu tidak terjadi di banyak negara,” pungkasnya.

 


Defisit APBN Agustus 2024 Capai Rp153,7 Triliun, Apa Penyebabnya?

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers: PDB Kuartal III 2023 serta Stimulus Fiskal , Senin (6/11/2023). Tasha/Liputan6.com)

Sebelumnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit Rp 153,7 triliun hingga Agustus 2024. Defisit APBN 2024 ini minus 0,68 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit APBN tersebut masih sesuai dengan Rancangan Undang-Undang APBN 2024 yakni 2,29 persen dari PDB.

"Defisit APBN hingga akhir Agustus Rp153,7 triliun atau artinya 0,68 persen dari PDB. Masih dalam track sesuai dengan RUU APBN 2024," kata Menkeu dalam konferensi pers APBN KiTa Agustus 2024, Senin (23/9/2024).

Kendati begitu secara keseluruhan, kinerja APBN hingga bulan Agustus masih menunjukkan perkembangan perbaikan. Hal itu dilihat dari pendapatan negara yang mencapai Rp1.777 triliun hingga Agustus 2024, atau 63,4 persen dari target.

"Sampai dengan Agustus 2024 kinerja APBN trennya sesuai dengan apa yang sudah kita jelaskan pada bulan sebelumnya, dengan sedikit ada perbaikan terutama pada sisi pendapatan," ujar Sri Mulyani.

Pendapatan Negara

Bendahara negara ini menyebut, pada pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 2,5 persen year on year. Namun, kontraksi ini jauh lebih kecil dibandingkan bulan sebelum-sebelumnya.

"Kalau diingat, bulan lalu sekitar 6,5 persen, dan Juni bisa mencapai 8 persen. Jadi, ini penurunan dari kontraksi pendapatan negara," ujarnya.

Sri Mulyani berharap sampai akhir tahun Pemerintah Indonesia bisa menjaga pendapatan negara, dan tentunya bisa mengejar pendapatan sesuai target. Meskipun saat ini masih dihadapkan dengan situasi yang penuh ketidakpastian global.

"Ini yang kita harapkan sampai akhir tahun kita bisa menjaga pendapatan negara bisa mengejar sesuai dengan targetnya, meskipun kita menghadapi situasi yang tidak ringan terutama pada beberapa pos pendapatan seperti penerimaan dari pajak badan," ujar Menkeu.

 


Belanja Negara

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam keterangannya selepas mengikuti Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin, 8 Agustus 2022. (Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Adapun realisasi belanja negara telah mencapai Rp1.930, 7 triliun atau 58,1 persen dari pagu. Menkeu mengatakan, penyerapan belanja negara sangat cepat lantaran terdapat beberapa momen besar seperti Pemilu, dan adanya bantuan sosial El Nino yang disalurkan kepada masyarakat.

"Pertumbuhannya masih sangat kuat. Seperti diketahui di tahun 2024 ini sejak awal tahun pertumbuhan dari belanja negara double digit. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada kebutuhan Pemilu, Bantuan soial El Nino, ini yang menyebabkan belanja meningkat. Double digit ini masih bertahan hingga Agustus 15,3 persen growthnya belanja negara dibanding tahun lalu," ujarnya.

Selain itu, Menkeu mencatat keseimbangan primer Indonesia masih dalam posisi surplus sebesar Rp161,8 trilin. "Ini adalah kinerja APBN hingga Agustus 2024," pungkasnya.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya