Liputan6.com, Jakarta - Salah satu destinasi wisata utama di Thailand, Chiang Mai, mengalami kebanjiran sejak 5 Oktober 2024. Menurut laporan ThaiRath, hingga Senin, 7 Oktober 2024, ketinggian banjir di Distrik Saraphi, Provinsi Chiang Mai, masih tinggi sehingga beberapa area belum bisa diakses kendaraan darat.
Seorang biksu dari Kuil Chedi Luang berinisiatif mengerahkan dua gajah untuk membantu para korban yang menantikan bantuan pangan dan kebutuhan esensial lain dari tim penyelamat. Biksu Phrakru Sangkaeat Weerawat Weerawatano, juga dikenal sebagai Biksu Odd, membawa dua ekor gajah jantan bernama Khunsaen dan Saenthap untuk mengantarkan tas penyelamat kepada penduduk setempat di daerah tersebut. Kedua gajah tersebut berasal dari Taman Gajah Trakun Saen di distrik Mae Taeng.
Advertisement
Mengutip The Thaiger, Selasa, 8 Oktober 2024, kehadiran kedua gajah itu membawa senyuman dan kegembiraan bagi warga yang banyak di antaranya stres akibat situasi banjir yang tak kunjung usai dan kerugian yang mereka alami. Penduduk setempat, terutama anak-anak, melambai ke arah gajah dengan penuh semangat. Masyarakat yang terdampar di lantai dua rumahnya bisa menerima makanan dan perbekalan langsung dari gajah.
Biksu Odd mengatakan kepada ThaiRath bahwa dia ingin memberikan kebahagiaan kepada masyarakat, menyusul kematian dua gajah di distrik Mae Taeng. Ia mencatat bahwa gajah adalah hewan yang kuat dan cerdas, dan mereka juga merupakan simbol nasional Thailand.
Biksu Odd berharap dapat melatih gajah-gajah tersebut untuk kegiatan amal di masa depan. Meskipun mereka kuat, ia dengan hati-hati menilai ketinggian air, arus, dan kondisi cuaca sebelum membawa gajah-gajah tersebut ke daerah banjir. Dalam laporan terkait di Channel 3 pagi ini, ketinggian air di pusat kota Chiang Mai, termasuk Pasar Malam dan Pasar Warorot, juga dikenal sebagai Kad Luang, terus menurun.
Penyebab Banjir Chiang Mai
Chiang Mai, kota di utara Thailand yang populer di kalangan wisatawan, dilanda banjir besar pada Sabtu, 5 Oktober 2024, saat sungai utamanya meluap setelah hujan musiman yang lebat. Laporan Channel News Asia menyebut pihak berwenang memerintahkan sejumlah evakuasi dan berupaya memompa air keluar dari area permukiman dan membersihkan penghalang dari jalur air dan saluran pembuangan untuk membantu air surut lebih cepat.
Puluhan tempat penampungan didirikan di seluruh kota untuk menampung warga yang rumahnya terendam banjir Thailand. Pemerintah Kota Chiang Mai mengatakan permukaan air Sungai Ping, yang mengalir di sepanjang tepi timur kota, berada pada level kritis dan telah meningkat sejak Jumat, 4 Oktober 2024.
Namun, kantor irigasi provinsi pada Sabtu, 5 Oktober 2024,memperkirakan bahwa permukaan air kemungkinan akan tetap stabil dan surut ke normal dalam waktu sekitar lima hari. Selain manusia, banjir juga berdampak pada gajah dan hewan lainnya.
Media Thailand melaporkan bahwa upaya untuk mengevakuasi gajah dan hewan lain dari beberapa tempat perlindungan dan taman di pinggiran kota terus berlanjut pada hari yang sama. Sekitar 125 gajah, bersama dengan hewan lainnya, dibawa ke tempat yang aman. Beberapa hewan dari Elephant Nature Park melarikan diri sendiri untuk mencari tempat yang lebih tinggi.
Advertisement
Berdampak pada Akses Transportasi
Operator kereta api negara Thailand menghentikan layanan ke Chiang Mai, dengan kereta api di jalur utara dari Bangkok berakhir di Lampang, sekitar satu setengah jam perjalanan ke selatan. Sementara, pihak Bandara Internasional Chiang Mai mengatakan bahwa bandara tersebut beroperasi seperti biasa pada Sabtu, pekan lalu.
Banjir dilaporkan terjadi di 20 provinsi Thailand, sebagian besar di utara. "Setidaknya 49 orang tewas dan 28 orang terluka akibat banjir sejak bulan Agustus," kata Departemen Pencegahan dan Mitigasi Bencana Thailand.
Di ibu kota Thailand, Bangkok, pemerintah mengatakan bahwa mereka akan membiarkan lebih banyak air mengalir keluar dari Bendungan Chao Phraya di Provinsi Chai Nat selama tujuh hari ke depan, karena berisiko melebihi kapasitasnya. Pelepasan air tersebut dapat berdampak pada penduduk di hilir yang tinggal di dekat jalur air di wilayah tengah Thailand, termasuk Bangkok dan wilayah sekitarnya.
2 Gajah Mati Akibat Banjir
Dua ekor gajah secara tragis tenggelam setelah banjir besar di Taman Alam Gajah Chiang Mai di Distrik Mae Taeng. Pihak taman mengonfirmasi kematian dua ekor gajah yang tersapu air banjir. Phang Fah Sai, seekor gajah betina, ditemukan di dekat resor Sibsan, pada Sabtu pagi, pekan lalu. Gajah mati lainnya diyakini adalah Plang Mae Khor, yang kakinya cacat, meskipun staf taman masih berupaya memastikan identitasnya.
Ahli konservasi Saengduean Chailert, pendiri Taman Alam Gajah, menggambarkan Jumat, 4 Oktober 2024, sebagai hari kegelapan dan kesuraman bagi taman tersebut.
"Hewan-hewan kami terapung di air banjir. Gajah kami tidak dirantai, namun tetap berada di kandang berpagar," tulis Saengduean di halaman Facebook-nya. "Air banjir telah mencapai lebih dari 3 meter, melampaui pagar tempat perlindungan hewan dan hampir mencapai atap."
Setelah menerima peringatan banjir pada 3 Oktober 2024, staf mulai mengevakuasi gajah ke tempat yang lebih tinggi. Namun, permukaan air terus meningkat, bahkan membanjiri daerah yang lebih tinggi, kata Saengduean. "Gajah buta kami, Mae Ploydaeng, Plang Mae Meeboon, dan beberapa gajah lainnya tersapu banjir besar di depan mata kami."
Selain gajah, banyak sapi dan kerbau di taman yang hilang akibat banjir. Untungnya, semua kucing dan anjing di kompleks tersebut dilaporkan aman meskipun tidak ada kandang untuk hewan tersebut.
Advertisement