1.700 Mahasiswa DKV se-Indonesia Kumpul di ISI Yogyakarta, Ada Apa?

Kembalinya ISI Yogyakarta sebagai tuan rumah KMDGI ke-15 menandakan kehadiran dan tumbuhnya kembali semangat serta ide besar yang nantinya menjadi landasan kuat mendorong desain grafis lebih relevan di era modern.

oleh Kukuh Setyono diperbarui 09 Okt 2024, 22:00 WIB
Ketua Umum ASPRODI DKV Indonesia, Intan Rizky Mutiaz, di stand mahasiswanya pada ajang KMDGI ke-15 di ISI Yogyakarta, Selasa (8/10/2024). (Kukuh Setyono)

Liputan6.com, Yogyakarta - Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta kembali menjadi tuan rumah ajang Kriyasana Mahasiswa Desain Grafis Indonesia (KMDGI) ke-15 setelah dua dekade lalu. Berlangsung sejak 8-10 Oktober, gelaran KMDGI menjadi ajang tertinggi bagi mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV).

Ketua pelaksana KMDGI ke-15, Nanda Haditia Prayoga menyatakan ajang ini menyediakan ruang menampilkan berbagai ide-ide segar dan penuh kreatif pada karya visual mahasiswa DKV. Selama tiga hari, 1.700 mahasiswa dari 71 perguruan yang memiliki Prodi DKV berkumpul untuk saling berinteraksi melalui berbagai kegiatan. “Setelah dua dekade, akhirnya KMDGI kembali ke ISI Yogyakarta. KMDGI menjadi cerminan para desainer memandang, menyampaikan dan merespon perkembangan zaman lewat desain-desainya,” kata Yoga.

Kembalinya ISI Yogyakarta sebagai tuan rumah KMDGI ke-15 menandakan kehadiran dan tumbuhnya kembali semangat serta ide besar yang nantinya menjadi landasan kuat mendorong desain grafis lebih relevan di era modern. “Tema ‘Siap!?’, kita angkat sebagai respon terhadap era disrupsi yang tengah hadapi. Di era ini, inovasi teknologi dan perubahan sosial berkembang dengan cepat, menantang individu dan komunitas untuk lebih adaptif dan kreatif,” ujarnya.

Tema ini mendorong mahasiswa desain grafis untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan, baik dalam konteks personal, profesional, maupun sosial, dengan solusi yang inovatif dan berdampak. Ketua Umum Asprodi DKV Indonesia, Intan Rizky Mutiaz menyebut perbedaan besar ajang KMDGI kali ini dengan sebelum-sebelumnya adalah hadirnya semangat kolaborasi dalam pemanfaatan teknologi informasi.

“Saya pernah ikut KMDGI ke-3 di sini, saat itu semangat yang dibawa adalah eksistensi diri. Berbagai karya ditampilkan untuk mendapatkan pengakuan. Semangat itu berubah di KMDGI kali ini, mahasiswa DKV bertemu untuk berkolaborasi,” katanya.

Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menegaskan kolaborasi yang bersifat saling mengenal, saling berjaringan mereka akan menemukan inovasi. Terlebih dengan kemajuan teknologi, inovasi yang dihasilkan dari kolaborasi ini akan sangat adaptif dan memberikan makna baru pada dunia desain. Terlebih dunia desain Indonesia yang beragam dan bervariasi namun memiliki kesatuan. Kolaborasi mengusung nilai-nilai lokal akan menjadi pembeda yang unik di tengah keseragaman yang mengglobal. “Saya pikir generasi Z yang mendominasi sebagai mahasiswa mampu beradaptasi sangat baik dengan teknologi. Mereka mampu menghasilkan karya yang sangat variatif,” lanjutnya.

Mewakili dosen-dosen Prodi DKV, Intan sangat berharap di KMDGI ke-15, peserta tidak hanya sekedar bertemu dan saling belajar. Mereka juga dituntut mengisi portofolio dirinya dengan jejaring, maupun karya yang dihasilkan.

Saat memberi sambutan, Rektor ISI Yogyakarta Irwandi menyebutkan bahwa ke depan civitas akademik DKV dituntut untuk terus berkolaborasi sehingga memiliki daya saing menghadapi kompetisi. Kehadiran KMDGI ke-15 di ISI Yogyakarta disebutnya menjadi simbol persatuan dan kolaborasi mahasiswa desain grafis dalam menghadapi tantangan industri kreatif.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya