Benarkah Perubahan Iklim Berdampak pada Badai yang Makin Ekstrem?

Laporan terkait badai ekstrem kerap terjadi. Benarkah hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim?

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Okt 2024, 14:05 WIB
Helene merupakan badai terkuat yang pernah tercatat menghantam wilayah Big Bend, Florida, menerjang wilayah daratan sebelum bergerak ke utara menuju Georgia dan Carolina. (Sean Rayford/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/Getty Images via AFP)

Liputan6.com, Miami - Badan Cuaca Amerika Serikat menyebut badai Milton di Florida, Amerika Serikat membawa angin yang berpotensi menimbulkan bencana, gelombang badai, dan hujan lebat.

Milton adalah badai kesembilan yang akan berlangsung hingga akhir November 2024. Kerap kali, masalah badai yang semakin buruk efeknya dikaitkan dengan masalah perubahan iklim.

Apakah perubahan iklim memengaruhi badai?

Menilai pengaruh perubahan iklim pada masing-masing siklon tropis merupakan tantangan. Badai tersebut relatif terlokalisasi dan berlangsung singkat, dan dapat bervariasi secara signifikan dalam situasi apa pun.

Namun, peningkatan suhu memengaruhi badai ini dalam beberapa cara yang dapat diukur.

Pertama, air laut yang lebih hangat berarti badai dapat menyerap lebih banyak energi, yang menyebabkan kecepatan angin yang lebih tinggi.

Rekor suhu permukaan laut yang tinggi merupakan alasan utama mengapa para ilmuwan AS memperkirakan musim badai Atlantik di atas normal untuk tahun 2024.

Suhu tinggi tersebut terutama disebabkan oleh emisi gas rumah kaca jangka panjang, dikutip dari BBC, Rabu (9/10/2024).

Kedua, atmosfer yang lebih hangat dapat menahan lebih banyak kelembapan, yang menyebabkan curah hujan yang lebih deras.

 


Permukaan Air Laut Meningkat

Ilustrasi badai (NOAA via AP)

Perubahan iklim membuat curah hujan ekstrem dari Badai Harvey pada tahun 2017 menjadi sekitar tiga kali lebih mungkin terjadi, menurut satu perkiraan.

Terakhir, permukaan laut meningkat, terutama karena kombinasi dari gletser dan lapisan es yang mencair, dan fakta bahwa air yang lebih hangat menempati lebih banyak ruang.

Faktor lokal juga dapat berperan. Ini berarti gelombang badai terjadi di atas permukaan laut yang sudah tinggi, memperburuk banjir pesisir.

Misalnya, diperkirakan bahwa ketinggian banjir akibat Badai Katrina pada tahun 2005 -- salah satu badai paling mematikan di Amerika Serikat -- 15-60 persen lebih tinggi daripada yang seharusnya terjadi pada kondisi iklim tahun 1900.

Secara keseluruhan, IPCC menyimpulkan bahwa ada "keyakinan tinggi" bahwa manusia telah berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan yang terkait dengan siklon tropis, dan "keyakinan sedang" bahwa manusia telah berkontribusi terhadap kemungkinan yang lebih tinggi dari siklon tropis yang lebih kuat.

Infografis Kebakaran Hutan dan Bencana Kabut Asap di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya