IHSG Bertahan di Zona Hijau, Investor Asing Jual Saham Rp 165,66 Miliar

Pada perdagangan Selasa, 8 Oktober 2024, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat berada di level tertinggi 7.592,88 dan level terendah 7.449,47.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Okt 2024, 06:35 WIB
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah menghijau hingga penutupan perdaganga saham Selasa, 8 Oktober 2024.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah menghijau hingga penutupan perdaganga saham Selasa, 8 Oktober 2024. Penguatan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham menghijau.

Mengutip data RTI, IHSG ditutup naik 0,71 persen ke posisi 7.557,14. Indeks LQ45 bertambah 1,28 persen ke posisi 939,27. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 7.592,88 dan level terendah 7.449,47. Pergerakan IHSG itu juga didorong dari 290 saham melemah dan 261 saham menguat. Sedangkan 240 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.476.343 kali dengan volume perdagangan 24,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 14,1 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat tercatat 15.654 terhadap rupiah.

Investor asing menjual saham senilai Rp 165,66 miliar pada perdagangan Selasa pekan ini. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 46,90 triliun.

Mengutip Antara, dalam kajian tim riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, bursa regional Asia kompak merosot.

“Pasar terbebani kenaikan dari imbal hasil imbal hasil obligasi Treasury Amerika Serikat (AS) 10 tahun yang naik di atas 4 persen, atau tertinggi sejak akhir Juli," demikian seperti dikutip

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menyebutkna, posisi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September sebesar 123,5, yang mengindikasikan bahwa IKK masih pada level optimis di atas 100, yang artinya keyakinan konsumen terhadap ekonomi dalam negeri tetap terjaga.

 


Kata Pejabat The Fed

The Fed (www.n-tv.de)

Mengutip Antara, dalam kajian tim riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, bursa regional Asia kompak merosot.

“Pasar terbebani kenaikan dari imbal hasil imbal hasil obligasi Treasury Amerika Serikat (AS) 10 tahun yang naik di atas 4 persen, atau tertinggi sejak akhir Juli," demikian seperti dikutip

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa posisi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September sebesar 123,5, yang mengindikasikan bahwa IKK masih pada level optimis di tasa 100, yang artinya keyakinan konsumen terhadap ekonomi dalam negeri tetap terjaga.

Bank Dunia dalam laporan edisi Oktober mengungkapkan bahwa memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen pada 2024 dan 5,1 persen pada 2025. Selain itu, juga menyatakan bahwa di antara negara-negara besar di kawasan Asia Timur dan Pasifik, hanya Indonesia mampu tumbuh pada 2024 dan 2025 pada atau di atas tingkat sebelum pandemi COVID-19.

Dari mancanegara, kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS merupakan imbas dari memupusnya harapan akan pemangkasan suku bunga besar-besaran dari The Fed dalam beberapa bulan mendatang, setelah pernyataan dari Ketua Fed Jerome Powell yang menolak ekspektasi pemotongan suku bunga yang besar dan berkelanjutan.

 


Sentimen The Fed

Ilustrasi The Fed

Gubernur The Fed of St. Louis Alberto Musalem mengungkapkan lebih menyukai penurunan suku bunga yang dilakukan secara bertahap ke depan, sehingga kenaikakan imbal hasil tersebut menekan pasar ekuitas secara global. “Selain itu, pelaku pasar masih terfokus ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah yang terus membebani pasar ekuitas yang sensitif terhadap risiko konflik tersebut,” demikian seperti dikutip

 Di sisi lain, pelaku pasar juga menantikan arah dari hasil briefing China, yang mana National Development and Reform Commission (NDRC) China akan mengadakan press briefing pada awal pekan ini untuk membicarakan paket kebijakan untuk melakukan stimulus pertumbuhan ekonomi China.

Pasar menilai pertemuan tersebut sebagai upaya pemerintah China dalam menghasilkan kebijakan dan juga sebuah harapan dari reformasi ekonomi yang lebih luas , sehingga akan mendorong perbaikan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.


Top Gainers-Losers

Sentimen global kembali memburuk setelah pelaku pasar di Amerika Serikat (AS) khawatir dengan beberapa masalah yang menghantui negaranya. Adapun masalah tersebut yakni krisis perbankan, plafon utang, dan sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

  • Saham LMPI melonjak 34,41 persen
  • Saham BTEK melonjak 33,33 persen
  • Saham JSPT melonjak 24,78 persen
  • Saham KOPI melonjak 21,78 persen
  • Saham DSFI melonjak 16,07 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

  • Saham GRIA merosot 29,44 persen
  • Saham POLU merosot 24,52 persen
  • Saham TAXI merosot 20 persen
  • Saham CNKO merosot 14,29 persen
  • Saham BEBS merosot 14,29 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

  • Saham BBRI senilai Rp 2,6 triliun
  • Saham BBCA senilai Rp 1 triliun
  • Saham BMRI senilai Rp 931,6 miliar
  • Saham BBNI senilai Rp 480,3 miliar
  • Saham TLKM senilai Rp 398,7 miliar

 

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

  • Saham AWAN tercatat 77.084 kali
  • Saham VERN tercatat 71.798 kali
  • Saham BBRI tercatat 68.117 kali
  • Saham BSBK tercatat 60.759 kali
  • Saham PTMR tercatat 55.044 kali

Bursa Saham Asia Pasifik

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Mengutip Antara, bursa saham Asia Pasifik pada Selasa sore antara lain Indeks Nikkei terpangkas 395,19 poin atau 1,00 persen ke 38.937,50, indeks Hang Seng melemah 2.172,99 poin atau 9,41 persen ke 20.926,78, dan Indeks Straits Times turun 19,29 poin atau 0,54 persen ke 3.579,89. Sementara itu, indeks Shanghai (China) libur dalam rangka memperingati Golden Week negara tersebut.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya