Mata Malas pada Anak, Dokter: Cegah Buta Permanen, Pasien Harus Diterapi Sebelum 5 Tahun

Terapi untuk kasus mata malas harus dilakukan sebelum usia lima tahun. Jika dilakukan di atas lima maka sudah sulit disembuhkan.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 09 Okt 2024, 07:01 WIB
Mata malas atau ambliopia harus ditangani sejak usia di bawah lima tahun.

Liputan6.com, Bandung Mata malas atau ambliopia adalah penurunan perkembangan penglihatan yang terjadi ketika otak tidak menerima rangsangan normal dari mata.

Ambliopia harus ditangani sejak usia di bawah lima tahun. Jika tidak, bisa menyebabkan penglihatan hilang secara permanen alias buta sepertii disampaikan dokter spesialis mata konsultan Feti Karfiati Memed.

"Hanya anak-anak yang bisa mengalami ambliopia. Jika tidak diterapi pada masa anak-anak, hal ini akan mengakibatkan hilangnya penglihatan secara permanen," ujar Feti dalam konferensi pers Hari Penglihatan Sedunia yang digelar Senin, 7 Oktober 2024.

Terapi untuk kasus mata malas harus dilakukan sebelum usia lima tahun. Jika dilakukan di atas lima maka sudah sulit disembuhkan. Selain itu, kehilangan penglihatan permanen dapat mulai terjadi jika terapi dilakukan setelah usia 8 hingga 10 tahun.

Dokter yang sehari-hari praktik di RS Cicendo ini menuturkan penyebab paling umum dari hilangnya penglihatan pada orang dewasa usia 20 hingga 70 tahun adalah ambliopia yang tidak diobati dengan baik pada masa anak-anak.

Ambliopia sering disebabkan oleh kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, strabismus atau mata juling, serta kelainan di dalam mata seperti katarak.

Faktor Risiko Ambliopia

Feti menerangkan anak-anak berisiko mengalami ambliopia karena memiliki riwayat keluarga dengan strabismus atau mata juling, mata malas, atau penggunaan kacamata sejak kecil.

Lalu, riwayat medis seperti kelahiran prematur, perkembangan terlambat, dan diabetes juga dapat meningkatkan risiko ambliopia.

Selain itu, riwayat masalah mata seperti mata juling, mata berair, ptosis, dan penglihatan kabur juga perlu diperhatikan.

 


Kapan Perlu Skrining Mata pada Anak?

Skrining pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan pada usia sekitar 35 bulan atau usia 0 hingga 2 tahun, untuk mengetahui riwayat kesehatan, termasuk masalah mata pada keluarga.

"Kemudian, cek penglihatan pergerakan mata atau adanya nistagmus, jadi matanya tidak diam, dia bergerak terus, kemudian bagaimana posisi bola mata apakah ada juling, dan refleks pada kornea serta cover tes untuk melihat ada juling atau tidak," tutur Feti.

Skrining berikutnya dilakukan pada usia 36 hingga 47 bulan, atau sekitar 3 hingga 4 tahun. Pada usia ini, anak seharusnya mampu mengukur ketajaman penglihatannya dan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/50 di masing-masing mata.

Pemeriksaan dilakukan pada jarak 10 kaki atau 3 meter dan mata yang tidak diperiksa harus tertutup dengan benar.

Skrining selanjutnya dilakukan ketika anak berusia di atas 60 bulan atau 5 tahun. Anak diharapkan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/30 di setiap mata, dan skrining ulang dianjurkan setiap tahun.

 


Kemenkes: Pengobatan Ambliopia Ditanggung BPJS Kesehatan

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan, sebagian pembiayaan kesehatan untuk ambliopia atau kasus-kasus anak lainnya akan ditanggung oleh BPJS, jika mereka terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.

"Dalam rangka Hari Kesehatan Mata, kami benar-benar ingin mengingatkan kepada masyarakat, terutama untuk melakukan deteksi lebih dini, dan kalau memang kita perlu perkuat guru-guru di sekolah agar dapat memperhatikan anak didiknya. Kalau anak didik duduk pada jarak tertentu tapi tidak bisa baca, ini harus segera dikonsultasikan," ucap Nadia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya