Liputan6.com, Jakarta Ambisi para ilmuwan membangun kehidupan di luar angkasa terus dipelajari. Sebuah inovasi terbaru menggunakan tepung kentang sebagai material bangunan untuk rumah luar angkasa. Penelitian unik ini dikembangkan oleh ilmuwan di University of Manchester dan diberi nama Starcrete.
Material beton yang digunakan di Bumi terlalu berat untuk dibawa ke luar angkasa. Starcrete, yang terbuat dari tepung kentang, menawarkan solusi baru yang lebih ringan dan kuat. Proyek ini diujicobakan dengan menggunakan tanah Mars buatan.
Advertisement
Dalam uji coba, Starcrete terbukti dua kali lebih kuat dibandingkan beton biasa. Para peneliti menciptakan batu bata dari tepung kentang yang mampu menahan tekanan ekstrem. Teknologi ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk membangun rumah di luar angkasa dalam waktu dekat.
Penelitian ini penting karena manusia berencana menetap di planet seperti Mars atau Bulan. Berikut Liputan6.com merangkum fakta unik tepung kentang bisa dijadikan bahan bangunan di luar angkasa melansir dari jurnal De Gruyter, Rabu (9/10/2024).
Ketahanan Tepung Kentang di Planet Lain
Starcrete adalah hasil penelitian dua ilmuwan dari University of Manchester. Material ini dikembangkan untuk mengatasi masalah berat dan ketahanan beton di luar angkasa. Tepung kentang menjadi komponen utama dari Starcrete, yang terbukti lebih kuat dari beton biasa.
Menurut penelitian, Starcrete mampu menahan tekanan hingga 91 Megapascal. Hal ini jauh lebih kuat dibandingkan beton biasa yang hanya mampu menahan 32 Megapascal. Ketahanan ini penting untuk menghadapi kondisi ekstrem di Mars dan Bulan.
Tepung kentang dipilih karena ringan dan mudah dibawa ke luar angkasa. Selain itu, kentang juga dapat tumbuh dengan mudah di planet lain. Hal ini menjadikan tepung kentang solusi ideal untuk material rumah luar angkasa.
"Kami mencoba menciptakan material yang kuat namun mudah didapat di luar angkasa," ujar Dr. Aled Roberts, salah satu peneliti utama.
Advertisement
Lebih Kuat dari Beton
Beton yang digunakan di Bumi memiliki kelemahan utama untuk penggunaan di luar angkasa. Beratnya yang signifikan membuatnya sulit untuk dibawa dengan roket. Selain itu, beton mungkin tidak tahan terhadap suhu ekstrem dan kondisi buruk di planet seperti Mars.
Tekanan yang dihadapi material di luar angkasa sangat berbeda dengan di Bumi. Beton biasa mungkin akan retak di bawah tekanan tinggi di planet lain. Hal ini membuat peneliti harus mencari alternatif yang lebih kuat dan tahan lama.
Beton biasa juga tidak dapat menghadapi perubahan suhu yang ekstrem di luar angkasa. Material seperti Starcrete yang terbuat dari tepung kentang mampu menahan perubahan suhu drastis. Inilah alasan mengapa material baru ini begitu penting dalam misi eksplorasi luar angkasa.
"Beton terlalu berat dan mungkin tidak bertahan di Mars atau Bulan. Kami butuh solusi baru," jelas Dr. Roberts dalam laporan penelitiannya. Starcrete dianggap sebagai terobosan penting untuk mengatasi masalah ini.
Jadi Makanan Sekaligus Bahan Bangunan
Ingat film Martian karya Ridley Scott yang mengisahkan seorang bertahan di Mars? Benar saja, pemeran Matt Damon menanam kentang di luar angkasa. Tak heran tepung kentang dipilih karena fleksibilitas dan ketersediaannya yang mudah. Kentang dapat tumbuh di berbagai kondisi, termasuk lingkungan luar angkasa.
Dalam uji coba, 55 pon kentang kering bisa menghasilkan sekitar 200 batu bata Starcrete. Jumlah ini cukup untuk membangun struktur dasar rumah luar angkasa. Kentang tidak hanya menjadi sumber makanan tetapi juga material bangunan.
Starcrete menawarkan keuntungan ganda bagi astronot. Mereka bisa menanam kentang untuk makan sekaligus membuat bahan bangunan. Penemuan ini membuka peluang besar untuk misi jangka panjang di luar angkasa.
"Kentang adalah solusi yang praktis, karena astronot bisa menanamnya sendiri," tambah Dr. Roberts. Penelitian ini bisa mengubah cara kita melihat material bangunan di masa depan.
Advertisement
Sempat Pakai Darah
Sebelumnya, ilmuwan sempat mengembangkan material bangunan luar angkasa yang terbuat dari darah manusia. Konsep ini didasarkan pada penggunaan protein dari darah yang dicampur dengan regolit Mars. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa tepung kentang jauh lebih efektif dibandingkan darah.
Starcrete, yang menggunakan tepung kentang, memiliki kekuatan yang lebih stabil dan praktis untuk diproduksi dalam jumlah besar. Sementara itu, penggunaan darah sebagai material menimbulkan tantangan etis dan praktis. Selain itu, darah manusia tidak dapat dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar tanpa membahayakan kesehatan astronot.
Tepung kentang juga lebih ramah lingkungan dan mudah didapatkan. Proses pembuatannya lebih sederhana dan tidak memerlukan metode khusus seperti ekstraksi protein dari darah.