Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mengumumkan laporan perubahan kepemilikan saham Perseroan yang dimiliki oleh dewan direksi dan komisaris pada awal Oktober 2024.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) ditulis Rabu (9/10/2024), sejumlah komisaris dan direksi membeli saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada 1 Oktober 2024. Harga rata-rata pembelian saham SMGR tersebut sebesar Rp 3.857,44.
Advertisement
Komisaris dan direksi yang membeli saham SMGR antara lain Komisaris Sony Subrata, Lydia Silvanna Djaman dan Yustinus Prastowo. Selain itu, Direktur Utama Donny Arsal, Direktur Supply Chain Yosviandri, Direktur SDM dan Umum Agung Wiharto, Direktur Keuangan dan Manajemen Portofolio Andriano Hosny Panangian, Direktur Bisnis dan Pemasaran Subhan dan Direktur Operasi Reni Wulandari.
Adapun tujuan pembelian saham SMGR tersebut untuk investasi dan long term incentive program yang merupakan bagian dari tantiem yang didapatkan oleh manajemen dengan status kepemilikan langsung. Berikut rincian pembelian saham SMGR tersebut:
1.Direktur Utama Semen Indonesia Donny Arsal
Donny Arsal membeli saham SMGR 312.900 dengan harga pembelian per saham Rp 3.857,44 pada 1 Oktober 2024 dengan status kepemilikan langsung. Dengan pembelian saham SMGR itu, Donny memiliki saham SMGR dari 956.800 atau 0,01 persen menjadi 1.269.700 saham atau setara 0,018 persen.
2.Direktur Bisnis dan Pemasaran Semen Indonesia Subhan
Subhan membeli 188.700 saham SMGR dengan harga pembelian saham Rp 3.857,44 pada 1 Oktober 2024. Tujuan pembelian saham itu untuk investasi dengan status kepemilikan langsung. Setelah transaksi, Subhan memiliki 338.700 saham SMGR atau setara 0,005 persen dari sebelumnya 150.000 atau setara 0,002 persen.
3.Direktur Operasi PT Semen Indonesia Tbk Reni Wulandari
Reni membeli 188.700 lembar saham SMGR dengan harga Rp 3.857,44 pada 1 Oktober 2024. Tujuan pembelian saham SMGR untuk investasi dengan status kepemilikan langsung. Sebelumnya ia belum memiliki saham SMGR, dan kini memiliki 188.700 saham SMGR.
4.Direktur SDM dan Umum PT Semen Indonesia Tbk Agung Wiharto
Agung membeli 266.000 saham SMGR dengan harga pembelian per saham Rp 3.857,44 pada 1 Oktober 2024. Setelah membeli saham SMGR, ia memiliki 521.139 saham SMGR dari sebelumnya 255.139 saham SMGR.
Direksi dan Komisaris SMGR Tambah Kepemilikan Saham
5. Direktur Supply Chain PT Semen Indonesia Tbk Yosviandri
Yosviandri membeli 266.000 saham SMGR dengan harga pembelian per saham Rp 3.857,44 pada 1 Oktober 2024. Pembelian saham SMGR tersebut untuk investasi dengan status kepemilikan langsung. Setelah transaksi, Yosviandri memiliki 414.300 saham SMGR dari sebelumnya 148.300 saham.
6.Direktur Keuangan dan Manajemen Portofolio PT Semen Indonesia Tbk Andriano Hosny Panangian
Andriano mengenggam 266.000 saham SMGR dengan harga pembelian saham Rp 3.857,44 pada 1 Oktober 2024. Setelah pembelian saham SMGR, Andriano menggenggam 381.300 saham SMGR atau setara 0,005 persen dari sebelumnya 115.300 saham SMGR atau setara 0,001 persen.
7.Komisaris PT Semen Indonesia Tbk Yustinus Prastowo
Yustinus membeli saham SMGR sebesar 89.900 saham SMGR pada 1 Oktober 2024 dengan harga pembelian Rp 3.857,44 per saham. Setelah transaksi itu, Yustinus kini memiliki 89.900 saham SMGR dari sebelumnya tidak ada.
8.Komisaris PT Semen Indonesia Tbk Lydia Silvana Djaman
Lydia membeli 126.700 saham SMGR dengan harga pembelian per saham Rp 3.857,44 pada 1 Oktober 2024 dengan status kepemilikan langsung. Tujuan transaksi ini untuk long term incentive program dan saham ini merupakan bagian dari tantimen yang didapatkan oleh manajemen. Setelaht ransaksi, Lydia memiliki 199.600 saham SMGR atau setara 0,0029 persen dari sebelumnya 72.900 saham SMGR.
Advertisement
Analis Sebut Sektor Semen di Indonesia Masih Perlu Banyak Stimulus
Sebelumnya, Senior Equity Analyst Sinarmas Sekuritas, Yosua Zisokhi menuturkan, sektor semen di Indonesia masih butuh banyak stimulus untuk mendorong pertumbuhan di tengah kondisi oversupply.
"Evolusi dari semen sebelum 2014 dan 2015 penggunaan semen berbanding dengan demand, sangat tinggi di atas 80 persen. Sekarang ini supply demand dari semen masih rendah di bawah 60 persen," kata Yosua dalam Webinar Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Selasa, 24 September 2024.
Yosua menambahkan, hal ini dapat menyebabkan perang harga terutama dari produsen baru yang ingin mendapatkan pangsa pasar. Maka dari itu, menurut Yosua produsen semen seperti Semen Indonesia dan Indocement harus berbenah.
Memasuki rezim suku bunga rendah, Yosua berharap demand pada sektor properti akan meningkat yang dapat memberi sentimen positif untuk industri semen di Indonesia.
"Suku bunga turun seharusnya membuat demand dari sektor properti meningkat tapi efeknya lama. Jadi sebelum itu terjadi, industri semen masih kesulitan untuk bisa bertumbuh," ujar dia.
Selain itu adanya penurunan budget infrastruktur pada tahun depan juga menjadi salah satu tantangan untuk sektor semen di Indonesia. Maka dari itu, sektor properti masih ditunggu yang bisa membuat sektor semen kembali alami kenaikan.
Adapun sepanjang pertengahan 2024, Yosua mengungkapkan permintaan dari semen di Indonesia berkutat di daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Hal ini didorong oleh lokasi Ibu Kota yang berpindah ke daerah tersebut.
Kinerja Semester I 2024
Sebelumnya, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) membukukan penurunan kinerja baik dari sisi pendapatan maupun laba pada semester I 2024. Hingga 30 Juni, pendapatan perseroan turun 3,64 persen menjadi Rp 16,41 triliun dari Rp 17,03 triliun ada semester I 2023.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, Jumat (2/8/2024), beban pokok pendapatan turun menjadi Rp 12,55 triliun dibandingkan semester I 2023 yang sebesar Rp 12,62 triliun. Sehingga diperoleh laba kotor Rp 3,86 triliun, turun dari Rp 4,42 triliun pada semester I 2023.
Pada semester I 2024, perseroan membukukan beban penjualan Rp 3,86 triliun, beban umum dan administrasi Rp 1,19 triliun, dan penghasilan keuangan Rp 142,43 miliar. Kemudian beban keuangan tercatat sebesar RP 661,98 miliar, bagian atas hasil bersih entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp 7,45 miliar, dan beban operasi lainnya sebesar Rp 10,11 miliar.
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 501,48 miliar. Laba itu turun 42,11 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang sebesar RP 866,24 miliar.
Aset sampai Juni 2024 turun menjadi Rp 78,02 triliun dari RP 81,82 triliun pada semester I 2023. Liabilitas turun menjadi Rp 28,12 triliun dari Rp 31,77 triliun pada Desember 2023. Ekuitas turun tipis menjadi Rp 47,75 triliun pada semester I 2024 dibanding akhir tahun lalu yang sebesar Rp 47,8 triliun.
Advertisement