Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan ini penuh dengan berbagai bentuk ujian, dan salah satu yang sering menjadi perdebatan adalah kondisi fisik seseorang, seperti kebutaan atau tunanetra.
Banyak yang memandang buta sebagai kekurangan, tetapi ada pandangan berbeda mengenai hal ini. Dalam sebuah ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat (UAH), ditekankan bahwa kebutaan bisa jadi merupakan bentuk rahmat dari Allah SWT.
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube @DakwahLegacy9, UAH menjelaskan, “Melihat orang yang diizinkan oleh Allah untuk tidak melihat, itu cara pandangnya akan berbeda. Manusia menyebutnya buta, tapi secara syariat itu menjadi rahmat.”
Dia menambahkan bahwa kebutaan itu adalah sebuah perlindungan, di mana Allah menutup pandangan seseorang dari maksiat.
Lebih lanjut, UAH mengungkapkan bahwa meskipun seseorang dianggap buta secara fisik, Allah sebenarnya menginginkan agar dia tidak melihat maksiat selama hidupnya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Hikmahnya
“Jika ada yang vonis bahwa dia buta permanen, bukan buta sebetulnya,” ujarnya. Ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Allah, ada hikmah di balik setiap keadaan yang dialami hamba-Nya.
Setiap orang yang diberi ujian kebutaan diharapkan dapat menggunakan panca indra lainnya untuk mencari bekal kebaikan. UAH menjelaskan bahwa di hadapan Allah, semua amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan.
“Kan semua ini akan dihisab dari ujung kepala sampai ujung kaki,” jelasnya. Hal ini menegaskan bahwa tidak ada yang terlewatkan dalam pengawasan Allah.
Ada kalanya seseorang yang buta dapat merasakan dunia dengan cara yang berbeda, bahkan lebih mendalam dibandingkan mereka yang melihat. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka belajar untuk mengandalkan indra lain, seperti pendengaran dan penciuman, untuk memahami dan menjalani hidup. Ini adalah cara mereka beradaptasi dan menemukan kebaikan di tengah keterbatasan.
Ustad Adi Hidayat menekankan pentingnya syukur dalam menghadapi setiap ujian. “Tinggal bagaimana ia menggunakan organ lainnya untuk mencari bekal kebaikan,” kata UAH. Setiap individu diharapkan tidak hanya menerima takdirnya, tetapi juga berusaha untuk tetap berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain.
Dengan pandangan yang positif, seseorang yang buta dapat menjadikan keadaan ini sebagai motivasi untuk terus berbuat kebaikan. Allah mengizinkan mereka untuk tidak melihat hal-hal yang dapat menjauhkan mereka dari jalan-Nya. “Kalau diizinkan oleh Allah melihat kembali, maka belajar dari apa yang telah Allah tutupi untuk melihat yang baik-baik yang taat,” ungkap UAH.
Advertisement
Jangan Pernah Menghakimi
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak menghakimi orang lain hanya berdasarkan kondisi fisik mereka. Justru, banyak pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari mereka. Mereka sering kali memiliki kebijaksanaan dan pandangan hidup yang lebih dalam, karena telah melalui ujian yang tidak mudah.
Memahami dan menerima rahmat dalam bentuk kebutaan adalah langkah awal untuk menjadikan hidup lebih berarti. UAH mengajak kita semua untuk menyadari bahwa setiap ujian yang diberikan Allah adalah bentuk kasih sayang-Nya. Ketika kita mampu memandang setiap keadaan dengan hati yang penuh syukur, hidup kita akan terasa lebih berwarna.
Dengan cara ini, kita diajarkan untuk berfokus pada kebaikan dan kebahagiaan, meskipun dalam keterbatasan. Melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda memungkinkan kita untuk lebih menghargai hidup. Setiap detik yang kita jalani adalah kesempatan untuk bersyukur dan berbuat baik.
Sebagai manusia, kita harus belajar untuk melihat ke dalam diri sendiri, menyadari bahwa setiap orang memiliki ujian masing-masing. Ustad Adi Hidayat menekankan pentingnya introspeksi dan pengembangan diri, terlepas dari kondisi fisik yang dimiliki seseorang. “Kalau memahami semua seperti itu, maka semua hidup kita setiap waktunya akan diarahkan pada syukur,” tutupnya.
Dengan demikian, mari kita bersama-sama menghargai setiap bentuk ujian dan rahmat yang diberikan Allah. Kebutaan, atau keterbatasan lainnya, bukanlah akhir dari segalanya. Justru, itu adalah awal dari perjalanan untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam.
Akhir kata, mari kita terus berusaha untuk menjalani hidup dengan penuh rasa syukur, dan menjadikan setiap keadaan sebagai peluang untuk berbuat baik. Semoga kita semua bisa memahami rahmat di balik setiap ujian yang diberikan kepada kita.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul