Liputan6.com, Jakarta - Israel terus melancarkan serangannya ke Beirut, Lebanon, untuk menargetkan Hizbullah. Serangan udara maupun darat oleh IDF atau tentara Israel bahkan menargetkan beberapa area Blue Line atau (Garis Biru atau zona demiliterisasi), kata Juru Bicara PBB Stéphane Dujarric yang dijaga patroli pasukan penjaga perdamaian PBB (United Nations Interim Force in Lebanon/UNIFIL).
Israel sempat menyerukan pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) untuk memindahkan pasukan yang ditempatkan di dekat perbatasan Lebanon. Kendati demikian, mereka menolak seruan tersebut.
Advertisement
Meski demikian, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk operasi perdamaian Jean-Pierre Lacroix menegaskan bahwa mereka akan tetap melanjutkan misinya. Hal ini juga yang dipegang teguh oleh pasukan UNIFIL Indonesia yang bertugas di Lebanon.
"Sebagai bagian pasukan PBB, pasukan kita tetap ikut perintah force commander UNIFIL," tutur Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) Rolliansyah Soemirat saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (9/10/2024).
Pasukan Indonesia, kata dia, dalam kondisi baik namun tetap waspada.
Diplomat yang akrab dipanggil Roy itu menegaskan bahwa Indonesia tidak akan menarik pasukannya secara sepihak, bahkan jika eskalasi konflik meningkat.
"Pada prinsipnya akan ikut keputusan PBB," kata dia, seraya mengatakan bahwa Kemlu RI dan TNI terus berkoordinasi dalam menyiapkan rencana kontigensi.
Roy juga mengatakan PBB terus memberikan informasi di lapangan kepada seluruh negara yang mengirim pasukan ke sana.
"Sejauh yang kami tahu, informasi dari negara negara tergabung di UNIFIL saat ini masih terus sampaikan dukungannya kepada UNIFIL," imbuh dia.
Pasukan Perdamaian UNIFIL Indonesia Terbanyak
Roy menyebut bahwa saat ini Indonesia menyumbangkan personel terbanyak dalam pasukan perdamaian UNIFIL.
"Saat ini tercatat 1.230 personel Indonesia yang tergabung di UNIFIL," katanya.
"Terbesar di antara kontingen negara lain di UNIFIL dan terbesar di antara kontingen Garuda kita untuk misi-misi PBB lainnya."
Melansir laman resmi PBB, saat ini ada hampir 11.000 orang bekerja di misi tersebut, termasuk sekitar 10.000 personel militer, serta sekitar 550 warga sipil lokal dan 250 warga sipil internasional.
Sekitar 50 negara yang berbeda menyumbangkan pasukan untuk misi tersebut. Saat ini, Indonesia merupakan penyumbang terbesar dengan lebih dari 1.200 personel berseragam.
Advertisement
Peran Pasukan UNIFIL
Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL memainkan peran penting dalam membantu menghindari eskalasi dan kesalahpahaman yang tidak disengaja antara Israel dan Lebanon melalui mekanisme penghubung misi.
Mereka berpatroli di Lebanon selatan untuk memantau secara tidak memihak apa yang terjadi di lapangan dan melaporkan pelanggaran Resolusi 1701.
Pasukan penjaga perdamaian juga mendukung Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) melalui pelatihan, untuk membantu memperkuat penempatan LAF di Lebanon selatan sehingga mereka akhirnya dapat mengambil alih tugas keamanan yang saat ini dilakukan oleh pasukan penjaga perdamaian.
Pasukan penjaga perdamaian tetap berada di posisi mereka dan terus melaksanakan tugas yang diamanatkan, meskipun patroli dan kegiatan logistik jauh lebih menantang karena situasi keamanan saat ini.
Mereka mungkin harus kembali ke pangkalan mereka atau bahkan pergi ke tempat perlindungan jika ada kemungkinan ancaman yang akan segera terjadi terhadap keselamatan mereka.