Liputan6.com, Jakarta - Rupiah mengalami penguatan pada Rabu, 9 Oktober 2024. Rupiah ditutup menguat 25,5 poin terhadap dolar AS (USD) pada perdagangan Rabu sore (9/10/2024), setelah menguat 65 poin di level Rp 15.629,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.655.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.610 – Rp 15.730,” ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (9/10/2024).
Advertisement
Ibrahim menambahkan, investor berhenti sejenak untuk menilai prospek suku bunga untuk Amerika Serikat (AS).
"Kalender data AS yang sedikit minggu ini memberikan jeda setelah laporan pekerjaan yang kuat Jumat lalu menyebabkan dolar menguat dan membuat pasar meredam skala penurunan suku bunga yang diharapkan,” kata Ibrahim.
Pada Rabu, 9 Oktober 2024, investor akan melihat hasil risalah rapat Federal Reserve (the Fed) pada September, yang akan menunjukkan diskusi tentang apa yang pada saat itu tampak sebagai pasar tenaga kerja yang memburuk yang berakhir dengan semua kecuali satu pembuat kebijakan menyetujui pemotongan 50 basis poin.
Namun, data penggajian nonpertanian yang kuat telah membuat pasar menilai kembali ekspektasi penurunan suku bunga the Fed dalam waktu dekat.
CME FedWatch Tools kini menunjukkan, investor memperkirakan ada sekitar 85% peluang penurunan seperempat basis poin yang diperhitungkan, serta kemungkinan kecil the Fed akan membiarkan suku bunga tidak berubah.
Sementara itu, di Asia, Perdana Menteri baru Jepang Shigeru Ishiba mengejutkan pasar dengan pernyataannya baru-baru ini bahwa negara itu belum siap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Investor tetap fokus pada China setelah gejolak pasar di sana dan Hong Kong pada sesi sebelumnya.
Beijing mengatakan pada Selasa kalau "sangat yakin" akan mencapai target pertumbuhan setahun penuh tetapi menahan diri untuk tidak memperkenalkan langkah-langkah fiskal yang lebih kuat, mengecewakan investor yang telah mengandalkan lebih banyak stimulus dari para pembuat kebijakan untuk mengembalikan ekonomi ke jalurnya, Ibrahim menyoroti.
Keyakinan Konsumen Tetap Terjaga pada September 2024
Di dalam negeri, Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada September 2024 menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga.
Hal ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2024 yang berada pada level optimis, yakni sebesar 123,5.
Survei Konsumen BI juga mengungkapkan, kuatnya keyakinan konsumen pada bulan September didorong oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan yang tetap optimis.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) September 2024 tercatat masing-masing sebesar 113,9 dan 133,1. Pada September 2024, keyakinan konsumen terpantau tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan IKK tercatat pada responden dengan pengeluaran Rp3,1 – Rp4 juta.
"Selain itu, Konsumsi Masyarakat mengalami peningkatan pada September 2024. Namun, pada periode yang sama tingkat tabungan masyarakat mengalami penurunan. Artinya, masyarakat masih cenderung makan tabungan (mantab) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," papar Ibrahim.
Advertisement
Menanti Data The Fed, Rupiah Dibuka Menguat dari Dolar AS
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu diprediksi bakal menguat, seiring dengan pasar yang menantikan rilis notulen rapat bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
Dikutip dari Antara, Rabu (9/10/2024), di awal perdagangan, rupiah tercatat menguat 24 poin atau sekitar 0,16 persen menjadi 15.631 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di 15.655 per dolar AS.
"Rupiah hari ini diperkirakan bakal menguat. Ini dipengaruhi oleh ekspektasi terhadap notulen rapat The Fed yang akan keluar besok, indeks dolar AS yang relatif stabil, serta rencana China untuk menambah stimulus ekonomi," ujar Rully Nova.
Arah Kebijakan The Fed
Notulen rapat The Fed diprediksi bakal memberikan gambaran mengenai arah kebijakan suku bunga mereka, dengan fokus utama pada bagaimana menjaga keseimbangan antara pengendalian inflasi dan menjaga data tenaga kerja agar tetap stabil.
Di sisi lain, dari dalam negeri, pelaku pasar juga memperhatikan hasil survei penjualan eceran yang dirilis hari ini.
Rully memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran 15.575 hingga 15.655 per dolar AS sepanjang hari ini.
BI Sebut Central Counterparty Bakal Genjot Transaksi Dolar AS ke Rupiah, Segini Nilainya
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI), bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan lembaga baru yakni Central Counterparty (CCP) pada Senin, 30 September 2024.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, CCP untuk menaikkan transaksi Domestic Non Delivery Forward (DNDF) dari saat ini USD 100 juta per hari, menjadi USD 1 miliar per hari hingga 2030 atau naik 900%. Sebagai catatan, transaksi DNDF merupakan transaksi derivatif valuta asing terhadap Rupiah berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik.
"Kita harus malu diri sendiri karena DNDF sekarang per day baru USD 100 juta per hari, yuk dalam lima tahun kita tingkatkan menjadi USD 1 miliar per hari," ungkap Perry, dalam Peluncuran Central Counterparty (CCP) yang disiarkan secara daring pada Senin (30/9/2024).
Adapun, transaksi repurchase agreement atau repo juga akan ditingkatkan setelah hadirnya CCP, dari saat ini berkisar Rp.14 triliun menjadi Rp.30 triliun dalam lima tahun mendatang atau naik 114,28%.
"Untuk repo dari Rp14 triliun menjadi Rp 30 triliun per hari di 2030," beber Perry.
Advertisement
Kenaikan Transaksi
Perry juga mencatat, kenaikan transaksi DNDF dan Repo akan terjadi karena berbagai risiko transaksi dengan CCP akan lebih kecil dibandingkan skema over the counter yang dilakukan industri keuangan selama ini, sehingga akan mendongkrak aktivitas transaksinya.
"Karena tersentralisasi dengan close out netting, maka risiko antar partynya bisa kita minimalkan. Ini menjadi credit risknya yang sangat tinggi," katanya.
CCP adalah lembaga yang berperan dalam menjalankan kliring dan pembaruan utang (novasi) bagi transaksi anggotanya. CCP ini dibentuk berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), serta amanat Financial Stability Board G20 kepada para anggotanya.
8 bank yang menjadi peserta dan penyetor modal awal CCP yaitu Mandiri, BRI, BNI, BCA, CIMB Niaga, Danamon, Maybank, dan Permata dalam CCP ini. Pada Agustus 2024, mereka menyepakati pengembangan Central Counterparty (CCP) di Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (PUVA).