Kisah Berdirinya SLB Mandiri Putra yang Berpartisipasi di Peparnas 2024, Ketuk Pintu Hati Orangtua ABK dari Pintu ke Pintu

Mengumpulkan siswa ABK untuk belajar di SLB Mandiri Putra bukanlah hal mudah, begini kisah perjuangan sang kepala sekolah.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 10 Okt 2024, 12:00 WIB
Kisah Berdirinya SLB Mandiri Putra yang Berpartisipasi di Peparnas 2024, Ketuk Pintu Hati Orangtua ABK dari Pintu ke Pintu, Solo (9/10/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - SLB Mandiri Putra Jumapolo, Karanganyar menjadi satu-satunya sekolah luar biasa yang mendirikan stand di halaman Stadion Manahan, Solo untuk ikut memeriahkan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024.

Kepala sekolah SLB Mandiri Putra Ita Sulistyowati menceritakan, sekolah ini merupakan yayasan keluarga yang ia rintis dari nol pada 2017. Kini, ada 75 siswa berkebutuhan khusus yang menimba ilmu di sana.

“Tapi karena masih banyak anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekitar sekolah yang belum terlayani, akhirnya kita merintis satu sekolah lagi. Dan sekolah ini kebetulan sudah ada 15 anak ini, namanya SLB Mandiri Putra Bangsa jadi berbeda kecamatan yakni di Jatipuro,” kata Ita kepada Disabilitas Liputan6.com saat ditemui di Stadion Manahan, Surakarta, Rabu (9/10/2024).

Perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan luar biasa di Universitas Sebelas Maret (UNS) ini melihat ABK sebagai anak-anak yang unik dan butuh tempat atau wadah untuk menggali potensi mereka. Hal ini melatarbelakangi Ita untuk mendirikan SLB tersebut.

“Dan kebetulan di daerah itu berpuluh-puluh tahun tidak ada SLB, jadi memang ABK di sana sangat banyak dan belum terlayani sama sekali.”

Adapun siswa disabilitas yang belajar di sana memiliki berbagai ragam, mulai dari low vision, tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, gangguan perilaku, dan autisme.

 


Mengetuk Pintu Hati Orangtua dari Pintu ke Pintu

Gunakan Mulut, Begini Mahirnya Seniman Cilik Lukis Maskot Peparnas 2024 Kebo Bule, Solo (9/10/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Ita menambahkan, mengumpulkan siswa ABK untuk belajar di SLB Mandiri Putra bukanlah hal mudah. Ia harus mensosialisasikan dari pintu ke pintu dan membujuk orangtua anak disabilitas agar menyekolahkan buah hatinya di sekolah gratis itu.

“SLB kami di pinggiran kota dan mohon maaf kalau di desa itu kan minim edukasi, kita melakukan penjaringan secara berkala. Jadi setiap dua tahun sekali kami melakukan penjaringan door to door,” kenang Ita.

“Jadi ketuk pintu satu-satu, kita ada data dari kelurahan tentang alaman anak berkebutuhan khusus. Kami datangi satu per satu, kami kasih tahu soal SLB, dikasih alat tulis, kita kasih gambaran sekolahnya seperti apa terus kegiatannya ada apa saja, kita sosialisasikan.”


Tak Mudah Buka Pola Pikir Orangtua Soal SLB

Dengan menyosialisasikan SLB dari pintu ke pintu, Ita berharap orangtua dapat terbuka pikirannya agar mengizinkan anaknya sekolah.

“Harapannya orangtua terbuka, karena tidak mudah membuka pikiran orangtua untuk menyekolahkan di SLB karena konotasi SLB sendiri sudah ‘kok masa anak saya di SLB’ itu kan tidak mudah membuka mindsetnya orangtua,” papar Ita.

 “Bahkan saya punya cerita, ada orangtua yang ketika penjaringan door to door sudah didatangi guru yang berbeda-beda tetap tidak bisa, belum mau menyekolahkan anaknya di SLB padahal anaknya butuh sekali.”

Akhirnya, sambung Ita, orangtua itu terketuk hatinya dan mendaftarkan buah hatinya ke SLB. Pihak sekolah kemudian melakukan konseling wali untuk menjaga semangat para orangtua supaya tetap bisa mendampingi anak-anaknya.

“Setelah konseling, beliau menyesal karena baru sekarang menyekolahkan anaknya. Dalam dua bulan sekolah, anaknya sudah bisa senyum padahal sebelumnya selalu uring-uringan. Ya karena tidak ada teman, tidak interaksi berarti kan butuh motivasi dan lingkungan.”


Anak Disabilitas Punya Potensi Masing-Masing

Gunakan Mulut, Begini Mahirnya Seniman Cilik Lukis Maskot Peparnas 2024 Kebo Bule, Solo (9/10/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Ita yakin, anak-anak disabilitas memiliki potensi masing-masing yang perlu didukung. Salah satu siswanya, Muhammad Tegar bahkan memiliki bakat di bidang melukis meski tangan dan kakinya tidak berfungsi optimal.

Di Peparnas 2024 ini, Tegar melakukan demo melukis maskot Peparnas 2024 yakni Kebo Bule di depan awak media. Tanpa gentar, bocah pengguna kursi roda itu langsung menunjukkan bakatnya.

Tegar mengatakan, ia senang melukis karena suka wayang. Namun, gambar pertama yang ia lukis adalah anime. Bocah yang dikenal pintar oleh kepala sekolahnya ini pun bercita-cita untuk menjadi seorang pelukis ketika dewasa kelak.

“Cita-citanya jadi pelukis,” ujarnya menjawab pertanyaan Disabilitas Liputan6.com.

Kebo bule pun ia lukis di atas totebag dan hasil karya itu dijajakan atau dijual di stand Dari ABK untuk Negeri (DAUN). Ini adalah satu-satunya stand di halaman stadion Manahan yang berasal dari SLB.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya