Masuk Suku Bunga Rendah, Bagaimana Prospek Investasi Reksa Dana?

Direktur Investasi BNI Asset Management (BNI-AM), Putut Endro Andanawarih menuturkan, ada peluang investasi saat penurunan suku bunga karena bagus untuk ekonomi.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 09 Okt 2024, 20:52 WIB
Memasuki era suku bunga rendah, berikut prospek aset investasi reksa dana.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Investasi BNI Asset Management (BNI-AM), Putut Endro Andanawarih mengungkapkan memasuki era suku bunga rendah, aset investasi reksa dana berpotensi memiliki kinerja positif. 

"Ada peluang investasi saat penurunan suku bunga karena bagus untuk ekonomi. Reksa dana saham juga menarik. Naik dan turunnya market, itu positif untuk investor," kata Putut dalam acara dalam acara seremonial penandatangan kerja sama BNI-AM dan Bank BTPN, Rabu (9/10/2024). 

Putut menambahkan, ketika kondisi suku bunga tinggi artinya ekonomi sedang kontraksi yang membuat investor biasanya lebih memilih indeks-indeks defensif. Sedangkan ketika suku bunga rendah, investor lebih memilih indeks yang lebih agresif karena ada pelonggaran ekonomi. 

Adapun untuk sentimen dalam negeri terkait peralihan pemerintah, menurut Putut pasar reksa dana masih bisa positif jika peralihan dilakukan secara mulus. 

"Market akan makin optimis ketika kabinet mulai terbentuk dan program-program Pemerintahan baru telah berjalan,” ujar dia. 

Selain itu Putut menjelaskan, belakangan ini instrumen investasi reksa dana berbasis indeks saham dan reksadana pendapatan tetap semakin diminati oleh para investor retail di Indonesia terutama di era trend penurunan suku bunga, PWC bahkan memprediksikan Asset Under Management (AUM) reksa dana pasif di US akan terus bertumbuh sebesar 44 - 58 persen sampai 2030.

 

 

                                            


Tips Investasi Reksa Dana Saham saat IHSG Lesu

Pekerja tengah melintas di bawah layar Indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Selasa (16/5/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berada di zona merah dalam beberapa waktu terakhir. Pada perdagangan hari ini, Rabu 9 Oktober 2024, IHSG turun 0,74 persen ke posisi 7.501,285. Dalam sepekan terakhir, IHSG turun 0,82 persen.

Head of IPOT Fund, Dody Mardiansyah menegaskan bagi para pemegang reksa dana saham, situasi ini tidak harus menjadi alasan untuk panik. untuk itu, dia berbagi kiat penting agar investor tetap tenang dan bijak dalam berinvestasi reksa dana saham, meski IHSG sedang lesu.

Pertama, fokus pada jangka panjang. Penurunan IHSG bersifat sementara dan merupakan bagian dari dinamika pasar yang normal. Mengingat reksa dana saham adalah instrumen investasi jangka panjang, investor yang tetap fokus pada tujuan jangka panjangnya akan lebih mampu menghadapi fluktuasi pasar dengan tenang.

Tips selanjutnya, jangan terburu-buru menjual. Saat IHSG turun, banyak investor yang tergoda untuk menjual investasinya karena takut kerugian lebih lanjut.

 

 

                                            


Manfaatkan Harga Saham saat Murah

Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Padahal, penjualan saat pasar lesu justru bisa membuat kerugian terealisasi. Sebaliknya, tetap bertahan dan menunggu perbaikan pasar sering kali menjadi strategi yang lebih bijaksana. Ketika pasar turun, inilah waktu yang baik untuk mengevaluasi kinerja manajer investasi.

"Pastikan bahwa mereka memiliki rekam jejak yang baik dalam mengelola dana selama kondisi pasar yang sulit. Kinerja masa lalu dalam mengatasi volatilitas pasar dapat memberikan gambaran tentang kemampuan mereka di masa mendatang," kata Dody, Rabu (9/10/2024).

Pada kondisi IHSG lesu, investor bisa memanfaatkan harga saham yang lebih murah. Penurunan IHSG membuka peluang bagi investor untuk membeli unit reksa dana saham pada harga yang lebih rendah. "Ini adalah saat yang tepat untuk menerapkan strategi buy on weakness yaitu membeli ketika harga rendah dan memaksimalkan potensi keuntungan saat pasar kembali pulih," ulas Dody.


Diversifikasi Alami

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tak kalah penting, diversifikasi portofolio. Salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko saat pasar bergejolak adalah dengan diversifikasi. Pastikan portofolio tersebar di berbagai sektor dan instrumen keuangan.

Reksa dana saham yang dikelola dengan baik biasanya memiliki diversifikasi alami, tetapi tidak ada salahnya mengecek ulang apakah portofolio sudah cukup seimbang.

Terakhir, tetap tenang dan hindari spekulasi. Menghadapi penurunan IHSG memerlukan ketenangan. Hindari keputusan emosional dan spekulasi yang bisa merugikan investasi dalam jangka panjang. Kepercayaan pada proses investasi yang solid dan terencana adalah kunci untuk melalui masa-masa sulit ini.

"Investor perlu tetap optimis dan melihat penurunan pasar ini sebagai peluang investasi jangka panjang," pungkas Dody.

 

                                            

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya