Liputan6.com, Jakarta - Gelaran pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahun ini menjadi salah satu peristiwa yang dinanti pelaku pasar. Secara historis, pemilihan umum (pemilu) menjadi momentum perputaran ekonomi lewat aliran dana kampanye.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan realisasi anggaran yang disalurkan melalui Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) untuk penyelenggaraan pemilihan daerah (Pilkada) serentak tahun 2024 mencapai Rp 34,57 triliun hingga 6 Agustus 2024. Capaian tersebut sudah 92 persen dari total anggaran yang ditetapkan yakni sebesar Rp 37,52 triliun.
Advertisement
"Sejauh ini kami cukup optimis, bahwa ada dampak yang cukup positif dengan kehadiran Pilkada, khususnya seperti sektor consumer non-cyclical, telekomunikasi, consumer cyclical, financial," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus kepada Liputan6.com, Kamis (10/10/2024).
Meski begitu, mengingat pilkada diselenggarakan pada November yang dekat dengan potensi window dressing, dia melihat ada kemungkinan hampir semua sektor akan menguat, terutama apabila The Fed memangkas tingkat suku bunga kembali. "Sektor tambahan akan muncul, seperti property, automotive, teknologi mungkin akan bergerak," imbuh Nico.
Kendari pilkada memberikan dampak positif terhadap pasar, namun perlu dicatat bahwa pilkada berbeda dengan pemilu presiden. Sehingga Nico mengatakan dampak pilkada akan relatif terbatas. Namun harapannya, pilkada bisa berjalan kondusif dengan jujur, aman, dan adil.
Setelah Mengetahui sektor yang akan bergerak selama pilkada, maka fokus selanjutnya adalah melihat saham-saham mana yang memiliki fundamental baik serta potensi valuasi di masa yang akan datang. Beberapa saham jagoan Pilarmas Sekuritas untuk jangka panjang, antara lain:
- BBCA TP 11.600
- BBRI TP 5.800
- BBNI TP 6.300
- BMRI TP 8.000
- BRIS TP 3.200
- INDF TP 8.000
- ICBP TP 13.750
- MYOR TP 2.980
- AMRT TP 3.500
- ACES TP 950
- MAPI TP 1.900
- TLKM TP 3.900
- EXCL TP 2.900
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Mirae Asset Turunkan Target IHSG ke 7.585 hingga Akhir 2024, Saham-Saham Ini Jadi Pilihan
Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke 7.585 hingga akhir tahun 2024.
Sehingga masih ada ruang penguatan dibandingkan posisi sekarang di kisaran 7.100, seiring dengan penyesuaian suku bunga acuan oleh pelaku bisnis dan emiten.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, prediksi IHSG tersebut terutama didasari pertimbangan makroekonomi terkini terkait ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang lebih terbatas dan posisi nilai tukar Rupiah.
"Di tahun 2024 ini sebetulnya kita expect di 8.100. Tapi memang kondisinya yang kita semua ketahui mungkin tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya, jadi kita menurunkan target IHSG dari 8.100 ke 7.585," kata Rully dalam Investor Network Summit 2024 by Mirae Asset, Rabu (3/2024).
Dengan prediksi tersebut, Tim Riset Mirae Asset memiliki 9 saham pilihan (top picks) yaitu ACES, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, CPIN, MAPI, MYOR, dan TLKM.
Terkait makroekonomi, Rully masih optimistis kondisi Indonesia akan positif dan prediksi ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih akan dipengaruhi oleh posisi nilai tukar rupiah yang semakin stabil dan potensi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR).
Di tengah situasi yang penuh tantangan, dia juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan sesuai target pertumbuhan BI sebesar 10%-12%. Kebijakan BI yang diambil saat ini berfungsi untuk mendukung stabilitas, dan Mirae Asset memperkirakan hal ini akan bertahan lebih lama dengan pengaruh dari volatilitas Rupiah yang semakin terjaga.
Advertisement
Ekonomi Global pada Semester II 2024
"Maka dari itu, kami memprediksi pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi) Indonesia menjadi 5,01% pada 2024 dan 5,02% pada 2025, karena kebijakan penurunan suku bunga yang kurang agresif dibanding perkiraan sebelumnya.”
Perekonomian global pada semester II/2024, lanjut Rully, diprediksi ditopang oleh AS dan India sebagai mesin pertumbuhan hingga tahun depan. Untuk AS, dia juga meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam akan moderat, didorong oleh dampak lambat dari pengetatan kebijakan moneter yang sangat agresif sejak 2022.
Sebagai faktor lain, dia meyakini ketidakpastian masih sangat tinggi dan sulit memprediksi berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Ketegangan geopolitik di daerah lain, menurut dia, dapat mendorong volatilitas jangka pendek, tetapi angka permintaan global masih lemah terutama karena lemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok.