94 Tahun RSUD Bayu Asih Purwakarta Melangkah Terus Menuju Perbaikan Layanan

Mengenai donor darah, pada hari ini sedikitnya 57 pegawai RSUD mendaftar untuk mendonorkan darah

oleh Asep Mulyana diperbarui 10 Okt 2024, 21:01 WIB
Kegiatan donor darah di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. (Ist)

Liputan6.com, Purwakarta Badan layanan urusan daerah (BLUD) RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta terus berupaya meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. 

Seperti, pada momentum HUT RSUD Bayu Asih yang ke-94 ini. Rumah sakit milik Pemkab Purwakarta tersebut menggelar kegiatan yang dinilai banyak manfaatnya untuk masyarakat.

Direktur Utama RSUD Bayu Asih Purwakarta, dr Tri Muhammad Hani, mengatakan, pada momentum HUT ke-94 ini, rumah sakit plat merah ini menggelar sejumlah kegiatan. 

Seperti, kegiatan yang bersifat perlombaan, kegiatan bersifat amal sosial, kegiatan ilmiah serta kegiatan yang bersifat religi.

"Salah satu kegiatan amal sosial, adalah dengan donor darah dan pengobatan gratis massal di desa binaan yang ada di Kecamatan Kiarapedes, serta operasi katarak tanpa sayatan," ujar dr Hani, kepada Liputan6.com, Kamis (10/10/2024).

Khusus mengenai donor darah, pada hari ini sedikitnya 57 pegawai RSUD mendaftar untuk mendonorkan darah. Setelah, melalui rangkaian pemeriksaan, yang bisa mendonorkan darahnya ada 51 pegawai.

Donor darah ini, kerja sama antara RSUD Bayu Asih dengan PMI Kabupaten Purwakarta. Sesuai dengan tagline yang menyebutkan setetes darah memberikan sejuta harapan pada penerimanya.

"Makanya, kami berharap apa yang bisa kami disumbangkan yakni melalui setetes darah bisa memberikan manfaat yang nyata bagi yang membutuhkannya," ujar dr Hani.

Menurut dr Hani, Tri Muhammad Hani, RSUD Bayu Asih ini didirikan pada 18 Oktober 1930. Sehingga, pada 18 Oktober 2024 mendatang, usia rumah sakit ini genap 94 tahun.

"Alhamdulillah, tahun ini kita kembali mengadakan acara HUT secara khusus setelah beberapa tahun terakhir tidak melaksanakannya," ujarnya.

Di usia yang ke-94 tahun, pihaknya berkomitmen untuk bangkit dan menciptakan budaya kerja yang lebih baik. Semua pegawai diharapkan mengenakan pin ‘Cekas’ sebagai simbol kerja cekatan, empati. 

Serta, menerapkan budaya 5S, yakni senyum, sapa, salam, sopan, dan santun. dr. Tri juga berharap kegiatan ini dapat menjadi langkah awal untuk lebih mendekatkan RSUD Bayu Asih dengan masyarakat. 

Ke depannya, RSUD akan memperluas cakupan kegiatan bakti sosial, termasuk pengobatan massal gratis di berbagai wilayah.

"Target kami adalah menjadikan RSUD Bayu Asih semakin terlihat dan dirasakan kehadirannya di tengah masyarakat. Kami akan terus berupaya meningkatkan layanan dan kegiatan sosial demi kesehatan bersama," ujarnya.


Peninggalan Belanda

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta, awalnya didirikan pada tahun 1925 di Jl Cipaisan, yang saat ini menjadi bangunan SMPN 4 Purwakarta.

Bayu Asih dibangun pada akhir masa pemerintahan Bupati Karawang di Purwakarta, R.T.A. Gandanegara dan awal pemerintahan Bupati Karawang di Purwakarta, R.A.A. Soeriamihardja.

Namun, karena pada tahun 1927 mengalami kebakaran, maka pemerintah saat itu memikirkan kembali pembangunan rumah sakit ini. 

Kemudian, Bayu Asih dipindahkan lokasinya ke Jl Raya Purwakarta Utara, yang di kemudian hari menjadi Jalan Raya Jenderal Sudirman Purwakarta dan sekarang menjadi Jalan Raya Veteran Purwakarta.

Adapun lokasi lama bekas rumah sakit itu sering disebut Rumah Sakit Heubeul (Lama) yang kemudian dijadikan lokasi rumah miskin, Sekolah Kejuruan Kepandaian Putri (SKKP) Negeri, Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA), Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK) dan akhirnya menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Purwakarta.

Dan dari beberapa peta kuno Purwakarta yang ditemukan di Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta, ternyata di lokasi tersebut disebut sebagai Hospital atau Ziekenhuis. 

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta sebenarnya merupakan rumah sakit tua, dibangun atas prakarsa dan kebutuhan warga masyarakat Purwakarta.

Kemudian, pada hari Sabtu tanggal 18 Oktober 1930 pukul 09.00 WIB, diresmikan oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr. Dr. Andries Cornelis Dirk van de Graeff yang didampingi oleh Residen Hr. A. Sangster, Bupati Karawang di Purwakarta R.A.A. Soeriamihardja.

Turut hadir, tokoh-tokoh penting lainnya yakni Hr. Slotemaker de Bruine, Pendeta O.E. van der Brug, dr. W.J.L. Bake, dr. Wimmel dan dr. F.J. Bosman (Zend.Arts) dan Suster Kepala Zr. H. Hazewindus. 

Acara pengguntingan pitanya sendiri dilakukan oleh isteri Gubernur Jenderal Ny (Freule) Londa Andries Cornelis Dirk van de Graeff dengan disaksikan oleh Ny. Bremmer dan Ny. Van Wijk. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya