4 Risiko Pernikahan Dini, Bagaimana Memahami dan Mengatasi Dampaknya?

Apakah Anda tetap ingin menikah dini meski sudah tahu risikonya?

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 11 Okt 2024, 13:26 WIB
Bahaya Pernikahan Dini: Risiko Kesehatan, Psikologis, dan Sosial yang Harus Dipahami | copyright pexels.com/cottonbro studio

Liputan6.com, Jakarta Pernikahan dini, yang merujuk pada pernikahan seseorang sebelum mencapai usia dewasa, merupakan isu yang kompleks dan multifaset yang masih sering dijumpai di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Meskipun beberapa masyarakat menganggapnya sebagai bagian dari tradisi atau budaya yang harus dilestarikan, kenyataannya adalah bahwa praktik ini menimbulkan berbagai risiko serius bagi individu yang terlibat dan masyarakat secara keseluruhan.

Risiko-risiko ini dapat mencakup dampak kesehatan fisik dan mental, keterbatasan akses pendidikan, hingga peningkatan kerentanan terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Memahami dan mengatasi dampak pernikahan dini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan sensitif terhadap konteks budaya.

Penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai konsekuensi negatif dari pernikahan dini, serta memberikan dukungan dan sumber daya yang diperlukan bagi anak-anak dan remaja untuk mengejar pendidikan dan pengembangan diri, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Jum'at (11/10/2024).


1. Ancaman Kesehatan yang Parah

Risiko Kesehatan yang Berat | hak cipta pexels.com/Daniel Duarte

Salah satu ancaman utama dari pernikahan dini adalah risiko kesehatan, terutama bagi pengantin perempuan. Pada usia muda, tubuh belum sepenuhnya siap untuk menghadapi kehamilan dan proses melahirkan. Berikut beberapa risiko kesehatannya:

  • Komplikasi selama kehamilan: Remaja yang hamil lebih rentan mengalami masalah seperti preeklamsia, anemia, atau kelahiran prematur. Kondisi ini dapat membahayakan baik ibu maupun bayinya.
  • Kematian ibu dan bayi: Menurut data WHO, angka kematian akibat persalinan lebih tinggi pada ibu yang melahirkan di bawah usia 20 tahun. Selain itu, risiko kematian bayi juga lebih besar pada ibu muda.
  • Terbatasnya akses ke layanan kesehatan: Sering kali, pasangan muda yang menikah dini tidak memiliki akses yang memadai ke layanan kesehatan, seperti pemeriksaan kehamilan rutin dan fasilitas persalinan yang aman.

2. Efek Psikologis yang Tak Terduga

Efek Psikologis yang Tak Terduga | hak cipta pexels.com/Funda

Di samping dampak pada kesehatan fisik, pernikahan di usia muda juga dapat memiliki efek psikologis yang signifikan. Masa remaja adalah periode di mana individu masih dalam proses menemukan identitas diri, sehingga menikah pada usia ini dapat mengganggu pertumbuhan emosional mereka. Beberapa risiko psikologis dari pernikahan dini antara lain:

  • Tekanan mental dan emosional: Remaja yang terpaksa menikah pada usia muda seringkali belum siap secara mental untuk menghadapi tanggung jawab pernikahan, seperti mengelola rumah tangga atau menjadi orang tua. Situasi ini dapat menyebabkan stres, depresi, dan kecemasan.
  • Kehilangan masa remaja: Menikah di usia muda dapat membuat seseorang kehilangan masa remaja yang seharusnya menjadi waktu untuk belajar, bersosialisasi, dan berkembang secara pribadi. Kondisi ini dapat berujung pada penyesalan di kemudian hari.
  • Risiko kekerasan dalam rumah tangga: Banyak pasangan muda yang belum memiliki keterampilan komunikasi atau manajemen konflik yang memadai, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

3. Kerugian Sosial dan Ekonomi yang Terjadi

Pengaruh Negatif Terhadap Sosial dan Ekonomi | hak cipta pexels.com/Valeriia Miller

Pernikahan dini tidak hanya menimbulkan risiko kesehatan dan psikologis, tetapi juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi individu. Berikut adalah beberapa dampak sosial yang sering dihadapi akibat pernikahan dini:

  • Pendidikan yang terputus: Menikah di usia belia sering kali menyebabkan seseorang harus berhenti sekolah, terutama bagi perempuan. Ini mengurangi peluang mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan karier yang lebih baik di masa depan.
  • Kemiskinan: Tanpa pendidikan dan keterampilan yang cukup, pasangan yang menikah muda cenderung menghadapi kesulitan ekonomi. Situasi ini dapat memperburuk kemiskinan lintas generasi, di mana anak-anak dari pasangan muda ini juga berisiko terjebak dalam kemiskinan.
  • Stigma sosial: Walaupun pernikahan dini masih diterima di beberapa budaya, di banyak tempat dan ini menimbulkan stigma sosial, terutama jika pernikahan tersebut berakhir dengan perceraian atau masalah lainnya.

4. Dampak pada Anak yang Dilahirkan

Dampak pada Anak yang Baru Lahir | hak cipta pexels.com/Meruyert Gonullu

Anak-anak yang lahir dari pasangan yang menikah di usia muda berpotensi menghadapi berbagai masalah, baik dalam faktor kesehatan maupun sosial. Anak-anak ini sering kali dibesarkan dalam lingkungan yang kurang stabil, yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental mereka. Beberapa ancaman yang dihadapi anak-anak tersebut meliputi:

  • Kekurangan gizi: Anak-anak dari ibu yang masih muda lebih berisiko mengalami kekurangan nutrisi, karena kurangnya kesiapan orang tua dalam menyediakan perawatan dan nutrisi yang memadai.
  • Kurangnya perhatian: Orang tua yang berusia sangat muda mungkin belum cukup dewasa untuk memberikan perhatian dan pengasuhan yang diperlukan untuk perkembangan anak yang optimal.
  • Lingkungan keluarga yang tidak stabil: Pernikahan yang dilakukan pada usia dini sering kali berakhir dengan perceraian atau masalah rumah tangga lainnya, yang dapat berdampak buruk pada kesejahteraan emosional anak.

Risiko pernikahan dini tidak dapat diabaikan, baik dari segi kesehatan, psikologis, maupun sosial. Dengan memahami dampak buruknya, kamu dapat bekerja sama untuk melindungi generasi muda dari ancaman ini dan memberikan mereka kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya