Liputan6.com, Jakarta - Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) menangkap semburan gas yang memancar dari sebuah objek mirip komet yang jauh bernama Centaur. Para ilmuwan menyebut fenomena angka ini disebut sebagai semburan gas primordial yang muncul dari kelahiran sistem tata surya.
Melansir laman Live Science pada Kamis (11/10/2024), fenomena ini memberi petunjuk tentang bagaimana centaur terbentuk, apa yang menyusunnya, dan bagaimana mereka akhirnya bertransisi menjadi komet yang sepenuhnya. Centaur dulunya berada di Sabuk Kuiper beku di luar orbit Neptunus.
Namun, interaksi gravitasi dengan Neptunus, mendorong beberapa Cantaur lebih jauh ke dalam. Mereka mengorbit matahari antara Jupiter dan Neptunus.
Baca Juga
Advertisement
Di sana, centaur berada di bawah pengaruh orbit Jupiter yang dapat menarik beberapa Centaur lebih dekat ke matahari. Hal ini mengubah mereka menjadi komet periode pendek yang mengorbit bintang kita dalam waktu kurang dari 200 tahun.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Nature, Centaur dapat dianggap sebagai sisa-sisa dari pembentukan sistem planet. Lebih dari 500 centaur telah ditemukan, tetapi para astronom memperkirakan bahwa mungkin ada sebanyak 10 juta Centaur di luar sana.
Salah satu Centaur yang paling menonjol adalah 29P/Schwassmann-Wachmann 1. Objek antariksa ni mengalami letusan setiap enam hingga delapan minggu.
Observasi sebelumnya dengan gelombang radio telah menunjukkan semburan gas karbon monoksida yang mengarah ke arah matahari, tetapi Spektrograf Near-Infrared JWST (NIRSpec) menunjukkan jauh lebih banyak. NIRSpec mengungkapkan semburan karbon monoksida (CO) kedua yang berasal dari 29P dan mengarah ke utara.
Studi ini juga menemukan dua semburan karbon dioksida (CO2) yang belum pernah terlihat sebelumnya, mengarah ke utara dan selatan. Penyebab dari pengeluaran gas ini belum dapat dipastikan.
Pada komet biasa, semburan gas terbentuk ketika es air menghangat di bawah panas matahari, menguap, dan meledak melalui permukaan untuk membentuk ekor komet dan membawa gas-gas ini bersamanya. Namun, JWST tidak menemukan bukti adanya uap air dalam semburan tersebut.
Hal ini tidak mengejutkan para peneliti, karena 29P terlalu jauh dari matahari untuk es air dapat menyublim. Rician semburan tersebut mengisyaratkan kesimpulan yang luar biasa bahwa 29P bukanlah satu objek, melainkan beberapa objek yang terjebak bersama.
Objek-objek seperti itu disebut "biner kontak," dan para astronom semakin banyak menemukan mereka. Misalnya, Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang dikunjungi oleh misi Rosetta dari Badan Antariksa Eropa adalah sebuah biner kontak.
Begitu juga Arrokoth, objek Sabuk Kuiper yang jauh yang ditemui oleh pesawat luar angkasa New Horizons pada 2019. Centaur 29P terlalu jauh bahkan untuk JWST bisa meresolusi nukleusnya.
Tetapi pemodelan komputer 3D dari titik asal semburan gas menunjukkan bahwa semburan tersebut berasal dari lokasi yang berbeda dan bahwa bagian yang berbeda dari 29P terbuat dari bahan yang berbeda.
Centaur Komet yang Mengancam Bumi
Sejak 2016, para astronom merilis penelitian soal ancaman komet jenis Centaur yang berpotensi menabrak bumi. Komet Centaur mengorbit jauh dari bumi, orbit Centaur terletak jauh setelah Neptunus dan berbentuk bulat memanjang dan tidak stabil.
Orbit Centaur ini melintasi Jupiter, Saturnus, Uranus, serta Neptunus yang bidang gaya gravitasinya sewaktu-waktu memang bisa memutar arah sebuah komet menuju bumi. Tim ilmuwan yang terdiri dari Davi Asher dan Mark Bailey dari Armagh Observatory serta Duncan Steel bersama Bill Napier dari University of Buckingham, memprediksi peluang komet Centaur mendekati bumi setiap 40 ribu sampai 100 ribu tahun sekali.
Seiring komet Centaur mendekati bumi, ia akan perlahan hancur karena terkena panas yang terpancar dari Matahari. Tim ilmuwan pun memperingatkan potensi mengerikan dari sebuah pecahan komet Centaur yang mampu membombardir bumi dan segala isinya, sebab ukurannya bisa mencapai puluhan kilometer.
(Tifani)
Advertisement